Lahat ng Kabanata ng Pesona Sang CEO: Kabanata 61 - Kabanata 70
90 Kabanata
Bab 60. Ulah Jessy
Sisa liburan tersisa dua hari, akan tetapi malam itu Devi memutuskan untuk kembali ke Surabaya lebih awal. Semua terjadi begitu saja, benar-benar diluar rencana, kini Rangga berhasil mengusik akal sehatnya, keindahan pulau Bali porak poranda. Pure, taman dan pantai yang indah tak lagi menarik hatinya. Jessy yang masih terlalu dini hanya menuruti apa yang dikatakan oleh ibunya. Dengan penerbangan pesawat terakhir dari Denpasar ke Surabaya, Devi memutuskan untuk pulang. Dan tepat tengah malam Devi telah pergi meninggalkan bandara Juanda dengan taxi menuju rumah.Kembali terjun ke urusan salon sekaligus ibu. Bulan Januari menjadi awal tahun yang cukup menyita pikiran Devi. Salah satunya suster yang biasa menjaga Devi tak kunjung kembali. Padahal libur yang diberikan Devi sudah terlewat selama empat hari. Dan selama empat hari itu pula Jessy selalu ikut kemanapun Devi pergi, dari ke kantor hingga sidak ke luar kota. Dan di hari ke lima sebuah pertemuan dengan rela
Magbasa pa
Bab 61. Pengasuh Baru
Setelah makan siang bocah itu tidur di bawah ketiak ibunya. Devi yang terbiasa sibuk sepanjang hari, matanya sama sekali tak mau terpejam. Akhirnya ia bangkit meraih ponsel di atas meja, kembali menelfon pengasuh Jessy, entah yang berapa kali ia lakukan hal yang sama beberapa hari belakangan ini. Kali ini panggilannya diterima oleh seseorang yang berbeda.  “Mohon maaf tidak memberi kabar apa pun, kami sedang berduka. Anak kami meninggal seminggu lalu.” Hanya itu yang keluar dari mulut wanita dengan isak tangis yang sangat deras. Setelah mengucapkan bela sungkawa Devi mengakhiri telefon lalu duduk di atas sofa, ia memejamkan. Ia pusing. Tak dipungkiri ia sedih kehilangan sosok yang ia percaya namun tak bisa dialihkan pula pemikirannya tentang mencari sosok pengasuh baru. Bukan hal sulit untuk mencari pengasuh baru, namun yang sulit dan merepotkan adalah mencari sosok yang tepat. Pemikiran semacam itu muncul bersamanya beberapa berita yang pernah ia baca d
Magbasa pa
Bab 62. Kedatangan Masalalu
“Ada yang mencarimu.” Susi berdiri tepat di samping meja repsesionis sengaja menyambut kedatangan Devi. Kening Devi berkerut. “Siapa?” “Rangga. Dia sedikit mabuk.” “Suruh pergi!” Wajah Devi merah padam, dengan badan tetap tenang. “Sudah aku suruh dia pergi, tapi dia tidak peduli.” “Di mana sekarang keparat itu?” “Di ruang tamu.” Langkah Devi berlanjut, gerakan tubuhnya tenang, wajahnya semakin culas ia naik ke lantai dua langsung menuju ruangan khusus menerima tamu. Susi pun berjalan mengikuti dari belakang. Dengan kasar Devi mendorong pintu, bau khas alkohol menusuk hidung. Tubuh Rangga terlentang tak berdaya di atas sofa dengan kaki bersepatu. Dua matanya tertutup rapat, dengan mulut sedikit terbuka, bulu-bulu halus penuh di sekitar wajahnya tak terawat. Devi menatap dengan mata culas sekian detik, seperti menatap sebongkah kotoran binatang. Buang muka dan meninggalkan pria itu begitu saja. Sedangkan Susi masi
Magbasa pa
Bab 63. Apa Karena Aku Perempuan?
Paparan peristiwa kala Rangga bersama seorang wanita kembali mengusik kepala Devi. Bagimana bisa pria itu bisa cepat berubah kehendak hatinya? Bahkan hingga detik ini benar-benar tak pernah terpikirkan mengapa sosok itu kembali menuntut sebuah penjelasan. Bukankah dia sudah bersama wanita yang lain? Untuk apa berada di sini? Sebenarnya siapa yang membutuhkan penjelasan? Dirinya sendiri atau Rangga. Batin Devi ragu. “Kamu gila Rangga!” desis Devi. Rangga tersenyum masam dengan ucapan sengit Devi, sedikit pun ia tidak tersinggung. Yang jelas ia sedikit gemas menatap wajah Devi yang sedang marah. “Iya aku memang gila.” Seketika itu Rangga semakin kaku. “Pergilah!” Devi tetap buang muka. “Jelaskan semuanya! Aku hanya ingin tahu yang sebenarnya.” Rangga kembali berdiri lalu menatap jendela. Terlihat awan biru berubah kekuningan, matahari pun mulai redup. Devi masih enggan untuk bicara, penjelasan seperti apa yang pria itu inginkan, sejatinya ia sudah pernah berkata apa adanya dan akh
Magbasa pa
Bab 64. Debat Kusir
“Mbak, mohon maaf saya ganggu. Ini Dek Jessy tidur tapi seperti pingsan. Terus pengasuhnya ngak ada di rumah. Kalau bisa Mbak Devi pulang sekarang juga saya takut terjadi apa-apa sama Dek Jessy.” Panggilan telefon dengan informasi singkat itu menjadi akhir perdebatan Devi dangan Rangga. Melahirkan perasaan yang lebih kacau dari pada berdebat dengan Rangga, kini wajah Devi tanpak tegang. Dengan gerakan cepat ia matikan komputer yang masih menyala dan bergegas meninggalkan kantor.   “Ada apa?” tanya Rangga sambil melangkah mengikuti Devi. Devi diam tak peduli dengan pertanyaan Rangga. Dengan langkah tergopoh-gopoh ia  melewati tangga sambil memesan taxi online lalu kembali menelfon ARTnya. “Mbok, bawa Jessy ke Nasional Hospital. Saya sudah telfon taxi online. Jadi kita ketemu di rumah sakit.” “Tapi Mbak, saya takut...” suara itu terdengar ragu. Devi menarik napas panjang lalu bicara dengan nada keras. “Nurut apa kata saya Mbok!
Magbasa pa
Bab 65. Malapetaka Menimpa Jessy
Jessy terkapar lemas tak berdaya di ranjang rumah sakit, wajahnya lesu, bibir pucat pasi dengan kelopak mata tertutup rapat persis seorang manusia dengan mimpi indah. Di sisi lain perempuan yang berusia hampir lima puluh tahun itu duduk tepat di samping Jessy, dua matanya berkaca-kaca sambil menatap gadis kecil yang berbaring dihadapnya. Ia semakin gundah gulanan kala sang tuan tak kunjung datang. Sedangkan suster dan dokter sudah dua kali bertanya di mana orang yang bertanggung jawab atas Jessy. Dan ia hanya bisa menjawab, “tunggu ibu dari anak ini akan segera datang.” Lima belas menit terasa terlalu lama untuk hal menunggu akhirnya sosok itu datang. Devi langsung memeluk Jessy, seluruh wajah bocah itu dikecup dengan air mata berlinang. Beberapa kali ia juga memanggil nama Jessy, tapi bocah itu tidak memberikan respon apa pun. Hati Devi seketika remuk, tak pernah ia menatap putrinya dalam kondisi sedemikian mengerikan. Dan tak lama kemudian dokter kembali datang memeriksa kondisi
Magbasa pa
Bab 66. Sang Mantan, Pelipur Lara
Kalimat terakhir yang terlontar dari bibir Rangga kembali mengelitik Devi, namun tidak memancing amarahnya kali ini. Karena ada hal yang lebih penting dari pada harus meladeni Rangga. Salah satu mata Devi melirik Rangga sejenak lalu kembali fokus pada ponsel di genggamnya. “Mungkin.” “Apa salahnya aku ingin tahu tentang Jessy?” Devi berdehem. “Sejak kapan kamu peduli dengan anakku?” Rangga terdiam, ingatnya melayang kepada kenyataan siapa sesungguhnya gadis kecil yang pernah ia anggap seperti bagian dari dirinya itu. Namun sebenarnya kenyataan yang sekarang tidak merubah rasa kasih sayang dirinya dengan Jessy. Rangga tahu benar jika Jessy adalah gadis kecil yang tak tahu mengapa ia harus hadir di antara orang dewasa yang runyam. “Saya tahu, kamu tidak akan bisa peduli dengan Jessy, setelah kamu tahu siapa sebenaranya.” Devi tersenyum sinis. “Sama seperti kamu pergi dari aku dan membesarkan egomu.” Rangga sejenak menatap Devi, lalu kembali fokus dengan kemudi. “Asal kamu tahu. Kam
Magbasa pa
Bab 67. Di Bawah Kendali Rangga
Darah mengalir lebih cepat, memacu jantung semakin berdetak semakin cepat. Kini kepala Devi semakin kepayang, dengan suhu tubuh semakin panas. Kelakuhan nakal Rangga benar-benar membangunkan singa betina yang sudah lama menahan lapar. Bahkan ketika detik ini mangsa telah di dalam tikaman, Devi masih menahan lapar itu.Sedangkan Rangga semakin melayang, dua tangannya kini bergerak liar di punggung Devi, mengusap lembut penuh kasih sayang. Bibirnya pun semakin bergerak erotis. Dua menit ciuman sudah berhasil mengoyahkan bentang kokoh yang perkasa.Devi mendorong tubuh Rangga menjauh. “Kamu gila.”Sedangkan Rangga yang sedang dibakar api asmara hanya menatap Devi dengan kepayahan. Tak mungkin ia akan meraih tubuh Devi kemudian kembali melupat bibir manis itu. “Maaf.”“Tolong jangan mengambil kesempatan dalam kesusahanku.” Devi berdiri melangkah semakin menjauh, mencoba mengantur napas serta emosi yang semakin meluap-luap. camp“Aku tidak mengambil kesempatan.” Rangga ikut berdiri. Betapa
Magbasa pa
BAB 68. Rangga, Pria Keras Kepala
Ruang rawat inap dengan fasilitas VIP, terdiri dari dua kamar. Satu kamar yang terdiri dari sofa-sofa berbahan bludru lengkap dengan televisi besar, di tengah-tengah terdapat meja lengkap dengan buah-buahan serta beberapa botol air mineral. Di situlah sekarang Rangga berasa, memainkan ponselnya. Sedangkan ruangan satunya di mana Jessy terbaring lemah, di sampingnya Devi duduk terus memandangi wajah pucat putrinya. Tepat di sebelah Devi terdapat ranjang dengan bantal dan selimut yang masih tertata rapi. Terdengar lamat-lamat suara Rangga sedang bicara dengan seseorang, meminta di antarkan makanan dan juga pakaian. Hal itu hanya membuat kedua alis Devi mengkerut; pria itu masih sama seperti dahulu, keras kepala. Bisik hati Devi. Tubuh yang letih satu paket dengan perut yang kosong kini telah mengusai tubuh Devi. Meskipun atas nakas, di sebelahnya terdapat buah-buahan entah mengapa ia tidak berselera makan. Bahkan jika diingat sejak mendapatkan kabar Jessy di rumah sakit, setetes air
Magbasa pa
BAB 69. Entah!
Mata Jessy masih terlihat sayu, dengan lingkar hitam kecoklatan. Tubuhnya lunglai, hanya saja senyuman di bibirnya masih sama, merekah sempurna seperti mawar yang baru mekar. Siapa pun yang melihat tawa dan senyum itu pasti akan ikut mesem bahagia.Dan kebahagiaan itu bukan saja menular ke Devi dan Rangga tapi pada semua yang ikut adil dalam merawat Jessy. Termasuk dokter dan para suster. Berkali-kali memuji bagaimana bocah itu melawan racun dalam tubuhnya, dengan banyak tersenyum ceria tanpa drama rewel. Atau entah, ia hanya anak kecil yang engan merasakan sakit.Jessy pun dengan lahap menghabiskan satu porsi sup dari tangan Rangga, khusus pria itu yang bisa menyuapi bocah itu. Apa bila Devi yang mengambil alih sendok ia menolak membuka bibir. Setelah empat jam terjaga akhirnya Jessy kembali tertidur, kali ini Devi dan Rangga membiarkan bocah kecil itu menutup mata. Karena sebenarnya sejak dua jam lalu bocah itu terus menguap, menahan kantuk. Begitu kuat efek obat yang di berikan A
Magbasa pa
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status