Semua Bab Trapped: Bab 21 - Bab 30
49 Bab
Part 20
"Queen hamil." Rafael membuka pembicaraan di ponsel."Brengsek!" umpat Aldric dari seberang sana. "Sudah aku duga akan berakhir sedramatis ini." "Apa bedanya denganmu? Lupa apa yang baru saja kau perbuat? Setidaknya aku mau bertanggung jawab, lain halnya denganmu. Melarikan diri ke New York seperti pecundang.""Wait! Apa aku tidak salah dengar? Maksudnya kau akan menikahi Queen?""Ya. Kau tahu? Pertama kali aku menyentuh perut Queen, aku merasa bangga menjadi seorang ayah."Aldric tertawa. "Sulit dipercaya, lelaki brengsek sepertimu, hatinya tersentuh hanya karena seorang bayi?""Meragukanku? Itulah keajaiban. Naluriku sebagai seorang ayah melunturkan kebrengsekanku.""Lalu mau kau kemanakan Selly?""Tidak ada pilihan lain, aku akan meninggalkannya. Aku lebih mencintai anakku.""Selly tidak mungkin semudah itu menerima keputusanmu. Dasar brengsek! Dia pasti terluka!""A
Baca selengkapnya
Part 21
Sekali lagi, Queen mencuci wajah di wastafel, kemudian mengelapnya dengan handuk kecil. Berdiri tegak menatap bayangan di dalam cermin besar, tubuhnya yang hanya mengenakan bra dan underwear, nampak jelas di sana. Terlihat lebih berisi ketimbang beberapa bulan lalu.Perlahan, ia menyentuh bagian perut. Dalam hitungan bulan, perutnya akan membesar. Bayinya tumbuh sehat di sana. Kali ini, Queen tidak perlu mencemaskan apa pun. Rafael tidak menolak kehadiran anaknya lagi. Bahagia? Sangat. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya, jika jebakan itu akan membawa Queen dalam sebuah ending yang dikemas apik.Menjadi bagian dari keluarga Alexander dan tinggal di rumah megah. Lihatlah bagaimana mereka mendesain kamar mandi, begitu luas dengan furniture kualitas impor. Memanjakan penghuni kamar, bahkan Queen tidak keberatan untuk berlama-lama di dalam kamar mandi, meski hanya untuk mengganti pakaian dan membersihkan wajah.Beberapa saat lalu, Qu
Baca selengkapnya
Part 22
Argh! Ingin rasanya Rafael berteriak kencang. Selly hamil, bersamaan dengan Queen yang juga mengandung anaknya."Bukankah selama ini kau memakai kontrasepsi?" Rafael menatap Selly ragu, berharap wanita itu hanya berbohong."Aku melepas kontrasepsi tanpa sepengetahuanmu." Selly meletakkan test pack di atas meja.Rafael mengacak rambut frustrasi. "Tapi kenapa, Sel? Seharusnya kau tidak melepasnya!""Kenapa, Raf?" Nada suara Selly meninggi. "Kita bahkan sudah merencanakan pernikahan satu tahun yang lalu. Kita memiliki harapan yang sama. Memiliki keluarga bahagia bersama anak-anak kita.""Tapi bukan seperti ini caranya! Ini salah, Sel.""Kekasihmu hamil dan kau menganggap ini salah? Lalu pengkhianatanmu kau anggap benar?""Ini bukan milikmu, kan?" Rafael menunjuk test pack di atas meja. "Kau hanya ingin aku membatalkan pernikahanku dengan Queen.""Kau ingin membuktikannya? Kita ke dokter sekarang! Dan kau akan melihat sen
Baca selengkapnya
Part 23
Rafael berdiri di bawah shower, membiarkan tubuh dan pakaiannya basah kuyup. Berkali-kali ia meninjukan kepalan tangan ke dinding, tidak peduli meski buku-buku jarinya mulai terluka.Ia membenci keputusan yang sudah ia buat. Membatalkan pernikahan dengan Queen, mencampakkan bayi yang belakangan ini menjadi kesayangannya.Demi Tuhan, ia tidak punya pilihan lain ketika ternyata takdir mengatakan bahwa ia memiliki bayi di perut wanita lain. Selly, kekasih yang dicintai. Lalu, Rafael harus apa? Ia tidak mungkin menikahi Queen dan Selly di waktu bersamaan. Rafael tidak bisa membawa dua wanita ke dalam pernikahannya."Arrggh!" Sekali lagi kepalan tangannya menghantam dinding. Ia merasa terjebak dalam permainannya sendiri. Kalau saja ia tidak mengkhianati Selly, semua tidak akan berakhir seperti ini. Sialnya, tanpa sadar ia mulai menikmati pengkhianatannya.Menjadikan Queen sebagai obyek fantasi liar, dan pada akhirnya Rafael terlalu menikmati permainan pan
Baca selengkapnya
Part 24
Tanpa sepengetahuan Maura, keesokan harinya Queen mendatangi apartemen Selly. Sedikit ragu, ia menekan bel. Tak lama kemudian, Selly membuka pintu. Terkejut dan tidak menyangka jika pagi itu akan kedatangan tamu."Tamu tak diundang." Selly tersenyum sinis. "Rafael milikku, dan dia tidak mungkin kembali padamu."Usai Selly mengucapkan kalimatnya, Queen mengangkat tangan dan menampar Selly sekuat tenaga. "Aku tidak akan mengemis cinta pada Rafael. Aku hanya ingin mengatakan, kau ... wanita jahat yang mencuci otak Rafael hingga dia tega membatalkan pernikahan kami. Kau pantas mendapatkan ini."Sekali lagi, Queen melayangkan tangan hingga membuat Selly terjajar ke belakang. Tidak mau kalah, Selly bergerak maju dan menjambak rambut Queen. "Berkacalah! Siapa di antara kita yang tidak punya hati! Aku yang terlebih dulu memiliki Rafael, lalu tiba-tiba kau datang dan tanpa tahu malu menjadi orang ketiga. Apa namanya jika seorang wanita mau tidur dengan lelaki asing? Perempu
Baca selengkapnya
Part 25
Rafael mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi. Rasa cemas dan ketakutan itu semakin menjadi. Napasnya memburu, ia menginjak pedal gas semakin dalam. Sialnya, lampu lalu lintas yang semula hijau, berubah menjadi merah. Terpaksa, Rafael berpindah menginjak pedal rem dan mobilnya berhenti mendadak.Rafael menoleh ke kursi belakang. Di sana, Queen terbaring lemah sembari memegangi perutnya yang terasa nyeri. Wanita itu mengalami perdarahan setelah beberapa jam lalu Rafael menjejalkan butiran pil ke dalam mulutnya.Awalnya, Rafael memang ingin melenyapkan bayi itu. Pikirannya kalut saat ia memutuskan untuk mengikat kedua pergelangan tangan Queen, lalu memaksa wanita itu menggugurkan kandungannya. Tidak dipedulikannya Queen yang terus memohon dan memberontak, yang di pikiran Rafael hanya satu. Rafael ingin menyelamatkan kebahagiaan anak di perut Selly, dan mengorbankan anaknya yang lain.Tentu saja kegilaan itu muncul di saat bayangan Mama yang roboh tidak berdaya se
Baca selengkapnya
Part 26
Rafael menarik napas panjang, lantas memberanikan diri membuka pintu kamar perawatan. Yang pertama kali ia lihat adalah Queen, terbaring lemah di atas ranjang. Wajahnya sayu, bibirnya pucat serta mata terpejam rapat. Terlelap setelah dokter menyuntikkan obat penenang.Setelah menutup pintu, Rafael melangkah dan duduk di kursi samping ranjang. Dengan hati-hati menyingkirkan helaian rambut yang menjuntai di wajah Queen. Rafael tersenyum miris. Dulu, ia begitu antusias menggiring kelincinya ke dalam perangkap yang ia buat. Namun, sekarang Rafael justru terperangkap bersama-sama dengan buruannya. Ironis, bukan?"Bagaimana rasanya? Sakit?" tanya Rafael lirih, meski ia tahu Queen tidak mendengarnya. "Sama, aku juga terluka kehilangan bayi kesayanganku."Perlahan, Rafael menyentuh punggung tangan Queen dan menggenggamnya erat. Tatapannya enggan lepas dari wajah pucat di hadapannya. Kemudian, jemari kokohnya terulur, mengusap sisa air mata di pipi wanita itu. Dan ketika pi
Baca selengkapnya
Part 27
Lima Tahun Kemudian MILAN, ITALY"Grazie!" Queen mengucapkan terima kasih pada kurir pengantar pizza."Prego!" Lelaki muda pengantar pizza itu mengangguk sopan sebelum berlalu meninggalkan Queen.Queen menutup pintu dan membawa pizza ke meja ruang tamu. Duduk santai di sana sembari menonton acara musik yang ditayangkan secara live di salah satu stasiun TV. Tanpa menunggu lama, ia membuka box dan mengambil satu potong pizza. Di waktu yang bersamaan, ponselnya berdering."Queen, kau sedang apa? Sudah membeli tiket pesawat? Sudah membereskan semua barang-barangmu? Jam berapa kau terbang? Apa anak-anak di sekolah sedih karena kau tidak mengajar di sana lagi?" Nara memberondongkan pertanyaannya."Aish, Nara! Pertanyaan mana yang harus kujawab dulu? Tidak bisakah kau bertanya satu-satu?"Nara tertawa renyah. "Astaga, maaf. Aku terlalu antusias ka
Baca selengkapnya
Part 28
"Wow, ternyata bermain piano sangat menyenangkan!" Alsen bertepuk tangan setelah mempelajari kunci dasar piano. Ini hari pertama ia belajar bersama guru les."Akan lebih menyenangkan jika kau sudah mahir memainkannya," ucap Queen sembari membereskan lembaran kertas materi."Terima kasih, Nona Queen. Oh ya, kata Mama setelah selesai mengajar, jangan buru-buru pulang. Mama mengundang Nona untuk minum teh dan makan malam bersama kami."Queen melirik jam Tiffani & Co di pergelangan tangan, tepat pukul 17.30. "Oke, Alsen. Kebetulan malam ini aku tidak ada acara. Kalau begitu, aku akan bermain piano sambil menunggu ibumu datang.""Oke, Nona. Selamat sore." Alsen tersenyum lebar, menunjukkan gigi putih yang tersusun rapi. Kemudian, hanya dalam hitungan detik, bocah itu sudah melesat pergi.Queen mengawasi tubuh mungil itu hingga menghilang di balik pintu. Ia menghela napas kasar, dadanya terasa sesak. Selalu begini, ketika berinteraksi dengan anak
Baca selengkapnya
Part 29
"Masih ingat teori yang kita pelajari tadi tentang tangga nada mol dan kres?" tanya Queen."Hehem ...." Kaneesha mengangguk singkat.Kedua perempuan berbeda generasi itu duduk bersisian di hadapan sebuah piano. Sejak dua hari yang lalu, Queen menjadi guru les piano untuk Kaneesha. Tidak terlalu sulit mengajari gadis kecil itu. Kaneesha anak yang pintar dan cepat menyerap setiap materi dari gurunya.Dari semua murid yang pernah diajar oleh Queen, sepertinya Kaneesha akan menjadi murid kesayangan Queen. Meski masih kecil, tetapi Kaneesha begitu antusias mempelajari seluk beluk piano.Bahkan, jari-jari mungil itu terlihat begitu luwes menekan tuts piano, lantas matanya berbinar indah saat mendengar nada-nada yang dihasilkan oleh tekanan jari-jarinya. Seolah, Kaneesha dan piano adalah pasangan yang tidak terpisahkan."Tangga nada mol yang disimbolkan seperti huruf b kecil, artinya not turun setengah dari nada asli. Kita ambil contoh D mol.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status