All Chapters of My Dearest Cahaya: Chapter 141 - Chapter 150
160 Chapters
Pertemuan Kembali
Separuh jiwanya telah pergi. Hari-hari yang dilaluinya kini, benar-benar hanya dihiasi dengan rasa hampa. Tidak pernah menduga sebelumnya, kalau kehilangan seorang gadis, akan berimbas begitu besar di dalam hidupnya.Yasa merenung, kembali terngiang akan kata-katanya ketika terakhir kali bersama Aya. Pun dengan sikap kasarnya, yang lagi-lagi tidak bisa dibendung ketika emosi telah menguasai diri. Sungguh bodoh! Padahal, Yasa pernah kehilangan Aya satu kali. Akan tetapi, hal itu tidak kunjung dijadikan pelajaran berharga bagi dirinya.Yasa lupa, dengan rasa frustasi yang melanda jiwanya. ketika Sinar memutuskan untuk menjauhkannya dengan Aya. Terlebih-lebih, ketika Janus datang dengan membawa sebuah dokumen perceraian untuk ditandatanganinya. Sungguh ada sebuah rasa patah, yang seolah terlupa karena luapan emosi sesaat yang menyesatkan.Sudah lima bulan ia mencari, tapi tidak kunjung menemukan informasi. Jejak terakhir hanya sampai pada taksi yang sempat ditumpan
Read more
Kamu
Senyum semringah yang begitu lebar sedari tadi selalu dilukiskan Tara di wajahnya. Pria itu keluar dari sebuah toko bayi yang berada di sebuah mall seorang diri. Menenteng berbagai paper bag yang berisi pakaian bayi, yang didominasi dengan warna maskulin nan lembut.Aya memang merahasiakan jenis kelamin bayinya pada Tara. Tapi, setelah berjuang merayu kakak perempuannya, akhirnya Tari menyebutkan jenis kelamin dari bayi yang sebentar lagi dilahirkan oleh Aya.Tara, tidak mengerti, ada apa dengan perasaannya beberapa bulan belakangan ini. Menelepon Aya setiap hari, seakan sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan. Mengunjungi gadis itu setiap minggu seolah sudah menjadi kebutuhan.Tidak ada obrolan yang mengarah pada hubungan romantisme dua insan. Hanya bertanya kabar dan bercerita tentang kegiatan masing-masing setiap harinya. Tapi semua itu, sedikit demi sedikit menjadi candu bagi Tara.Tapi, Tara tahu, kalau perasaannya saat ini adalah salah.
Read more
Tidak Boleh Tahu
Sejak pembicaraan mengenai isi hati Tara beberapa saat yang lalu, keduanya jadi merasa canggung. Tapi, setidaknya ada perasaan lega di hati Tara. Meskipun masa depannya dengan Aya tidak akan pernah terlihat sama sekali.Tara sadar siapa dirinya, yang tidak akan pernah unggul jika bersaing dengan Yasa.Untuk itu, Tara berusaha menepis kecanggungan yang ada. Kembali mengajak Aya berbicara seputar kehamilannya. Pria itupun menghampiri Aya yang tengah memberi makan ikan di kolam belakang vila."Ikan ginian kalau digoreng gimana rasanya, ya?"Manik keduanya sibuk menunduk, menatap gerombolan ikan koi yang saling berebut makanan di sisi kolam tempat Aya berdiri.“Emang kamu tega makannya?” Aya menoleh menajamkan kedua maniknya dengan memicing. Berjalan melewati Tara dan meletakkan wadah makan ikan di atas meja, yang terletak di sudut kolam.Manik Tara mengekor, kemana langkah kaki Aya memijak. “Tinggal makan, masuk perut. Apa sus
Read more
Harus Cerai
Sinar melihat sebuah tatapan berbeda yang dilayangkan Tara kepada Aya, selama makan malam berlangsung di rumah pria itu. Sebuah tatapan penuh perhatian dan rasa … cinta. Sinar mendesah dalam hati, kemungkinan besar Tara jatuh cinta kepada Aya karena, mereka selalu intens berhubungan selama lima bulan ini.Bukannya Sinar tidak setuju jika nantinya Aya berhubungan dengan Tara. Tapi, Tara hanyalah seorang dokter yang tidak memiliki kekuasaan apapun jika dibanding Astro, apalagi Yasa. Kedua orang tuanya bukan dari kalangan politik ataupun pengusaha. Sinar khawatir, nasib putrinya akan terombang-ambing oleh takdir, jika tidak memiliki seseorang yang ‘kuat’. Dalam artian, minimal pria tersebut harus seperti Astro.Anak Aster itu memang tumbuh di kalangan biasa, tapi saat ini, Astro memiliki sebuah hal yang bisa melindungi putrinya. Meskipun karir Astro terlihat tidak secemerlang dulu, tapi pria itu masih menjadi kepercayaan segelintir elite politik di kenegaraan. Tidak menutup
Read more
Setelah Cerai
Tara mengetuk pintu kamar yang terbuka separuh itu dua kali. Berdiri di celahnya dengan bertumpu pada handle dan bingkai pintu.Aya yang terlihat tengah memasukkan pakaiannya ke dalam taspun, menoleh lalu tersenyum.“Jadi balik besok pagi?”“Humm,” Aya menggumam sembari menarik resleting tasnya. “Kalau capek, biar abah Rei aja yang anter. Aku gak enak udah banyak ngerepotin kamu. Lagian, emang kamu gak kerja?”Tara masuk ke dalam kamar sembari menggaruk lehernya. Duduk pada kursi panjang yang letaknya di ujung kaki ranjang. Menekuk satu kakinya ke atas sembari memperhatikan semua yang dilakukan Aya lamat-lamat.“Besok aku libur, terus minggu depan aku ambil cuti.”“Heh? Kenapa? kamu mau ke mana?” Aya duduk di kursi yang sama, memberi jarak agar tidak terlalu dekat.“Mau nungguin kamu, pas lahiran sewaktu-waktu kan enak. Aku gak perlu jauh-jauh jalan Jakarta-Bogor.”Aya menggigit separuh bibir bawahnya. Tidak mengerti harus bagaimana, m
Read more
Persimpangan Jalan
Satu alis Yasa terangkat tipis, melihat sebuah amplop cokelat yang disodorkan oleh Zevan di meja kerjanya. Meletakkan berkas serta pensil yang berada di tangan, Yasa meraih amplop tersebut tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Membuka lilitan benang yang tersampir pada penguncinya dan mengeluarkan isinya. “Ini … mobil Asa?” dahinya berkerut memandang foto-foto land rover milik kakak iparnya, yang keluar masuk pagar sebuah rumah. Kondisi kaca mobil yang berwarna hitam dan selalu tertutup, membuat Yasa tidak terlalu tertarik melihatnya. Kemudian meletakkan kembali amplop dan sejumlah foto yang ada di atas meja. “Kenapa memangnya?”“Di dalamnya gak cuma ada Asa, tapi ibu Sinar juga. Dan sudah dua bulan ini, setiap hari libur dan weekend, mereka berdua selalu datang ke sana.”“Kenapa gak bilang dari tadi, Om,” Ada sebuah kecurigaan di benak Yasa. Ia pun beranjak cepat untuk keluar ruangan tapi segera di susu
Read more
Rasa Khawatir
Yasa mengumpat dan merutuk sejadi-jadinya. Merobek lembaran foto yang menunjukkan kedekatannya dengan Sera yang begitu mesra. Angle yang diambil oleh fotografer, sungguhlah terlihat sangat sempurna. Siapapun yang melihat, pasti akan menduga kalau dirinya dan Sera memang memiliki sebuah hubungan romansa.Amplop yang diberikan oleh Janus tidak hanya berisi berkas perceraian, dan beberapa foto dirinya. Tapi, ada sebuah flashdisk yang memuat adegan dirinya dan Sera, yang tengah menghabiskan waktu dengan ‘akrab’.Sialnya, baik di dalam foto maupun video yang diambil, ada satu bagian yang memperlihatkan adegan yang sangat ambigu. Orang awam pasti tengah mengira kalau Yasa tengah berciuman dengan Sera. Dan, itu hanya ketidaksengajaan belaka.“Sial!”Keluarga Sinar memang benar-benar sudah merencanakan semua dengan matang.Zevan masuk ke dalam ruangan Yasa dengan tergesa, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Tanpa berucap kata, Zev
Read more
Menjaga Hati
Kerah jas putih yang membalut tubuh Tara langsung dihempas seketika oleh Yasa, ketika pria itu baru memasuki ruangannya. Setelah menemui Sinar di Network, Yasa langsung meluncur ke rumah sakit tempat Tara bekerja. Bertanya mengenai ruangan pria itu dan menunggu sejenak, hingga akhirnya Tara masih dan langsung berhadapan dengan Yasa.“Istri gue! Di mana istri gue, Tar!” desis Yasa dingin. “Di vila, lo, kan! Jawab, Tar!”Tara yang tidak terima diperlakukan kasar oleh Yasa, sontak mendorong pria itu, dengan kasar. Hampir terjatuh jika tubuhnya tidak menabrak meja kerja Tara."Ini rumah sakit! Keluar sukarela atau gue panggilin satpam!""Jangan jadi pengecut, Tar!" Yasa kembali menegakkan tubuhnya. Berdiri tepat di depan Tara tanpa rasa ragu atau gentar sedikitpun. "Lo, yang udah nyembunyiin istri gue selama ini, kan? Di vila keluarga, lo! Brengsek!"Tara yang enggan meladeni Yasa, kemudian melewatinya begitu saja. Meraih telepo
Read more
Memantabkan Hati
“Ibu seperti kamu, gak pantas untuk membesarkan anakku.”“Setelah bayi itu lahir, hak asuhnya akan ada sama aku.”“Sekali murahan, tetaplah murahan!”Ketika mengingat untaian kalimat yang dimuntahkan oleh Yasa saat itu, hati Aya kembali membeku. Rasa ibanya ketika bertemu dengan pria itu barusan, langsung terhempas seketika itu juga. Belum lagi, rasa nyeri dari cengkraman tangan Yasa pada wajahnya, masih begitu membekas di ingatan. Membuat niatnya untuk bercerai semakin bulat.Aya tidak ingin kejadian yang sama terjadi lagi ke depannya. Karena, bukan hanya sekali itu, Yasa melempar kalimat kasar begitupun dengan sikapnya kepada Aya. Tidak ingin lagi menerima penghinaan dan perlakuan sejenisnya dari Yasa, Aya akhirnya meyakinkan diri, kalau perceraian adalah jalan terbaik bagi keduanya.Masalah Gara, setelah perceraian sudah ketuk palu. Aya memutuskan untuk pindah ke Singapura dan berencana menjadi permanent resid
Read more
Mengambil Alih Seluruh Hati
Suasana ruang sidang I di pengadilan agama kali ini terasa senyap. Baik tergugat maupun penggugat, yakni Yasa dan Aya, keduanya hanya saling diam. Menjawab semua pertanyaan seperlunya. Tidak ada sengketa ataupun perdebatan sengit diantara keduanya. Semua pertanyaan, dari latar belakang gugatan cerai, proses perkawinan, alasan perceraian dan berbagai bukti sudah dilontarkan dengan seksama. Keduanya juga menjawab dengan apa adanya, terutama Aya yang memang dinyatakan dalam status tidak mengingat sang suami sama sekali. Hal itu menjadi perhatian tersendiri bagi majelis hakim. Yasa sedari tadi dengan terang-terangan selalu memandang Aya yang duduk tidak jauh dari dirinya. Namun Aya, sama sekali bergeming, tatapan gadis itu hanya lurus mengarah pada majelis hakim. Dan sampailah pada tahap saat para majelis hakim, secara bergantian menyampaikan pesan-pesan moral kepada kedua belah pihak. Berusaha memberi nasehat dan upaya perdamaian dengan memberi sudut pandang yang luas. Di situ, Yasa m
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status