All Chapters of Jiwa Nyasar (Kau adalah aku): Chapter 41 - Chapter 50
81 Chapters
Bab 41
"Kak Joy?" Pink menghampiri Joy yang terlihat terus bergerutu.Joy terduduk di bangku koridor, Pink pun ikut duduk di sana dan mulai menanyai Joy. Seharusnya Joy masih berada di gudang dan menikmati penderitaan yang sedang Prita alami."Kok, Kak Joy ada di sini? Bukannya seharusnya—"Joy mendelik memperlihatkan matanya yang membulat tajam."Zain tiba-tiba ada di sana!" sunggut Joy merasa kesal. Jika saja Zain tidak datang ke sana, pastilah Prita sudah habis di tangannya. Joy tidak peduli jika Prita memang akan benar-benar mati nantinya, toh Prita sulit sekali untuk dihancurkan."Zain datang ke sana? T—tapi giamna bisa? Siapa yang ngasih tahu dia?" Pink juga tidak menyangka sepupunya itu akan tahu dengan posisi Joy dan Prita di gudang."Menurut lo? Siapa lagi kalo bukan temanya itu." Joy menjawab dengan ketus. Suasana hati Joy sedang tidak bagus saat ini. Anak itu memang tumbuh menjadi gadis yang egois dan pemarah dan mungkin ini
Read more
Bab 42
"Akh!" Danu membanting pas tepat di depan sang ibu. Liana sampai refleks berteriak sambil menutup kedua telinganya saking kagetnya.Liana tahu, Danu marah dengan keputusan Delon yang terburu-buru mengalihkan semua kepunyaannya pada anak kandungnya—Zain.Danu merasa ia benar-benar tidak dianggap oleh Delon. Ia merasa Delon hanya mementingkan masa depan Zain saja. Kedua tangan Danu mengepal hebat. Ia memukul nakas hingga berdentum.Bugh!"Danu!" teriak Liana agar Danu tidak terlalu emosi.Danu mendelik penuh kobaran api pada sang ibu. Apalagi yang akan Liana katakan? Semuanya sudah berakhir bagi Danu.Menurutnya, sang ibu itu terlalu banyak mengucapkan omong kosong. Liana selalu berkata bahwa Danulah yang akan menjadi raja di keluarganya. Akan tetapi, sekarang? Semuanya tidak ada yang terbukti. Justru Zainlah yang akan menjadi seorang pemimpin."Kamu h
Read more
Bab 43
"Si Prita itu bener-bener udah jadi anggota Parpati. Meski awalnya kita kira cuma buat jadi pajangan si Zain aja, tapi dia berguna juga. Jangan anggap remeh si Prita. Kalian gak lihat dia begitu lihai. Buk! Buk!" Jali memperagakan adegan Prita yang tadi pagi menghajar Danu habis-habisan. Namun, gerakan yang Prita lakukan sedikit mirip dengan jurus yang selalu Zain lakukan."Bener kata Jali, Prita senjata buat bantu kita melawan anak-anak Zaggar. Apa yang Zain lakukan sudah benar." Sekarang Yudi tahu apa maksud sebenarnya dari apa yang sudah Zain putuskan."Kita harus minta maaf sama Prita, kan awalnya kita kira Prita hanya main-main masuk Parpati," kata Yudi setelah berpikir."Lo bener Yud." Deo mengangguk menyetujui.***Prita mengajak Zain untuk membicarakan sesuatu. Hal yang akan dibicarakan mengenai Delon yang sudah membahas pengalihan kekuasaanya."Kemarin bokap lo ke rumah. Dia membahas mengenai pengalihan kekuasaan nya dia
Read more
Bab 44
"Saya tidak setuju jika kamu memilih Prita. Benar kata Jefry dan Liana, kita tidak tahu asal-usul jelas tentang Prita."  "Kamu tauz Zai? Gadis itu ketahuan mencuri tepatnya saat hendak bertemu saya," lanjut Delon terlihat tidak suka jika mengingat hal tadi siang."Hah, mencuri?" Tentu saja Prita kaget. Tidak mungkin Zain mencuri. Prita yakin ada kesalahpahaman."Ngga mungkin Pah, papa pasti salah paham. Prita tdiak mungkin mencuri!" Prita tidak percaya jika Zain benar-benar melakukan itu. Agaknya membingungkan apabila Zain lah pelakunya."Saya dengar sendiri dari korbannya. Terlebih lagi saya tidak suka dengan gadis itu yang terlalu membela dirinya seolah dia tdiak salah." Mau ditaruh di mana wajah Delon jika nanti Prita menjadi menantunya. Staf dan para pegawainya yang lain sudah tahu kejadian tadi siang. Jika Delon menyetujui Zain dan gadis itu sampai menikah nantinya, maka sama saja dengan Delon menjatuhkan harga dirinya. Ia pas
Read more
Bab 45
"Ini kan yang lo inginkan selama ini Pri? Menjadi orang kaya!" Cici merebahkan tubuhnya di kasur yang amat lembut dan tebal. Ia merasakan kenyamanan berada di atas ranjang ini."Ternyata jadi orang kayak itu gak selamanya enak, Ci. Kalo bisa, gue mending tetep hidup sederhana asalkan sama ibu. Di sini gue kesepian, rumah seluas ini cuma di sisi tiga orang itu pun pada diem-diem aja." Jujur Prita tidak suka berada di sini, ia lebih suka berada di rumah lamanya. Prita rindu dengan kamarnya."Mending lo nikmatin aja dulu. Kalo gue si gak akan pernah bosen. Hmm, nyamannya." Cici malah tertidur dengan selimut yang kini menutup dirinya."Woi jangan tidur, mana katanya mau kasih gue buku?"Plak!Prita menepak bokong Cici dan pada saat Prita melakukan itu, tiba-tiba Bi Yem masuk tanpa permisi sehingga Bi Yem kaget dan berpikir yang tidak-tidak. Karena jujur saja baru kali ini majikannya membawa te
Read more
Bab 46
Hari ini tidak ada yang terjadi di sekolah. Biasanya Joy akan menciptakan sebuah masalah dengan mengganggu Zain misalnya. Akan tetapi kali ini justru cewek itu melewati Zain begitu saja.Prita yakin, Joy merencanakan sesuatu yang besar. Karena tidak mungkin Joy akan diam atau cewek itu sudah merasa menang karena telah membuat nama Prita jadi jelek di depan Delon sehingga Delon jadi membenci Prita dan tidak menyetujui hubungannya dengan Zain.Saat sudah sampai di halaman rumah, Prita melihat mobil mewah milik Zeno. Ya, pria itu sudah lama tidak mengunjungi Prita.Prita berjalan memasuki rumah. Ia menelisik setiap sudut ruangan. Akan tetapi, keberadaan Zeno justru tidak ada di mana pun. Alhasil Prita memilih untuk beristirahat di kamarnya.Perlahan Prita mulai menaiki anak tangga menuju kamarnya. Saat sudah sampai pintunya sedikit terbuka.Ketika hendak masuk, Prita tidak sengaja menemukan Zeno di kamarnya sedang mencari sesuatu di dalam lemari
Read more
Bab 47
Prita pulang dengan perasaan gamang, sebab Delon tetap bersikeras akan menjodohkan Zain dengan Joy setelah dirinya lulus dari SMA. Tinggal menghitung Minggu kelas 12 akan melaksanakan ujian akhir, yang artinya sebentar lagi Joy akan bertunangan dengan Zain.Di sepanjang jalan Prita tetap terdiam dengan pikirannya. Ia tak menggubris Zeno yang entah berbicara apa. Saat ini Prita tak bisa menangkap suara di sekelilingnya.Prita menghela napas, ia akan menghubungi Zain di ponselnya. Prita mengetik sebuah pesan pada anak itu.[Zai, gue ada sesuatu yang harus dibicarakan.]Setelah beberapa saat akhirnya Zain membalasnya.[Ketemu di tempat biasa, nanti malam gue kabari lagi,] balas Zain.Prita mengembuskan napas dan menutup ponselnya."Kenapa si, Zai?" Zain mendelik."Gue gak apa-apa, Kak.""Udahlah gak usah terlalu dipikirkan. Masa depan lo masih panjang gak mungkin juga lo bakal langsung nikah sama si Joy," ucap
Read more
Bab 48
"Zain tunggu!" teriak Prita, karena Zain terus saja berjalan menjauhi dari Prita. Seharusnya Zain tidak perlu sejarah itu, sebab cowok itu belum sepenuhnya mau mendengarkan penjelasan dari Prita."Zai, lo harus percaya!" teriak Prita untuk yang kesekian kalinya. Ia tidak menyerahkan mengejar langkah Zain sampai akhirnya ia berhasil menghafal pria itu."Gue harus percaya sama lo? Gak!" gertak Zain. Kini wajahnya berdalih ke arah lain. Rasanya tidak sudi harus melihat Prita. Ia benar-benar kesal pada gadis itu, karena sellau menjelek-jelekkan Zeno di depannya. Tentu saja Zain tidak percaya, karena menurutnya dirinyalah yang lebih mengenal siapa Zeno. Prita hanya orang baru yang kebetulan menjadi dekat dengan Zeno. Tidak sepantasnya Prita berkata seperti tadi."Tapi Zai, Zeno itu benar-benar—" Zain mengangkat tangannya di depan Prita agar cewek itu segera berhenti berbicara. Jujur saja Zain sudah muak mendengarnya."Stop! Sekali lagi lo je
Read more
Bab 49
Ketika semuanya sedang sibuk berbincang-bincang di ruang tamu. Zain kecil lebih memilih menyendiri di halaman belakang, sibuk dengan pikirannya sendiri.Setelah mendiang ibunya meninggal, Zain memang lebih sering menghabiskan waktu seorang diri. Rasanya ia sudah tidak punya kepercayaan pada siapa pun.Zain melihat layang-layang di atas natabasala sana. Layang-layang itu terbang tinggi. Namun setelah beberapa saat terputus membuatnya jatuh secara perlahan-lahan.Zain menyunggingkan senyuman nya, begitulah hidup, akan ada kalanya di atas—merasa bahagia—berdamai dengan segala keadaan. Dan ada kalanya berada di bawah—dijatuhkan—di tampar oleh kenyataan yang ada.Saat Zain benar-benar terfokus memandang ke depan, seseorang dari belakang secara tiba-tiba membekap mulut Zain dengan tangannya."Hmphh!" ronta Zain.Tubuh Zain langsung dipangku dengan cepat. Zain di masukan ke dalam mobil si pelaku penculikan itu.
Read more
Bab 50
NZeno tersentak dan langsung menutup teleponnya. Ia memeriksa sumber suara yang membuat dirinya kaget.Setelah diperiksa tidak ada siapa pun di sana. Akan tetapi ada vas bunga yang telah menjadi pecahan kaca berserakan di lantai.Tak berapa lama seekor kucing berlarian di sekitar ruang tamu.Melihat kucing itu, Zeno jadi bernapas lega."Huft! Gue pikir siapa!" Zeno mengusap dadanya.Ia masuk ke dalam rumah dan duduk kembali dengan sepupunya itu. Zeno melihat Zain sedang asik menonton tivi, itu artinya yang tadi benar-benar kucing."Siapa yang tadi nelepon?" tanya Prita. Untung saja Prita diselamatkan oleh kedatangan seekor kucing di rumah ini. Jadi Zeno tidak akan curiga pada Prita bahwa dirinya sempat menguping saat Zano menerima telepon.Zeno mengalihkan pandangannya ke arah Prita. "Si Pink. Biasalah nanyain gue," jawab Zeno santai. Prita hanya ber oh ria. Ia pura-pura percaya saja. Padahal Prita yakin orang yang ada di
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status