RIAN RAINA의 모든 챕터: 챕터 31 - 챕터 40
111 챕터
PART 30
"Raina! Raina!" Wanda masuk ke dalam kelas Raina sambil berteriak memanggil nama Raina."Apaan sih lo? Gak tahu sopan santun banget. Masuk kelas orang sembarangan, udah gitu teriak-teriak lagi," sahut Risa kesal.Wanda menatap tajam Risa. "Mana Raina?" tanya Wanda langsung."Raina lagi ke toilet. Kenapa lo cari dia? Ada masalah?""Wan, itu dia." Teman Wanda yang berada di sampingnya menepuk pundak Wanda menyuruh cewek itu untuk mengikuti arah pandangannya ke pintu.Benar saja, Raina dan Luna baru saja kembali. Tanpa sepatah kata, Wanda langsung saja menghampiri Raina. Wanda menarik rambut Raina ke belakang, membuat Raina meringis kesakitan."Aww. Sakit Wanda. Lepasin.""Lo benar-benar cewek gak tahu diri, ya. Lo apain Rian sampai dia mau pacarin cewek jelek kayak lo, hah?" Raina semakin meringis karena Wanda menarik rambutnya lebih kuat."Wanda jangan gitu sama Raina. Kasihan Raina," tegur Luna."Diam lo!" Wanda menatap
더 보기
PART 31
"Mama." Dian menatap Raina yang tampak terburu-buru menuruni anak tangga."Pelan-pelan dong. Kalau kamu jatuh gimana?""Ma, aku berangkat dulu, ya. Takut telat.""Gak sarapan dulu?" tanya Dian.Raina menggeleng. "Enggak Ma. Nanti telat kalau masih sarapan.""Ya udah, kamu bawa bekal aja. Kebetulan Mama udah buatin sandwich buat kamu." Dian memberikan kotak bekal berwarna merah muda yang sudah ia siapkan pada Raina.Raina menerimanya. "Makasih Ma." Raina menaruhnya di dalam tasnya."Oh iya, Na. Tadi pagi waktu Mama mau buang sampah ada nasi goreng. Kamu yang buang, ya?" tanya Dian.Raina tampak bingung. Seingatnya, semalam ia sama sekali tidak membeli nasi goreng. Jadi tidak mungkin ia yang membuangnya."Enggak Ma. Aku aja gak beli nasi goreng.""Terus siapa yang buang dong?""Mama pikir lagi aja. Aku mau berangkat sekolah. Ojek online udah di depan. Bye, Ma." Raina mengecup pipi Dian kemudian pergi.
더 보기
PART 32
"RIAN!" Raina berteriak kesal ketika Rian menyiram air dan tanah ke lantai yang sudah dipel oleh Raina.Raina kini sedang berada di rumah Rian. Cowok itu membawa Raina ke rumahnya. Ia menghukum Raina mengerjakan pekerjaan rumah, karena Raina terlambat menyerahkan tugasnya tadi dan membuatnya dihukum."Pel lagi. Masih kotor," ucap Rian."Gimana gak kotor, setiap gue selesai pel selalu dikotorin sama lo. Ini udah tiga kali. Lo mau hukum gue atau mau bikin gue sengsara?" omel Raina dengan wajah memerah menunjukkan kalau ia benar-benar marah.Tentu Raina marah, karena sudah ketiga kalinya Rian mengotori lantai rumah yang telah dipel oleh Raina. Setiap Raina hampir selesai mengepel, pasti akan dikotori lagi oleh cowok itu."Kerja. Jangan bacot," ucap Rian. Cowok itu duduk di kursi kemudian memainkan ponselnya. Ia sama sekali tidak peduli dengan Raina yang masih saja kesal."Ini terakhir kali lo kotorin lantainya, ya. Sekali lagi lo kotorin gue ga
더 보기
PART 33
"Raina! Kamu ke mana aja? Jam segini baru pulang. Kamu bikin Papa sama Mama khawatir," omel Dian."Maaf Pa, Ma. Aku tadi masih ke rumah Rian. Bantuin dia kerjain tugas," ucap Raina sembari menundukkan kepalanya. Ia sangat takut jika kedua orang tuanya marah padanya."Jadi kamu bantuin Rian kerja tugas? Mama kira kamu keluyuran ke mana."Raina segera mengangkat kepalanya. Cukup bingung dengan perubahan sikap mamanya yang tiba-tiba berubah."Mama udah gak marah sama aku?" tanya Raina."Kalau kamu bantuin Rian kerja tugas buat apa Mama marah? Niat kamu kan baik mau bantuin Rian. Tapi lain kali kalau kamu pergi bilang-bilang biar Papa sama Mama gak khawatir.""Iya Raina. Papa sama Mama gak bakal marah kalau kamu itu pergi buat belajar, tapi kamu harus kabarin Papa sama Mama. Biar gak bikin khawatir," sahut Seno."Iya Pa, Ma. Maaf usah buat khawatir. Aku janji lain kali gak bakal bikin Papa sama Mama khawatir lagi.""Ya udah kamu ke
더 보기
PART 34
"Pagi Rain," sapa Risa sembari tersenyum hangat."Pagi Ris," balas Raina yang terlihat pucat."Luna belum datang, ya?" tanya Risa.Raina menggeleng. "Belum," jawab Raina dengan suara lemas. Merasa ada yang aneh dengan Raina, Risa pun menatap Raina."Lo kenapa, Rain? Lo sakit?""Enggak. Cuma kecapekan doang.""Kecapekan? Emang lo ngapain?"Belum sempat Raina menjawab, Risa sudah kembali berbicara."Tunggu. Jangan bilang lo disuruh kerja di rumahnya Rian?"Raina tidak menjawab. Ia memilih diam membuat Risa semakin yakin kalau dugaannya benar."Jadi benar, kan? Gila tuh orang. Bisa-bisanya dia perlakuin lo kayak gini."Dengan kesal, Risa bangkit berdiri."Lo mau ke mana, Ris?" tanya Raina."Mau beli pulpen.""Lo gak bakal samperin Rian ke kel
더 보기
PART 35
Rian menatap sinis Arka yang berada di depan kelas Raina. Rian memang saat ini sedang berada di depan kelas Raina. Ia berniat ingin pulang bersama Raina. Namun melihat Arka yang juga berada di sana, membuat suasana hatinya menjadi buruk."Ngapain lo di depan kelas Raina?" tanya Rian dengan nada tidak suka."Mau pulang bareng Raina.""Raina pulang sama gue." Arka tersenyum remeh. "Emangnya Raina mau pulang sama lo?""Raina cewek gue," ucap Rian dingin."Cewek doang bangga. Palingan bentar lagi juga putus."Mendengar ucapan Arka membuat amarah Rian membuncah. Saat ia sudah bersiap ingin memukul Arka, Raina pun keluar dari kelas."Ngapain di sini?" tanya Raina membuat Rian segera mendekati Raina."Nungguin lo.""Nungguin gue? Ngapain?""Pulang bareng gue.""Rain, pulang sama gue aja," sahut Arka.Rian tak segan memberikan tatapan tajamnya pada Arka. Namun cowok itu hanya tersenyu
더 보기
PART 36
Pagi ini Raina merasa kondisi tubuhnya sudah lebih baik dari kemarin. Ia bersyukur untuk itu. Raina tidak suka sakit. Karena sakit membuatnya tidak bisa melakukan banyak hal.Raina pun turun ke lantai bawah. Ia menghampiri kedua orangtuanya yang sudah berada di meja makan hendak sarapan."Pagi Pa, Ma.""Pagi Sayang. Gimana? Udah gak demam lagi, kan?""Udah enggak, Ma.""Syukurlah kalau udah sembuh. Nih, sarapan buat kamu." Dian memberikan bubur ayam pada Raina membuatnya mengerutkan kening."Bubur ayam? Mama masakin bubur ayam buat aku?" tanya Raina."Enggak. Ini dikasih sama Rian.""Rian? Dia ke sini?" tanya Raina lagi."Enggak. Dia antarin lewat ojek online.""Rian itu anak yang baik, ya. Perhatian sama kamu," ucap Seno.Raina hanya tersenyum. "Iya dia baik. Baik banget malah."Raina yakin Rian sengaja bersikap baik padanya agar kedua orangtuanya menganggap kalau Rian benar-benar cowok yang baik.
더 보기
PART 37
"Door!" Raina terkejut karena Luna yang tiba-tiba mengejutkannya."Mau bikin gue serangan jantung, ya?"Luna terkekeh. "Ya abis pagi-pagi udah ngelamun. Ada masalah apa lagi lo?""Enggak. Gue gak ada masalah apa-apa. Cuma lagi mikirin Rian aja.""Rian? Kenapa dia? Jangan bilang lo udah mulai suka sama dia, ya?""Ya enggaklah. Gak mungkin gue suka sama dia.""Terus kenapa lo mikirin dia?" tanya Luna."Gue kagum aja sama dia. Walaupun dia keliatan cowok nakal, tapi dia baik sama anak jalanan. Kemarin dia ngajak gue pergi bagi-bagi makanan buat anak jalanan," cerita Raina."Bisa aja dia sengaja ngelakuin itu biar lo mikirnya dia itu baik," sahut Risa.Raina menggeleng. "Enggak. Itu gak mungkin. Mereka aja keliatannya dekat banget sama Rian. Gak mungkin Rian cuma sengaja baik sama mereka karena ada gue.""Ya gue cuma mau bilang aja jangan gampang percaya sama cowok kayak dia. Apalagi sampai jatuh cinta sama dia."
더 보기
Part 38
"Makasih udah antarin gue pulang." Raina mengembalikan helm yang sempat dipakainya pada Rian.Setelah itu, ia pun masuk ke dalam. Namun, ia merasa ada yang berjalan di belakangnya. Raina menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke belakang."Loh, kok lo gak pulang? Kenapa malah ikut gue masuk ke dalam?" tanya Raina heran."Sama calon mertua di suruh masuk." Rian menatap Dian yang sedang berada di teras rumah sembari tersenyum padanya."Siang Tante." Rian mencium tangan Dian."Siang Rian. Ayo masuk dulu. Kebetulan Tante udah siapin makan siang."Raina yang hendak mencium tangan Dian hanya bisa melongo ketika mamanya itu langsung masuk ke dalam rumah bersama Rian."Sabar Raina."*****Setelah mengganti pakaian seragamnya, Raina ikut bergabung dengan Dian dan Rian yang sudah berada di me
더 보기
PART 39
"Wih! Ada coklat, nih. Bagi ya, Na?" pinta Luna ketika melihat sebatang coklat di meja Raina."Makan aja," ucap Raina yang sedang menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya."Beneran?" tanya Luna yang sudah tersenyum.Raina hanya mengangguk. "Makasih ya, Rain. Emang lo paling terbaik.""Kenapa lo? Begadang nonton drakor lagi?" tanya Risa."Ya elah, Rain, gue kan udah bilang begadang itu cukup weekend aja. Jangan hari-hari sekolah juga lo begadang," sahut Luna.Raina mengangkat kepalanya. Sepertinya ia tidak akan bisa tidur walaupun sebentar. Karena kedua sahabatnya ini selalu saja mengajaknya mengobrol dan itu tidak bisa membuatnya untuk tidak menanggapi mereka."Gue begadang bukan nonton drakor, tapi karena ngerjain tugasnya Rian. Udah deh lo berdua jangan ngajak gue ngomong. Gue ngantuk.""Emang benar-benar si Rian. Bisa-bisanya dia jadiin teman gue babu. Lo tenang aja nanti gue marahin dia," ucap Luna.
더 보기
이전
123456
...
12
DMCA.com Protection Status