All Chapters of Pesona Sang CEO: Chapter 41 - Chapter 50
90 Chapters
Bab 41. Teman tapi Mesra
Di meja makan seperti malam sebelumnya, Dewi menyiapakan malam dan Devan duduk tenang di meja makan seperti anak sekolah yang memperhatikan guru menerangkan materi.   “Mas, aku hari Minggu sudah janjian sama dokter kalo Mas, ngak sibuk anteri ya!” Dewi meletakan dua piring nasih putih yang masih mengepul.   Devan menatap istrinya kemudian mengakat jempolnya. “Siap komandan!”   Dewi yang gemas dengan suaminya lantas membungkukan badan di hadapan Devan. “Cium dulu kalo gitu!” Pipi Dewi sudah berada tepat di wajah Devan.   Dua kali ciuman selama sedetik membasahi bibir Dewi lalu dirinya melangkah ke kulkas mengambil air dingin.  Kali ini Dewi begitu berbungga-bungga Devan telah kembali ke dirinya yang dulu. Kehilangan Jessy membuat Devan begitu bersemangat untuk melakukan progam  hamil.   Bangkit dari rasa terpuruk yang mengerogoti mentalnya dalam waktu dua bulan. Di situl
Read more
Bab 42. Hubungan Resmi
Perlahan Devi mendorong tubuh Rangga dengan  ujung piring yang berisi melon dan semangka yang ia bawa. Devi tak akan membiarkan ciuman itu terjadi meskipun dalam hatinya menginginkan hal itu lagi.   “Oh ... sory aku hanya bercanda!” Rangga mundur selangkah kemudian tersenyum sambil menatap Devi dengan sendu.   Devi berlalu begitu saja tak perduli dengan celoteh Rangga. Jelas lelaki itu tidak bercanda. Semua tampak nyata, dengan sengaja memhimpit tubuh Devi kemudian dengan manis mencoba mencicipi kembali bibir Devi. Handai saja dirinya tidak mendorongnya, pasti ciuman itu akan terjadi lagi, pikir Devi.   Pertemuan demi pertemuan terus terjalin di cela-cela kesibukan mereka. Semakin dekat semakin erat. Rangga yang mempu mengisi hal-hal manis, konyol dan mengundang kerinduan yang membuat Devi tersiksa jika beberapa hari tak bertemu. Atau sehari tanpa kabar.   Dua orang tersiksa dalam hubungan entah
Read more
Bab 43. Kesedihan Devan dan Kebahagiaan Devi
Wajah Devan tertunduk lemas, dengan detak jantung bergetar hebat. Kenyataan yang ia terima benar-benar seketika membuat dunianya seakan ambruk. Jemari Dewi bergerak perlahan ke punggung tangan Devan, meremasnya dengan kuat. Berharapan suaminya kuat menerima garis takdir yang diluar dugaan.   “Tenang saja Pak Devan itu bisa diobati.” Dokter itu coba menghibur pasien yang ada di hadapaanya. Devan tak menjawab apa pun, bibirnya keluh. Hanya Dewi yang mampuh menjawab ucapan dokter. Dengan jawaban singkat. “Oke nanti kita lihat hasil tes sperma Pak Devan untuk memastikan semua. Mungkin minggu depan hasil lep keluar.” Dokter itu menarik selembar kertas dan menulis sesuatu. “Saya kasih resep vitamin untuk kalian.” “Terima kasih Dok. Berarti kita boleh pulang?”  Bibir Dewi berusaha mengulum senyuman sambil tangannya meraih lembaran kertas.&nbs
Read more
Bab 44. Hubungan Petak Umpet
“Selamat siang? Bolehkah aku masuk?” tanya Rangga dengan kuluman senyum teramat manis. Wajah putih Devi berubah menjadi semu merah. Kaget bercampur rindu telah menjadi satu. Sudah seminggu tak bertatap muka dengan kekasih, karena urusan duniawi kini pria itu telah berdiri gagah. “Wah, baru aja diomongin!” ucap Susi sambil berdiri. “Ya udah aku mau keluar dulu, ada pasien yang mau aku priksa.” Susi bohong. Padahal itu hanya alabi untuk memberikan kesempatan pada sepasang kekasih untuk membayar rindu. Devi berdiri dan Rangga melangkah menghampiri lalu mengecup kening Devi. Mereka berpelukan saling melepas rindu. Berkali-kali Rangga mencium pipi Devi yang membuat sensasi geli saat bulu tipis dan tajam di area wajah Rangga bertemu dengan kulit Devi. “Bulu halus ini membuatku geli.” Jemari Devi meraba bulu halus yang tubuh diarea bibir Rangga. 
Read more
Bab 45. Operasi Gagal!
Tepat enam puluh menit akhirnya seorang dokter yang masih mengenakan baju operasi warna hijau daun tua membuka pintu, mengatakan jika operasi berjalan lancar. Meskipun ada sedikit masalah namun bisa diatasi. Dengan sigap perawat mendorong tempat tidur Devan menuju ruang rawat inap. Dewi melangkah dengan wajah sumeringah lengkap dengan tetes air mata di sudut mata, penuh haru. Devan tersenyum memandang wanita yang setia duduk di sebelahnya. Pandanganya begitu teduh bak rembulan kala purnama. Dari wajah Dewi terpancar sesuatu yang  berbeda, cinta, kesetiaan, ketulusan dan penghormatan semua terletak pada Dewi. Meskipun kadang kala seperti bocah, tapi dari situlah Devan menemukan sesuatu yang dimiliki dari seorang anak kecil. Ketulusan. Entah mengapa baru sekarang Devan merasakan begitu besarnya cinta Dewi padanya. Ke mana saja selama ini baru menyadari hal itu?Dialah wanita yang paling menerima kondisi Devan.
Read more
Bab 46. Garis Takdir
Di dalam mobil yang Devan kendarai hanya terdengar suara derung mobil dan bising suasana jalan siang itu. Sesampainya di rumah Devan melangkah melewati pintu dengan gontai lalu merebahkan badan di sofa halus ruang tamu. Sedangkan Dewi berjalan kearah dapur mencari minuman segar di kuklas. Diraihnya jus dalam kemasan kotak rasa jambu biji kemudian dituangkan kedalam gelas. “Minumlah Mas!” ucap Dewi sambil duduk di sebelah Devan. Devan kemudian meraih segelas jus dari tangan Dewi kemudian mencicipi sedikit. “Terimakasih,” ucap singkat Devan. Kesegaran jus jeruk nyatanya tidak berefek dengan suasana hatinya sekarang. Cemas, sedih, kalut telah tercampur rata memenuhi isi kepala Devan. “Aku akan hubungi beberapa teman dan mencari informasi ke teman-temanku dokter, Mas.” Dewi duduk tepat di samping Devan, kemudian memeluk dan bersandar tepat di bahu Devan. Keesok harinya Dewi dengan semangat duduk di atas ranjang kamar menunggu Devan keluar dari kamar mandi. Tanpa basa basi saat suaminya
Read more
Bab 47. Panggilan Yang Mengusik
Devi merapatkan tangannya di atas dada sambil menatap Jessy dan Rangga bermain lempar bola di halaman belakang. Hatinya kembali kacau ketika mengetahui Devan menghubungi Rangga. Sebenarnya hal yang wajar seorang kakak telfon adiknya. Tapi bagi Devi itu hal yang mengusiknya. Itu tak biasa. Terlebih lagi Devan menghubungi hingga lima kali panggilan. Jika waktu bisa diputar mungkin lebih baik dirinya tak membuka ponsel Rangga. Agar tak melihat yang tak seharusnya. Rangga melambaikan tangan. Isarat untuk mengajak Devi bergabung. Tapi Devi tak bernafsu. “Aku akan buatkan minuman untuk kalian.” “Ide bagus!” Rangga mengakat  kedua jempolnya diikuti Jessy.   Sesaat Devi meletakan jus jeruk lengkap dengan es batu yang menyegarkan. Jessy dan Rangga berlari menghampiri meraih gelas masing-masing. Rangga menhabiskan jus jeruk seketika itu juga. Dan Jessy men
Read more
Bab 48. Pertemuan Devan dan Devi
"Lebih baik kita pulang saja Rangga." Tatapan Devi ke arah jalan, dengan segala pikiran yang berkecamuk. "Bahkan kamu lama sekali tidak berkunjung ke apartemen, sekali-kali kita bisa bersantai di sana." Mulut Devi bungkam, berfikir alasan apa yang masuk akal agar pria ini mau mengikuti kemauannya. Tapi belum sempat otak bekerja, lagi-lagi ponsel Rangga kembali berdering dengan panggilan yang sama. Semakin mengusik pikiran Devi. “Udah angkat aja!” ucap Devi lemas. “Bentar lagi sibuk.” “Aku jadi curiga?” Devi sengaja membuang muka tak ada keberanian menatap wajah pria di sampingnya. “Maksutnya apa?” “Jangan-jangan aku dijebak.” Tanpa menjawab Rangga langsung tahu apa maksud kekasih. Ia perlu melakukan sesuatu untuk membuktikan jika praduga Devi itu salah. Perlahan mobil itu berhenti. Rangga meraih ponsel lalu menelfon balik Devan. “Iya Mas." "Kamu di mana? Susah sekali terima telfon." Terdengar jelas suara Devan. "Maaf sebentar lagi dijalan. Nanti aku telfon lagi ya!” "Ya
Read more
Bab 49. Hubungan Sejauh Ranjang
Sebuah pagi yang suram kala itu. Entah bagi Devi, Rangga atau Devan sendiri. Yang merasa sedikit bahagia hanya Dewi.   Awalnya Devan marah besar, dia tak mengira jika mantan istrinya menjalin hubungan dengan adik kandungnya. Adik yang selama ini ia gadang-gadang, bahkan bukan hanya Devan tapi seluruh wanita muda se-Indonesia yang mengidolakan sosok Rangga, kini membuat Devan hancur.   “Dia itu jalang! Kamu bisa cari wanita mana pun yang kamu mau tapi mengapa harus dia?”   Rangga membuang muka lalu tertunduk. Wajahnya merah padam berkali-kali wanita yang ia cintai disebut-sebut hina. “Memang ini salah saya Mas. Awalnya tidak ada niatan apa pun tapi takdir yang mempersatukan kita. Sebenarnya saya ingin jujur pada Mas Devan, tapi Devi selalu menolak.”   “Takdir? Astaga?”   “Iya Mas, awalnya hanya betah bermain dengan Jessy. Toh dia juga keponakanku juga. Tapi ternyata kami tak bisa
Read more
Bab 50. Misteri Ayah Jessy!
“Jadi kamu sudah…” Devan mencoba menyakitkan diri bahwa dugaanya keliru. Dengan percaya diri Rangga mengangguk dua kali. “Iya Mas, kami saling cinta. Maafkan saya Mas.” Devan berdiri menatap wajah Rangga dengan sangat jelas. Tampak wajah kejujuran dan ketulusan itu terpancar jelas di wajah adiknya. “Bahkan Jessy bukan anakku. Aku ke sini untuk berobat karena aku mandul.” Devan sekilas menatap Dewi, kedua matanya memberi isyarat untuk meninggalkan ruangan itu. Dengan cepat Dewi berdiri mengandeng Devan. Meninggalkan Rangga yang mematung bak tugu. Kali ini Rangga yang dibuat pusing kepayang. Badannya yang masih letih karena pergulatan semalam, ditambah kenyataan pait yang harus ia terima benar-benar membuatnya stress. Sejak kepergian Devan dari apartementnya ia mencoba menelfon Devi namun tak ada satu pun panggilanya ia terima. Bahkan nomor whatsapp telah di b
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status