All Chapters of Jiwa Nyasar (Kau adalah aku): Chapter 11 - Chapter 20
81 Chapters
Bab 11
"Mau kemana? Sekarang lo gak bisa kemana-mana.""Mau ngapain si lo pada, gak ada kerjaan banget bully gue terus. Kurang kapok gue Jambak? Apa perlu gue buat darah keluar dari tubuh kalian?" Sorot Zain tajam.Mereka semua malah tertawa tanpa rasa takut. "Tutup bacot lo, ada seseorang yang ingin ketemu sama lo!""Siapa?" Sinis Zain."Kak Joy!" Pink tersenyum miring. Setelah Joy masuk pink cees keluar. Joy mendekati Zain di pojokan sana, ia sedang memerhatikan Joy yang tidak bisa ditebak."Ngapain lo ke sini?" Jutek Zain.Joy mengukir senyum di bibirnya."Kenapa si Pria? Kamu ada dendam apa?" Joy tampak mengelus rambut Zain.Beberapa saat kemudian Joy menjambaknya."Akkk, sakit bangsat!" ronta Zain. Tawa dari Joy mulai terdengar."Sakit ya, lebih sakit mana saat lo hancurin acara tunangan gue sama Zain. Lo itu siapanya Zain si? Lo gak berhak masuk ke kehidupan Zain anak kampungan!"Zain menyunggingkan seny
Read more
Bab 12
Mulai saat ini Cici menjauh dari Prita. Ia yakin cewek di sampingnya ini sebutnya adalah Zain. Karena dari sejak beberapa Minggu yang lalu sikap Zain yang menghawatirkannya sama persis dengan Prita.Zain menoleh pada Cici yang sedang memperhatikannya. Ia melotot tajam membuat Cici segera melihat ke papan tulis lagi."Mimpi apa gue harus satu bangku sama ni monster," batin Cici merasa takut.Di sisi lain, Prita tidak masuk sekolah, karena ia sedang mendatangi tempat kecelakaan antara dirinya dan Farel waktu lalu."Perasaan tempat ini gak keramat. Terus penyebab jiwa gue nyasar kenapa?" Prita melihat hanya melihat beberapa pohon yang sekarang di isi oleh pedagang.Refleks Prita melihat seorang wanita yang tampak berpakaian aneh sedang melihatnya sambil tersenyum miring.Wanita itu segera menyebrang jalan saat terciduk oleh Prita."Hei! Mau ke mana?" teriak Prita. Ia segera mengejar wanita tersebut.Wanita itu tetap berjalan cepat
Read more
Bab 13
Drrtt! Drrtt!Zain meloncat ke kasur untuk mengambil ponselnya yang sedari tadi berdering.Hep! Zain berhasil menangkap benda tersebut. Ia melepas handuk di kepala yang melilit rambut panjangnya. Zain baru saja habis keramas.Saat Zain hendak mengangkat panggilan dari Prita, Resti malah tiba-tiba datang dan segera merebut ponsel miliknya."Ketahuan kamu ya, Pri! Jam segini masih main hape. Pake teleponan segala lagi! Ibu sama kamu kan sudah sepakat bahwa kamu di jam segini belajar dan lanjut tidur! Apa gak puas seharian main hape?"Rasanya ubun-ubun Zain ingin meledak mendengarkan omelan dari Resti barusan. Di rumahnya tidak ada yang seberani ini padanya. Tidak ada seorang pun yang berani membentak. Tidak ada seorang pun yang berani memarahinya. Apalagi karena soalan sepele seperti ini. "Kenapa si ibu marah-marah terus!" Zain berteriak membuat Resti semakin naik pitam."Eh, kamu! Anak gadis makin berani sama i
Read more
Bab 14
"Ngapain lo di sini?" sinis Zain."Maksudnya?" Joan mengangkat kedua alisnya. "Gue tanya ngapain lo ke warung butut ini?" sentak Zain kasar. Membuat Joan bertambah bingung."Hah?"Plak!Resti tiba-tiba datang. Ia langsung menjitak belakang kepala Zain seenak jidat. Kala Zain menengok ke belakang, Resti menatapnya penuh kobaran api."Aduh!" ringis Zain seraya menjamah kepalanya yang tadi kena pukul Resti."Apa-apaan kamu Pri? Ngatain warung sendiri butut?" protes Resti.Perasaan Resti semakin janggal kala melihat tingkah Prita yang semakin hari semakin aneh. Resti menelisik tubuh Prita dari bawah ke atas. Resti melihat dengan lekat. Kemudian mengembuskan napas berat kala tersadar wajah Prita tetaplah wajah Prita.Zain baru sadar ia sudah bukan lagi Zain. Ia adalah seorang gadis. "Haha. Bercanda, Bu." Tawa Zain dengan tangan menggaruk lehernya."Nih, pempeknya. Silakan di nikmati ya, Tuan mu
Read more
Bab 15
Prita mengikuti langkah Zeno masuk ke salah satu ruangan kosong. Dindingnya terlihat putih bersih. Tak ada bercak noda maupun lumut. Di sudut paling kiri terdapat beberapa lukisan anak kecil yang terpanjang rapi. Prita mendongak melihat empat lukisan besar yang berjejer di atas sana.Prita membidikkan matanya. "Meraka siapa?" Mendengar pertanyaan itu Zeno menoleh dan menghampiri Prita."Ada Zai? Lo lupa sama orang-orang yang ada di lukisan itu?"Deg!Prita menggaruk tengkuk lehernya. Kemudian tertawa."Ahaha! Bercanda, Kak," alibi Prita. Dalam hati ia terus merutuki dirinya.***Banyak orang yang singgah di kedai Yumarijomblo. Sampai-sampai Zain kewalahan mengantar banyak pesanan.Tak berapa lama kemudian ada Cici yang mengambil alih nampan yang ada di pangkuan Zain.Zain lekas pergi ke dapur dan mengistirahatkan dirinya. Ia duduk santai sambil mengipasi dirinya dengan
Read more
Bab 16
Zain berjalan santai menuju rumah. Ia ditemani Cici. Akan tetapi, mereka masih enggan membuka suara."Pri?" panggil Cici untuk memastikan.Zain menoleh."Hhmm?""Lo Prita bukan si?" tanya Cici masih bingung dengan semua perubahan Prita."Aneh lo! Gue Prita kali!" Zain tertawa. Dan tawa itu seperti dipaksakan."Tapi akhir-akhir ini--""Apa? Mau bilang gue aneh?" sela Zain. "Lo tau kan Ci, kepala gue pernah kebentur pas kecelakaan.""Oh iya ya." ***Prita turun dari motornya. Ia meminggirkannya di perempatan jalan itu lagi. Tak tahu kenapa, Prita sering sekali melihat wanita misterius itu berkeliaran di dekat sini. Akan tetapi cepat sekali wanita itu juga menghilang.Di saat yang tak disangka-sangka, Prita berjumpa kembali dengan wanita aneh itu. Prita berdiri tepat di depannya."Sebetulnya kamu siapa?" tanya Prita dengan rasa penasaran yang beranak pinak.Lagi-lagi wanita itu
Read more
Bab 17
Usai makan malam, Zain pergi ke kamarnya. Tak lupa wanita paruh baya itu juga mengikuti langkahnya. Zain mengambil beberapa hasil ulangan dari tasnya. Kemudian ia menunjukkan itu pada Resti satu per satu."ni ulangan matematika," kata Zain sembari memperlihatkan nilainya pada beliau.Melihat angka yang sangat tinggi itu, membuat Resti tercengang. Dan mungkin ini kalo pertama Resti melihat nilai mata pelajaran  matematika sang anak begitu baik."Ini bahasa Inggris." Zain kembali memperlihatkan nilai berikutnya."Dan terakhir, biologi," ucap Zain semakin membuat mata Resti membulat."Wah, ini nilai, anak gua?" Tatap Resti tak percaya. Sungguh sempurna nilai yang di dapat sang anak."Nilaimu ini, Pri?" tanya Resti masih tidak bisa menelan salivanya sendiri. Ia masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya."Iya." Zain mengangguk mantap."Pinter kali anak emak!" Heboh Resti seraya mengusap kepala Zain penuh cinta."Bia
Read more
Bab 18
Setibanya di rumah sakit, Zain langsung diberi penanganan oleh dokter. Sementara keluarganya menunggu di luar. Delon mondar-mandir tak karuan. Ia sangatlah cemas dengan kondisi sang anak yang masih ada di dalam sana. Dan dokter pun belum keluar, sehingga ia tidak bisa mengetahui bagaimana kondisi sang anak sekarang. Untunglah. Tak berapa lama, pria dengan jas dan teleskop di dadanya keluar dari ruangan Zain. "Anak saya kenapa, Dok?" Delon langsung bertanya. "Anak bapak keracunan," jawab sang dokter membuat semua orang terkejut di sana. Kecuali Liana. Sebab wanita berparas bak nenek sihir itu adalah pelakunya. "Apa?" Kaget Liana. Tentu saja ia hanya pura-pura agar terlihat seperti ibu yang sedang mengkhawatirkan anaknya. Padahal pada nyatanya di dalam hati terdalamnya, Liana sangat bahagia. Dan ia juga mengharapkan Zain segera mati, agar rencana untuk menguasai harta Delon tidak ada penghalangnya lagi. "Kurang ajar. Siapa yang berani me
Read more
Bab 19
Kala Joan dan Joy membantu melepaskan Prita dari tali yang mengikatnya. Pink dan kedua temannya mengambil kesempatan dan segera berlari dari sana."Hei, kalian mau ke mana?" sentak Joan yang langsung ditahan oleh Joy."Jo, mending lo anterin Prita pulang. Kasian dia. Dia kelihatannya syok," alibi Joy. Sehingga Joan beralih lagi pada dirinya dan Zain."Lo giamna Joy? Lo ngga apa-apa kan?" Joa menelisik tubuh Joy khawatir.Joy tersenyum lalu bergeleng. "Gue gak apa-apa, Jo.""Prita kamu gak apa-apa?"Zain bergeleng. "Berkat lo dan dan cewek lo, gue gak apa-apa." Zain tersenyum santai. Dan senyuman itu membuat Joy kesal bukan main."Thanks, ya, Joy. Udah nyelametin gue," kata Zain seraya menepuk pundaknya.Joy menatap tajam. Menyembunyikan amarnya diam-diam.***Joan berakhir mengantarkan
Read more
Bab 20
Yudi memang sulit dibangunkan. Jika bukan suara ibunya yang terus-menerus masuk ke gendang telinganya, cowok itu tidak akan pernah bangun sampai magrib pun."Bangun atuh, a, di luar banyak temen kamu," seru sang ibu sekali lagi."A Yudi, bangun!" gertak sang ibu lagi. Kali ini lebih kencang mengarah ke salah satu telinga Yudi.Anak itu mulai menggeliat. "Di luar ada temen kamu, tuh!" ucap sang ibu pada sang putri yang kini mulai membuka matanya secara perlahan."Siapa, Bu?" tanya Yudi."Kite, Yud. Molor Mulu lo," sambar Jali dan yang lainnya. Mereka sedang berdiri di ambang pintu dan berjalan masuk."Tuh, mereka masuk ke kamar kamu. Udah bangun dan cepet mandi. Ibu mau buka warung dulu yah. Kalo mau makan makan aja, sekalian ajak teman-teman kamu. Ibu pergi dulu." Pamit sang ibu."Makasih, Bu." Deo berucap."Ibu permisi dulu, ya. Kalian kalo mau apa-apa ambil aja." Dengan senang hati ibunya Yudi mempersilakan merek
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status