All Chapters of Cinta Yang Salah: Chapter 31 - Chapter 40
126 Chapters
Aku Cemburu
  Hatiku menggelenyar perih, saat Mas Arkan dan Kak Novi begitu dekat, bermesraan di hadapanku, kupincingkan mata, seraya mengatur nafas, menahan sesak di dalam dada, aku tak tahan melihat pemandangan yang menyakitkan ini.  Padahal beberapa saat yang lalu, Mas Arkan dan aku saling menyatukan hati dan jiwa, dengan penuh cinta. Tapi, kini aku melihat dia mencium istrinya, bertapa sakitnya hatiku, sakit, perih bukan kepalang. Ya Tuhan ... begini rasanya melihat Pria yang kucintai dekat dengan wanita lain, meskipun dia istrinya, hati ini begitu remuk, dan benar-benar terasa hancur, melihat pemandangan yang membuat pedih mata. "Mas, lain kali, kalau mau pergi tuh, ngomong! Biar aku gak nyari'in kamu!" ucap Kak Novi menatap wajah Mas Arkan, kedua tangan mereka sa
Read more
Pura-pura Sakit
Aku bergeming sambil menggigit bibir, kedua bola mataku bergulir mencari alasan yang masuk akal. "Eung ... iya, aku ingat Mas, tadi aku nemu parfum, di meja ruang tengah. Eh, pas aku cium wanginya enak banget, ya ... aku coba sedikit. Terus aku ketemu Mas Arkan, katanya itu punya dia, ketinggalan," ucapku setenang mungkin. Moga saja Mas Anton percaya apa yang aku ucapkan. "Oh ... Kamu suka?" Mas Anton merengkuh pundakku, sembari mengusap-ngusap bahuku. "Suka Mas, wanginya maskulin banget, nanti, aku belikan buat kamu ya, Mas. Untuk membangkitkan gairah," ujarku sambil bersikap manja, aku melingkarkan kedua tangan di pinggangnya. "Kamu." Mas Anton terkekeh seraya menatapku. "Sayang. Mas masih kangen sama kamu, apa kamu mau, melanjutkan yang tadi, melepas kerinduan yan
Read more
Pura-pura Sakit Bagian 2
  "Intan, kamu gak apa-apa kan?" tanya Kak Novi menatapku dengan tatapan cemas. Dia memegang tanganku, dan menggenggamnya erat. Ku lihat ada gurat ke khawatiran di dalam sana, dari tatapan mata perempuan, berkulit agak kecoklatan ini. "Gak apa-apa Kak, aku cuma sedikit pusing, aja," jawabku seraya mengusap keringat dingin di dahi. Aku yang lebih khawatir, takut Mas Anton membahas tentang parfum lagi. "Sebaiknya, kamu istirahat ya, sayang!" timpal Mas Anton menyentuh pipiku kanan dan kiri, "Setelah makan, kita ke kamar lagi,  ya!" lanjutnya mengangguk. "Apa, Intan hamil?" sela Mas Arkan menatapku, dengan wajah berseri, dia menjeda suapannya, dan meletakkan roti di piring keramik putih hadapannya. "Wah, kalau bener kamu hamil, Kakak bangga, tak lama lagi Kakak akan punya keponakan," sambung Kak Novi dengan senyum yang merekah di bibirnya, dia begitu antusias rona bahagia terpancar dari wajahnya. "Semoga," jawabku pelan, ku sung
Read more
Nyaris Ketahuan
  "Makasih ya sayang, kamu sudah memuji Mas. Mas kan jadi geer," ujarnya terkekeh. Mas Anton mencium kilas rambutku di sela aktivitasnya menyapu lantai. "Sama-sama." Aku balas tersenyum dan kembali duduk di kursi. Aku mengambil roti dan mulai menyuapkan ke mulut, sedikit demi sedikit. "Sudah beres, sekarang kita lanjut sarapan!" ucap Mas Anton kembali duduk setelah membuang pecahan gelas, dan menaruh peralatan kebersihan di tempatnya semula. "Oh iya Ton, tadi kamu bilang parfum, parfum apa?" Kak Novi kembali ke topik utama, menatap wajah Mas Anton begitu serius. "Hm," jawab Mas Anton bergumam, sambil mengeringkan tangannya dengan tissue, dan membenahi posisi duduknya.  Gegas aku menyobek roti dan mendekatkan sepotong roti ke mulutnya. "Mas, aku suapin ya! Makasih karena udah beresin belingnya," ujarku sambil tersenyum manis dan bersikap manja. Mas Anton membuka mulutnya, dan memakan roti yang kusodorkan. "Sama
Read more
Alasan
  Kutarik napas pelan sebelum berucap, menghilangkan kegugupan yang menyergap diriku, lalu menoleh seraya mengulas senyuman, pada Kak Novi, yang maju ke arahku dan Mas Arkan. "Eh, kak Novi. Maaf Kak aku gak bermaksud apa-apa, tadi Mas Arkan cuma ini," ucapku terpotong, dadaku bergemuruh tak karuan, meski mencoba tenang. Namun, tubuhku tetap tegang saat melihat Mas Anton yang datang setelah kak Novi.  "Emangnya, kalian lagi pada ngapain? Dekat-dekatan seperti itu?" sembur kak Novi dengan alis bertaut, dia menatap kami dengan tatapan menyelidik, jantungku semakin bertalu takut pada kak Novi. Apa dia cemburu dan mencurigai hubunganku dengan Mas Arkan? Mas Arkan menghadap ke arah perempuan berkulit coklat dan berambut ikal itu, kedua tangannya terulur dan meraihnya, ia tatap kedua manik matanya dengan penuh keyakinan. "Novi sayang, jangan salah sangka dulu ya! Tadi, ada semut di
Read more
Curiga
   "Ton, sebaiknya istrimu segera dibawa ke dokter!" seru kak Novi menatapku, tangannya terulur mengusap wajah serta leherku. "Kayanya kamu beneran sakit, Intan," sambung Kak Novi lagi dengan nada pelan. "Ya udah, kita ke Dokter aja yuk! Biar kamu mendapatkan perawatan. Sekalian Mas pengen tahu, kamu sakit apa? Ataukah ini gejala hamil?" timpal Mas Anton, seraya memijat kepalaku. Ia bergeser dari duduknya, lalu menarik tubuhku dan merebahkannya di sofa, kepalaku berada di pangkuannya. Aku menggeleng, "Gak apa-apa Mas, aku gak mau, aku cuma minta obat sakit kepala aja, istirahat sejenak juga pasti sembuh," tolakku sembari menggenggam tangan Mas Anton. "Mendingan berobat aja! Dari tadi kamu pusing terus, kalau sakit parah gimana? Bukannya kemarin juga kamu sakit, kata Anton, kamu juga habis berobat kan, di klinik kantor," ucap kak Novi dengan nada cepat, dia memang cerewet, tapi, sangat perhatian padaku. "Oh iya, obatnya, masih ada
Read more
Janjian
  "Benar katamu Nov, kita cari bukti, pasang cctv aja untuk memastikan, jangan berasumsi dulu, yang enggak-enggak! Sebelum kita dapat buktinya, rencana kita jangan sampai gagal, kita harus selidiki pasangan kita!" ucap Mas Anton, dengan suara rendah dan mantap.  Kak Novi dan Mas Anton, tak tahu kalau aku menguping percakapannya di belakang sofa yang mereka duduki. Kupincingkan mata seraya memiringkan kepala, untuk menajamkan pendengaran, karena suara Mas Anton sedikit ditahan, ku mencoba tetap tenang dan jangan sampai menimbulkan suara, agar keberadaanku disini tidak disadarinya. "Ton, jam berapa semalam Intan ngilang dari kamar?" suara kak Novi, begitu pelan tapi beruntung telingaku berfungsi dengan sangat baik. "Sekitar, jam dua pagi, dan kembali pukul setengah empat," ucap Mas Anton setengah berbisik. "Sama. Mas Arkan juga pergi dari kamar, sekitar jam dua, tapi dia gak ada di mana-mana, pas aku cariin. Nah, yang bikin aku heran,
Read more
Janjian bagian 2
  Mobil sedan berwarna putih itu menepi di depan gerbang pagar rumahku, tak lama setelah aku memesannya lewat aplikasi transportasi online. "Dengan, Mbak Intan kan?" tanya Lelaki bertubuh agak kurus dengan stelan kemeja putih lengan pendek, dia melongok dari jendela mobil setelah usai menatap layar gawainya dan ia letakan kembali di Dashboard mobil. "Iya Pak, betul," jawabku di barengi anggukan. Aku pun membuka pintu lalu masuk dan duduk di kursi belakang setelah ia mempersilahkanku. "Kemana Mbak?" tanyanya sembari menoleh ke belakang di mana aku berada. "Sesuai aplikasi ya, Pak!" balasku. Aku enggan mengucapkannya ada rasa malu dan risih, jika mengatakan tempat penginapan itu, meskipun aku ini bukan perempuan baik. Walau sebenarnya aku akan masuk ke tempat itu menemuiMas Arkan, kekasihku. "Baik, Mbak," jawabnya singkat dengan anggukkan, lelaki itu melajukan
Read more
Tak Pernah Puas
    POV Arkan.   "Memang, kamu gak ada duanya Mas, aku benar-benar bahagia, dengan apa yang sudah kamu berikan padaku," ucap Intan dengan wajah merona di barengi dengan senyum dari bibir indahnya yang ranum.  "Betulkah," tanyaku, mengangkat alis menggodanya. "Iya, Mas. Kamu lah kebahagiaanku, dan segalanya bagiku," ujar intan. Dadanya naik turun, seiring dengan napasnya yang tersengal. "Aku makin cinta Mas, sama kamu, rasanya aku gak mau pulang, aku ingin terus bersamamu, aku gak mau berpisah denganmu! untuk mengakhiri kebersamaan ini, yang mengharuskan kita berjarak." Intan membelai bidang dadaku dengan jemari lembutnya. "Bukan hanya kamu sayang. Mas juga gak mau lepas dari kamu, kamu
Read more
Ragu
Pov Intan. "Intan, mulai sekarang kita bersikaplah layaknya kakak dan adik ipar. Tapi Mas janji, kalau di luar rumah. Mas akan selalu membahagiakan dan selalu membuatmu puas," ujar Mas Arkan penuh kepastian. "Aku percaya padamu, Mas," ucapku mendongak seraya mengangkat kedua alisku menatap wajah Mas Arkan yang begitu tampan. "Iya, karena hanya kamu yang Mas cintai." Mas Arkan menarik tubuhku ke dalam pelukannya, ia mencium keningku begitu lembut penuh cinta. Kutampilkan lengkungan di sudut bibir dengan sempurna. Kedua netraku berbinar saat menatapnya, menyiratkan bahwa aku sangat bahagia, melalui waktu bersama Mas Arkan. "Terus, gimana, dengan kak Novi?" tanyaku, tangan kananku masih melingkar di tubuhnya yang kekar dan berotot, lalu kuayunkan tangan dan kuusap dada bidangnya yang berkeringat, selepas beraktivitas panas di tempat tidur. "Mas gak mencintai kakakmu. Apalagi, sekarang kamu selalu memberikan kehangatan dan kepuasan untuk M
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status