Semua Bab Hoffen: Bab 31 - Bab 40
99 Bab
Tenang
Wanita gemuk menyandarkan punggungnya, lalu menatap luar jendela dengan memutar otak. Tanpa dia sadari, Sev diam-diam meliriknya dengan mengangkat satu alisnya. Lelaki itu merasakan perubahan kondisi hati Trisha.Dia habis menelepon siapa? Kenapa setelah menelpon raut wajahnya seketika berubah? Pikir Sev yang kembali mengalihkan pandangannya menatap luar jendela, dia tak mau memikirkan masalah yang tidak penting.Membutuhkan waktu lima belas menit, mereka sampai di restoran bintang lima yang sangat megah. Saat mobil terhenti, mata wanita gemuk itu membulat sempurna ketika melihat terangnya cahaya lampu yang sangat mewah, ditambah lampu kelap-kelip dan beberapa properti yang membuat restoran itu semakin megah.Ini pertama kalinya bagi Trisha menginjakkan kaki di restoran mahal, sangat senang saat tahu Sev mengajaknya kemari. Kapan lagi bisa makan makanan orang kaya yang mewah? Bisa Trisha tebak, harga satu piring di restoran ini sama dengan empat bulan gajinya.
Baca selengkapnya
Menodai Trisha
“Lepas! Gue belum selesai!”“Diem! Jangan bikin tenaga gue habis!” keluh Trisha menghela napas kasar.Sesampainya di tempat parkir, Trisha langsung memasukan lelaki itu ke dalam mobil, lalu menutup pintu itu dengan cepat. Wanita gemuk itu menyandarkan tubuh dengan mengatur napas yang terengah-engah. Dia menoleh pada Sev yang sudah diam, bibirnya perlahan membentuk senyuman ketika melihatnya tertidur.“Gue suka lihat lo yang tenang gini,” ucap Trisha dari dalam hati. Melihat kepala Sev yang tidak nyaman saat bersandar di jendela, dia pun menggeser duduknya dan menggerakkan kepala lelaki itu perlahan untuk bersandar di pundaknya. Wanita gemuk itu tersenyum dan merasakan detak jantung yang berdegup kencang.Apa dia sudah menyukai lelaki ini?Trisha sendiri belum yakin dengan perasaannya, ada rasa takut ketika dia menyukai seseorang. Bahkan, dia ingin menutup hatinya untuk semua orang sampai waktu yang sangan lama. A
Baca selengkapnya
Syarat yang berat
Satu pesan dari Vanda yang belum sempat ia baca pun langsung dia buka. Matanya membelalak kaget dan langsung menelpon sahabatnya itu untuk memastikan kembali pesan itu agar tidak ada kesalahpahaman.Tidak membutuhkan waktu lama, Vanda mengangkat telpon itu. Trisha pun duduk di kursi kerjanya dengan menyalakan komputer.“Apa? Masih inget gue? Mentang-mentang pergi sama aktor, sahabat sendiri diabaikan,” ucap Vanda yang terdengar marah karena Trisha tidak membalas pesan itu.Trisha pun menggaruk tengkuknya yang tak gatal dengan menyengir pelan. “Enggak gitu, Vanda. Gue tadi ….” Ucapannya terhenti ketika mengingat kejadian tadi yang membuatnya kehabisan energi. Tidak mungkin kalau dia bilang pada Vanda tentang masalah tadi.“Tadi apa? Kenapa diam? Jangan bilang kalau Sev nembak lo?!” heboh Vanda dari seberang telepon yang membuat Trisha melototkan matanya.Untung saja wanita itu tidak ada di
Baca selengkapnya
Hanya berbalut handuk saja
Trisha kembali membuka matanya dan melihat ke layar ponselnya. Tatapan mata wanita itu mendadak bingung ketika melihat panggilan tak terjawab dari Sev. Untuk apa lelaki itu menelponnya tengah malam? Apa dia mabuk dan asal menelepon? Pikirnya.Tak mau ambil pusing, dia mengabaikannya dan langsung menelpon Vanda. Seharusnya sahabat sekaligus editornya itu sudah bangun dari tidurnya, mengingat dia selalu olahraga pagi di area perumahannya.Dalam hitungan detik, Vanda mengangkat telpon itu, Trisha pun tersenyum lebar. Benarkan? Wanita itu pasti sudah bangun sekarang ini.“Halo, kenapa? Tumben pagi-pagi gini telepon gue?” Trisha menyengir pelan, tidak mungkin kalau dia mengatakan kalau ia justru belum tidur karena menggambar. Pasti Vanda akan sangat marah dan langsung membunuh wanita gemuk itu karena begadang. “Gue … mau publish tiga chapter dalam tiga hari ini,” ucapnya dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Trish
Baca selengkapnya
Sakit dan Kecemasan Sev
Tiga hari pun berlalu, wanita gemuk itu terlihat sangat lemas. Karena dia kurang tidur, asupan makan yang kurang baik, dan terlalu banyak bekerja. Bahkan, dia sampai membeli obat maag untuk mengurangi rasa sakit di ulu hati.Trisha merenggangkan ototnya yang terasa pegal setelah selesai mengirim chapter terakhir pada Vanda. Selama tiga hari juga sahabatnya itu tidak menemui Trisha karena harus mengurus banyak pekerjaan, dia juga tidak tahu kalau wanita gemuk itu hanya tidur satu jam perhari dan tidak makan nasi.Ya, tiga hari ini dia hanya memakan mi instan karena membuatnya sangat cepat. Dia tidak mau membuang-buang waktu untuk memasak atau mengantri makanan. Dia benar-benar berjuang membuat tiga chapter, karena Sev juga selalu memberikan perintah dan selalu marah-marah karena Trisha tidak fokus sekaligus sedikit lambat.Yang bisa dilakukan wanita gemuk itu hanyalah bersabar dan tidak marah, karena dia juga mengontrol suasana hatinya.Saat berjalan beber
Baca selengkapnya
Masuk Rumah Sakit
Wanita itu membuka matanya perlahan, sorotan lampu dari atas yang silau membuat ia seketika menyipitkan mata. Kepalanya masih terasa sedikit berat. Perlahan dia menoleh dan mendapati lelaki yang duduk di kursi dengan pandangan lurus ke depan. Trisha tidak pernah melihat Sev melamun seperti itu.Apa yang dia pikirkan? Pikir Trisha dengan mengangkat satu alisnya. Namun, matanya seketika kembali terpejam ketika Sev tiba-tiba menolehnya.“Sahabat lo bentar lagi datang, mau pura-pura pingsan?” tanya Sev yang membuat Trisha membuka matanya perlahan dengan senyuman canggung.Trisha pikir lelaki itu belum menyadari kalau ia sudah sadar dari pingsannya. Seketika dia teringat kalau Sev ada jadwal syuting, wanita gemuk itu seketika melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul sepuluh.  Lalu, kembali menoleh pada lelaki itu yang tengah memainkan ponselnya.“Makasih udah tolong gue. Lo ada jadwal syuting hari ini, ayo ke lokasi. Gue udah enggak
Baca selengkapnya
Kenangan Buruk
Tiga hari berlalu dengan cepat, Trisha sudah membaik, hanya saja dia harus benar-benar memperhatikan tubuhnya karena bisa kambuh kapan saja. Dia sudah kembali bekerja menjadi asisten Sev. Berkat Vanda, kepala editor memberikan izin satu minggu. Jadi dia hanya fokus mencari ide.Sekarang ini Trisha sedang perjalanan pulang ke rumah, dia pulang lebih awal karena besok dia harus pergi pagi-pagi sekali ke puncak bersama Sev dan Zhui. Wanita gemuk itu menatap terus ponselnya melihat isi pesan dari sang mama, dia tidak berani membuka dan hanya melihat dari notifikasi saja.Ya, sang mama menanyakan tentang kakaknya yang akan tunangan besok. Bahkan, Trisha belum memberikan alasan yang kuat untuk mamanya itu. Dia benar-benar tidak bisa memikirkan alasan untuk membatalkan pertunangan. Trisha mendengus kesal dan menyandarkan punggung di kursi bus, matanya bergerak melihat keluar jendela.“Kalau gue enggak bilang nanti Tiana yang marah, kalau gue bohong ke mama &helli
Baca selengkapnya
Kecewa
“Van, gue ke puncak itu cuma dua hari. Ini kenapa lo kayak pindahan, sih?” tanya Trisha yang baru saja sampai rumah dan terkejut melihat Vanda yang sudah menyiapkan banyak baju sekaligus camilan di meja.Vanda menoleh sekilas lalu kembali melihat barang-barang yang ada di meja. “Banyak? Enggak kok. ini jaket kalau di puncak dingin, ini kaus tipis kalau di kamar lo enggak ada AC, ini celana pendek buat tidur, terus ini celana panjang. Lo juga masih pemulihan, jadi perut enggak boleh kosong. Makan camilan setiap dua jam sekali, ngerti?” jelas Vanda panjang lebar.Trisha menghela napas panjang sambil menarik bibirnya membentuk senyuman paksa. Dia berjalan mendekati Vanda dengan mengambil koper, lalu memasukkan tiga sweater, dua celana panjang, satu celana panjang, dan dalaman. Itu saja. Wanita gemuk itu tidak memasukkan camilan yang sudah disiapkan oleh sahabatnya.Trisha langsung menutup koper itu dan menguncinya. Vanda yang mau memasukkan
Baca selengkapnya
Kalian Saling Kenal?
Pagi pukul lima, suara alarm Vanda terdengar sangat kencang, membuat Trisha seketika membuka matanya karena terganggu dengan suara itu. Dia meraba kasurnya untuk mencari ponsel Vanda, setelah berhasil mendapatkan ponsel sahabatnya, ia langsung mematikan alarm itu, lalu kembali memejamkan matanya.Beberapa menit setelah memejamkan mata, wanita gemuk itu berdecak kesal karena mendengar suara dari ponselnya sendiri. Dia mengambil ponsel dari atas nakas dan bergumam, “Siapa, sih, pagi-pagi telepon! Ganggu aja!”Jari telunjuknya mengusap tombol hijau ke atas dan menyalakan pengeras suara, dia tidak melihat nama si penelpon itu karena masih terasa sangat mengantuk.“Halo, siapa?” tanya Trisha diakhiri dengan menguap lebar.“Gue cuma beri lo waktu lima belas menit!”Pip!Sambungan telepon langsung terputus tanpa menunggu wanita gemuk itu bicara. Trisha yang merasa tidak asing dengan suara itu pun membuka matanya
Baca selengkapnya
Tujuan
“Balik badan lo,” ucap Sev menepuk pundak Trisha.Trisha menghela napas panjang, rasanya dia ingin menghilang seketika. Dia sudah bisa membayangkan ekspresi sang kakak yang sangat terkejut, tapi dia harus bisa untuk berpura-pura tidak mengenalnya.Wanita gemuk itu pun membalikkan badannya dan mengangkat kepalanya menatap Tiana dengan senyuman ramah.Benar dugaannya. Tiana membelalakkan matanya lebar saat mengetahui kalau asisten Sev adalah adiknya.“Lo?!”Sev yang melihat reaksi wajah Tiana pun mengamati mereka berdua bergantian. “Kalian saling kenal?”“Enggak,” jawab Trisha yang memberikan kode pada Tiana untuk berpura-pura agar tidak mengenalnya. Tiana yang melihat Trisha seperti itu pun hany menghela napas dan menoleh pada Sev dengan senyuman paksa.“Ah, enggak, kok. Aku pikir dia adik gue, soalnya hampir mirip,” jelas Tiana dengan menekan kata adik dan melirik Trisha seki
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status