"Makasih udah antarin gue pulang." Raina mengembalikan helm yang sempat dipakainya pada Rian.
Setelah itu, ia pun masuk ke dalam. Namun, ia merasa ada yang berjalan di belakangnya. Raina menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke belakang.
"Loh, kok lo gak pulang? Kenapa malah ikut gue masuk ke dalam?" tanya Raina heran.
"Sama calon mertua di suruh masuk." Rian menatap Dian yang sedang berada di teras rumah sembari tersenyum padanya.
"Siang Tante." Rian mencium tangan Dian.
"Siang Rian. Ayo masuk dulu. Kebetulan Tante udah siapin makan siang."
Raina yang hendak mencium tangan Dian hanya bisa melongo ketika mamanya itu langsung masuk ke dalam rumah bersama Rian.
"Sabar Raina."
*****
Setelah mengganti pakaian seragamnya, Raina ikut bergabung dengan Dian dan Rian yang sudah berada di me
"Wih! Ada coklat, nih. Bagi ya, Na?" pinta Luna ketika melihat sebatang coklat di meja Raina."Makan aja," ucap Raina yang sedang menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya."Beneran?" tanya Luna yang sudah tersenyum.Raina hanya mengangguk."Makasih ya, Rain. Emang lo paling terbaik.""Kenapa lo? Begadang nonton drakor lagi?" tanya Risa."Ya elah, Rain, gue kan udah bilang begadang itu cukup weekend aja. Jangan hari-hari sekolah juga lo begadang," sahut Luna.Raina mengangkat kepalanya. Sepertinya ia tidak akan bisa tidur walaupun sebentar. Karena kedua sahabatnya ini selalu saja mengajaknya mengobrol dan itu tidak bisa membuatnya untuk tidak menanggapi mereka."Gue begadang bukan nonton drakor, tapi karena ngerjain tugasnya Rian. Udah deh lo berdua jangan ngajak gue ngomong. Gue ngantuk.""Emang benar-benar si Rian. Bisa-bisanya dia jadiin teman gue babu. Lo tenang aja nanti gue marahin dia," ucap Luna.
"Ngapain lo?" tanya Rian melihat Andi yang sedang sibuk menulis.Andi menoleh sejenak pada Rian."Salin PR Matematika.""Oh.""Oh? Kok lo keliatan santai? Emang lo udah kerjain PR?" tanya Andi."Paling juga udah dikerjain sama Raina. Iya kan, Yan?" sahut Liam.Rian menggeleng. "Gue kerjain sendiri."Keduanya menatap Rian sedikit terkejut. Apa mereka tidak salah dengar? Rian mengerjakan PR sendiri? Biasanya kalau Rian tidak menyuruh Raina mengerjakan PR, maka cowok itu pasti tidak akan mengerjakannya. Namun kali ini Rian mengerjakan PR-nya sendiri. Hampir tidak bisa dipercaya."Serius lo?" tanya Andi.Rian mengangguk."Kok gue kurang yakin, ya?" gumam Andi pelan, namun masih bisa didengar oleh Rian."Terserah kalau lo gak mau percaya sama gue.""Eh, enggak. Gue percaya kok sama lo.""Liam."Liam menoleh pada Andi."Kok gue ngerasa ada yang aneh sama Rian, ya?""Aneh k
"Kenapa gak dimakan martabaknya?" tanya Rian.Rian kini sedang berada di rumah Raina. Cowok itu sengaja datang ke sana untuk meminta Raina membantunya mengerjakan PR.Rian semakin bingung dengan Raina karena cewek itu tidak menjawab pertanyaannya, melainkan malah memberikan tatapan sinis."Lo kenapa?" tanya Rian."Kenapa tadi lo pulang bareng Wanda? Bukannya lo gak pernah mau pulang sama dia?" Pertanyaan yang sedari tadi ingin Raina tanyakan akhirnya ditanyakan juga.Rian mendadak tersenyum. "Oh, Wanda. Jadi lo cemburu sama dia?""Jawab gue.""Kebetulan gue gak sama siapa-siapa. Lo juga gak mau pulang sama gue, jadi gue sama Wanda aja."Sebelumnya, Rian sempat ke kelas Raina untuk pulang bersama cewek itu, namun Raina menolak. Dan kebetulan ketika Wanda meminta untuk pulang bersamanya, ia melihat Raina. Rian langsung mengiyakan permintaan Wanda. Ia sengaja melakukannya karena ingin tahu bagaimana reaksi dari Raina.
Andi dan Liam menatap bingung Rian ketika melihat cowok itu datang ke parkiran bersama Wanda."Loh, Yan, gue pikir tadi lo ke kelas Raina buat jemput dia. Kok malah sama cewek jadi-jadian ini?" tanya Andi masih dengan wajah bingungnya.Wanda melotot ke arah Andi. Tidak terima karena Andi mengata-katainya."Lo bilang gue cewek jadi-jadian? Gak ngaca lo cowok jelek."Andi tertawa. "Kalau gue jelek gak mungkin banyak cewek mau sama gue. Emangnya lo ngejar-ngejar cowok orang udah gitu gak dapat lagi."Wanda semakin kesal dengan Andi."Nyebelin banget sih lo jadi orang.""Gak ngaca? Lo lebih nyebelin. Tanyain aja sama satu sekolah nyebelin mana lo atau gue. Pasti mereka bakal jawab lo.""Yan, kok lo bisa betah sih temenan sama orang nyebelin kayak dia?""Gak tahu."Ria
Raina mengatur napasnya sembari menyeka keringatnya dengan handuk kecil yang ia bawa. Raina baru saja selesai jogging dan kini ia sedang berada di taman untuk beristirahat.Karena sudah cukup lama tidak berolahraga, ia merasa cukup lelah. Kalau saja tadi mamanya tidak memaksanya untuk jogging, mungkin sekarang ia masih betah tidur di kasur sembari memeluk erat gulingnya. Apalagi hari ini adalah hari Minggu."Minum." Raina terkejut ketika seseorang menempelkan botol air mineral di pipinya.Raina menoleh, tatapannya berubah datar ketika tahu kalau orang tersebut adalah Rian."Ambil minumnya. Gak usah takut, minumannya belum expired kok."Karena haus, Raina pun menerima air mineral tersebut. Setelah membuka tutup segelnya, Raina meminumnya hingga setengah."Udah haus masih aja gengsi," sindir Rian."Lo ngapain ngikutin gue? Kurang kerjaan lo?" ketus Raina."Emang salah kalau gue mau ketemu pacar gue?""Pacar atau babu?"
"Na, ada Rian di depan. Katanya mau ketemu lo," ucap Luna saat baru tiba di kelas.Raina yang menaruh kepalanya di atas meja seketika langsung bangun."Ngapain dia mau ketemu gue?" tanya Raina."Gak tahu. Temuin aja orangnya sebelum dia bete sama lo."Raina bangkit berdiri lalu berjalan keluar kelas untuk menghampiri Rian."Ngapain lo ke kelas gue pagi-pagi? Mau suruh gue kerjain tugas lo lagi? Sorry, ya, tapi gue udah gak mau nurutin semua perintah lo lagi. Gue capek," ucap Raina panjang lebar.Sekarang saja Raina masih merasa lelah, perihal kemarin.Raina tidak bisa membayangkan, kalau kemarin ia tidak pingsan mungkin Rian akan menyuruhnya mengerjakan tugas sekolah cowok itu yang cukup banyak. Dan mungkin saja ia tidak bisa masuk sekolah hari ini."Kenapa lo berangkat pagi-pagi? Lo hindarin gue?""Enggak. Ngapain juga gue hindarin lo?" Raina berbohong. Ia memang sengaja berangkat sekolah pagi-pagi agar tidak bera
Rian menatap malas Andi yang berada di depan rumahnya. Cowok itu tersenyum lebar sembari melambaikan tangan. Rian pikir yang datang adalah ojek online yang mengantar makanan pesanannya. Karena tadi Rian sempat memesan makanan di aplikasi online."Hai Rian.""Ngapain lo malam-malam ke sini? Gak ada rumah lo?" tanya Rian ketus."Santai dong. Gak usah marah-marah. Lagian gue ke sini cuma bentar doang kok. Pengin kasih informasi aja.""Informasi apa?""Permisi. Selamat malam." Keduanya langsung menoleh.Rian tersenyum ketika makanan pesanannya sudah tiba. Ia langsung mendekati ojek online tersebut lalu mengambil makanan pesanannya."Wah, pesan makan apa lo? Keliatannya enak, nih. Bagi gue boleh?" tanya Andi masih terus menatap kantung kresek yang dipegang Rian.Rian langsung menyembunyikannya ke punggungnya."Gak! Buruan lanjutin omongan lo yang tadi," suruh Rian."Gue mau aja lanjutin, tapi bagi dulu makanan lo."
Raina menatap Rian datar. Cowok itu kini berada di rumahnya. Walaupun Raina sudah berulang kali menyuruh cowok itu untuk menghubunginya ketika datang, tetap saja tidak pernah dilakukan oleh Rian."Hari ini gue sibuk. Gak terima tugas apa pun dari lo," ucap Raina.Rian tidak membalas ucapan Raina. Ia malah menarik lengan Raina membuat sang empunya langsung berontak."Lo ngapain narik-narik gue? Lepasin gak?""Ikut gue.""Ngapain gue harus ikut lo?""Ikut aja gak usah banyak nanya.""Ya jelas gue harus tahu lo mau bawa gue ke mana baru gue ikut.""Ke rumah gue," ucap Rian."Rumah lo? Ngapain?" tanya Raina."Ck! Udah dibilang ikut aja.""Tunggu gue ganti baju dulu. Gue gak mungkin ke rumah lo pakai celana pendek kayak gini," ucap Raina sembari menatap celana pendek selutut yang dikenakannya."Ya udah buruan."*****"Aunty Ana!" Raina terkejut ketika Alea berlari mendekati