Semua Bab Istri Dokter Somvlak: Bab 31 - Bab 40
60 Bab
Mau Keluar? Ayo!
Udah hampir seminggu Juleha bed rest di rumah. Dia emang gue larang kuliah dulu, pokoknya kalau belum sehat beneran belum gue bolehin ke mana-mana. Padahal dia sebenarnya udah lebih dari sehat, orang kemarin waktu salah ngasih susu pelangsing aja dia sehat-sehat aja kok.Gue emang nggak sempet baca waktu beli tuh susu, lihat kemasannya cewek seksi, ya udah gue beli aja. Namanya juga nggak pernah belanja susu hamil, ditambah lagi waktu itu terburu-buru, ya udah … lihat yang bening gue ambil aja. Sebenarnya ada sih susu ibu hamil yang nampilin perut gede, tapi Juleha 'kan, perutnya belum keliatan segede itu, ntar anak gue kalau melembung gimana.Oh iya, tentang reaksi Mama pas tahu gue salah ngasih susu ke menantunya, hampir aja gue disiram sama air bekas cucian piring. Marah besar pokoknya.Bagaimana beliau bisa tahu?Mudah sih, gue seperti biasa buatin Juleha susu, dengan wajah seneng nampilin senyum bangga biar dipuji Ma
Baca selengkapnya
Demi Bini
Gue manatap pohon mangga yang tinggi menjulang kayak tiang listrik. Sebenarnya ada yang bergelayutan di bawah dan bisa digapai sih, tapi Juleha minta buah yang nggandul di tengah-tengah. Katanya buah itu paling montok dari yang lain. Padahal kalau gue lihat, sama saja aslinya. Awas banget sih matanya."Le, yang ini aja ya. Jauh banget itu.""Ih, Mas Vino kok gitu. Ini demi kecebongnya Mas Vino lho, jangan cuma bikinnya aja yang mau, giliran udah jadi, ngidam nggak mau nuruti."Ya ampun, mulutnya Juleha, perlu gue amplas apa ya biar alus dikit kalau ngomong. Frontal banget, mana ada Rayhan sama Satria lagi yang dari tadi cengingas-cengingis ngetawain gue. Berasa mereka berdua puas banget lihat gue menderita bagini."Le, mulut lo itu lho, nggak baik bilang gitu." Gue menegur Juleha pelan."Habisnya Mas Vino nggak mau nuruti Juleha kok. Cuma manjat gitu aja nggak mau, masa kalah sama monyetnya tetangga yang kemarin manjat pohon pisan
Baca selengkapnya
Halan-Halan
Sepulang dari rumah Satria, Juleha ngajak jalan-jalan dulu. Katanya dia belum ingin langsung pulang. Mumpung lagi di luar mending sekalian jalan katanya. Nggak tau dia ngajak jalan ke mana, gue yang dari tadi merhatiin dia ngomong, iya-iyain aja kemauan dia. Lagi pula sekali-kali nurutin kemauan Juleha, toh dia belum minta apapun selama menjadi istri gue. "Mas Vino, nanti Juleha boleh makan apapun 'kan?" "Iya, asal jangan nanas dan minuman bersoda, kasian anak gue." "Lho, kok Mas Vino nggak ngasih pengecualian ke tai juga sih. Itu artinya Mas Vino bolehin dong, kalau seandainya Juleha ngidamnya nggak terkontrol. Tega kowe Mas." Gue yang mendengar itu melongo dibuatnya. Apa katanya tadi? Ya Allah, harus gitu gue perjelas semuanya. Sekalian aja dia gue larang makan biawak. Bisa aja mikirnya sampai ke situ, Le. Ya kali, anak gue cacing perut yang doyan gituan. "Bukan begitu maksudnya. Masa iya sih, gue bakal biarin gitu aja, lagian lo juga masa bakal nekat sampai ke sana." "Mas Vino
Baca selengkapnya
Rasa Khawatir
“Mas Vino kenapa sih? Kok gitu banget lihatin aku.” Juleha yang hendak mau turun dari mobil ia urungkan saat gue terus saja menatapnya dengan mata yang terus mengintimidasi. Sebenarnya gue lagi kepikiran sesuatu. Meskipun kandungan dia sudah dikatakann membaik dan bisa melakukan aktivitas seperti biasa—asal tidak berat, tapi tetap saja gue khawatir. Sebenarnya gue udah nyuruh dia bolos lagi sehari, tapi Juleha menolak, katanya sudah terlalu lama berada di rumah.“Le, lo ada temen cewek yang dekat sama lo nggak?”Juleha mengernyit, dia terlihat sedang memikirkan sesuatu. Lalu kemudian menggeleng. “Kalau temen dekat cewek, sebenarnya Juleha ndak punya, Mas. Temen Juleha yang paling dekat ya ….” Dia menjeda kalimatnya dan menatap ke arah gue ragu. Alis gue langsung aja terangkat untuk meminta dia melanjutkan kata-katanya itu. Penasaran, siapa teman dekat dia sebenarnya.“Siapa?” tanya gue nggak sabaran. J
Baca selengkapnya
Kedekatan Baru
“Bagus, kamu jangan terlalu dengarkan omongannya Mas Vino ya. Aku nggak terlalu perlu diawasin kok. Lagian, Mas Vino tuh, apa-apaan coba nyuruh begitu. Kayak Juleha anak kecil aja. Lagi pula, kamu nggak digaji, Gus. Jangan mau.” Aku dari tadi nyerocos mulu di samping Bagus. Tanpa sadar kalau pria yang ada di sampingku ini terus memperhatikanku, bahkan seulas senyum sampai terbit di bibirnya.“Nggak apa-apa kok, Leha. Aku nggak keberatan. Lagi pula, apa yang dibilang suami kamu itu ada benarnya lho. Dia hanya merasa khawatir sama anak dan istrinya. Dia hanya sedang memposisikan sebagai suami dan ayah yang siaga. Aku seneng kamu bisa mendapatkan aki-laki yang baik, dan sepertinya lebih baik dari aku.”Langkah kakiku seketika langsung berhenti dan memperhatikan dia dengan seksama. Bagus … apa yang dia katakan, dia waktu salah melamarku malam itu bukan karena suka sama aku, kan? Dia hanya kasian, makanya mau bertanggung jawab. Itu hanya sebat
Baca selengkapnya
Ada yang Perhatian
Bagaimana perasaanku? Setelah tadi sempat ketahuan mengagumi Mas Vino diam-diam. Sudah begitu, malah ketahuan lagi. Malu? Tentu saja. Merasa bersalah? Ini juga aku rasakan karena sempat membuatnya terjatuh dari atas ranjang tadi. Lalu sekarang … aku bahkan tidak melihatnya di manapun semenjak menuruni tangga dan membantu Mama sama Bik Minah.Katanya tadi dia mau mandi, tapi semenjak aku keluar dari kamar mandi, Mas Vino tidak ada di kamar. Tempat tidur juga masih berantakan, di bawah juga aku tidak menemukan keberadaannya.“Kamu cari siapa, Juleha? Kok dari tadi celingak-celinguk.” Mama yang sedang duduk di atas kursi dan menikmati secangkir ternyata memperhatikan tingkahku dari tadi.“Anu, Ma, kok dari tadi aku nggak lihat Mas Vino ya. Dia di mana?” Akhirnya aku jujur juga tentang kegelisahanku karena dari tadi tidak ada Mas Vino setelah kejadian pagi tadi.“Owalah, Vino. Dia tadi keluar. Biasanya sih olahraga kalau l
Baca selengkapnya
Periksa Bareng
“Hari ini nggak usah kuliah ya.” Mas Vino pagi-pagi sudah duduk di depan teras dengan kopinya dan handphone di tangan. Tidak lupa sama kaca mata bulat yang bertengger di hidungnya, membuat pesona ketampanannya semakin bertambah.‘Pagi-pagi memang harusnya begini sih, lihat yang seger-seger ya, Nak. Kayak bapakmu itu.’ Aku tertawa dalam hati sambil terus menyiram tanaman Mama. Sekarang aku udah nggak bantuin di dapur lagi setelah kejadian mual-mual pagi itu yang membuatku malu karena Mas Vino harus berjibaku sama muntahanku. Yah, aku tahu kalau tidak ada rasa jijik di raut mukanya itu, tapi tetap saja aku sudah membuat Mas Vino susah.“Tapi, Mas. Hari ini Juleha mau ada kuis,” kataku mencoba menolak ajakannya Mas Vino. Bagaimanapun, aku ini udah disekolahin suamiku secara gratis tanpa membayar sepeser uang pun. Setidaknya aku harus membuat nilaiku bagus dan tidak mengecewakan.“Lebih berharga mana, kuis
Baca selengkapnya
Permen Kapas
Juleha dari tadi manyunin bibirnya terus setelah keluar dari rumah sakit habis gue anterin periksa. Ceritanya dia lagi ngambek karena dia nggak gue kasih hasil cetak USG bayi kita. Lagian ngapain banyak-bayak coba, satu diliatin berdua kan bisa. Nggak cuma itu, dari tadi dia juga terus ngedumel nggak selesai-selesai. Persis kayak ibu-ibu yang nggak jadi dapat diskon beli semvak gratis beha.“Le, udah kenapa sih ngedumelnya.” Gue mulai negur dia yang jalan mendahului gue. Saat ini kami sedang berada di taman bermain. Buat membujuk dia siapa tahu bisa luluh. Tapi pada kenyataannya, pas udah sampai di sini, dia malah ngedumel makin keras, bikin gue malu aja. Apalagi saat ada tatapan ibu-ibu yang liatin gue sambil geleng-geleng kepala.“Bikinnya aja berdua. Giliran oroknya jadi, nggak mau berbagi berdua. Kalau soal jatah aja nomer satu, tapi kalau soal istri nomer sekian. Suami apa tuh yang sifatnya seperti itu. Bener nggak, Bu?”Nah … kan, apa gue bilang, dia sampai nanyain ibu-ibu yang
Baca selengkapnya
Pertemuan
Hari ini aku bahagia banget pokoknya, Mas Vino dengan senang hati mau nurutin kemauan aku. Seneng deh kalau dia jadi jinak gini. Nggak cuma itu, dia juga banyak ngalah sama Juleha. Entah apa alasannya, bahkan aku sendiri sampai nggak nyangka bisa seberani itu sama Mas Vino, padahal biasanya aku hanya diem aja, kicep nggak berani berkutik kalau di hadapan Mas Vino. Udah mirip anak kucing mau dieksekusi. Tapi sekarang … lihat saja, bahkan Mas Vino masih mau menemaniku makan di salah satu kedai yang tak jauh dari taman bermain. "Mas Vino ndak makan?" Aku menatap Mas Vino yang malah asik sama benda persegi di tangannya yang setiap hari selalu dielus dan dipijit. 'Istrinya aja jarang dibelai, masa benda keramat berupa handphone itu selalu menjadi teman utamanya sih.' "Mas Vino denger Juleha ngomong nggak sih?!" Tuh 'kan, jadi ngegas. Ya Allah maafkan Juleha kalau hari ini bikin stok sabar Mas Vino makin menipis, makin nambahin keriput di pipinya dia. "Iya, Le, denger. Kamu makan aja, g
Baca selengkapnya
Masih Rahasia
Satu bulan sudah berlalu. Hubunganku dengan Mas Vino semakin membaik. Tidak ada masalah berat yang menghampiri kami selama itu. Semua membaik. Aktivitas Mas Vino juga masih sama, selalu membuatkanku susu ibu hamil untukku setiap pagi. Mengantarkanku pergi ke kampus kalau seandainya kami berangkat bareng dan dia ada waktu buat nganterin, kalau tidak … biasanya aku akan memesan online. Kalau pulang kuliah, biasanya Bagus yang mengantarkanku jika Mas Vino berhalangan tidak bisa menjemput.“Hai, Leha.”Aku mendongak, menatap seorang gadis cantik yang berpenampilan modis menghampiriku dan duduk di depanku. Aku tidak terlalu mengenal teman-teman kampusku. Maklum, aku jarang bergaul, hanya sedikit dari mereka yang kukenal, itu pun tidak terlalu akrab. Salah satunya Siska, gadis cantik yang sekarang sedang duduk di depanku ini, kabarnya tengah menyukai Bagus.“Hai.” Aku balas menyapanya canggung, kami tidak terlalu dekat memang.“Emm … boleh kan, gue duduk di sini.”“Silahkan. Ini tempat umum
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status