Semua Bab PERFECT HUSBAND: Bab 31 - Bab 40
180 Bab
BAHAGIA
  POV FERI. Semoga saja kedepannya akan membaik seiring berjalannya waktu. Aku sangat lega sekali akhirnya Ina berikan keputusan juga, walau fikiranku masih terusik akan perasaan gadis itu setidaknya sekarang aku tidak berjuang sendiri untuk menjauhinya. Tatanan hidup keluargaku sekarang berantakan. Bahkan kalo boleh meminta. Aku ingin kembali kesituasi dimana saatbbelum terfikir olehku untuk membawa wanita lain kedalam rumah tanggaku. Flasback. “Kenapa Dian mendadak Resign.”ujarku pada sekretarisku, dengan kesal ada banyak pertemuan dan metting yang harus dilaksanakan Ini bisa berantakan, jika dia tidak datang esok hari, “Saya tidak tau pak. Sepertinya dia cukup punya alasan kenapa dia tiba-tiba mengundurkan diri.”ujarya menyodorkan koran ,aku memijit kepalaku dan berkata. “Aku tidak mau tau, bawa dia kembali atau carikan secepatnya pengganti untuk besok. Aku butuh asisten”ujarku. sekretsisku itu tampak mengan
Baca selengkapnya
KOBARAN API
Siangnya di gudang perusaahanku aku harus me cek satu-satu barang-barang produksi dua bulan belakngan sebenarnya, ini bisa tugas kurir tapi aku penaasarn cara kerja mereka di gudang akhirnya aku putuskan untuk mecek semua. Hingga sore berkunjung, aku kembali ke ruanganku untuk mencocokkan data dengan hasil yang ada di gudang tadi. Aku berusaha buru-buru karna Ina pasti nungguin dirumah. Dalam fokusku terdengar bunyi ponsel berdering, reflek aku ambil, yang aku yakini, Ina pasti dah nungguin aku dirumah. “Ya sayang? Bentar mas siapkan beberapa berkas dulu,”reflek kataku terlontar sejenaak dari sana Diam aku melirik kembali ponsel yang aku tempelkan didaun telingaku tadi dan aku terkejut saat melihat nomor baru. “Mas?”lirih eseorang yang begitu aku kenal suaranya, aku mendegup dan secepat kilat matikan panggilan itu, sedikit aku hela nafas dan membuangnya, sigap aku lihat panggilan terakhir dan memblokir nomor itu hingga menghapusnya, agar tidak bisa menghubung
Baca selengkapnya
RASA BERSALAH
  “Saya sudah katakan kalo bapak di gudang, namun dia memilih untuk menunggu.”ujarnya aku mengusap wajahku kesal, dan berdesih gundah. Aku memilih beranjak ke perumahan pekerja untuk mengindar setelah satu jam aku disana, aku kembali telfon pengacara. Tuuuuut…. Tuuut. “Apa dia sudah pergi?”tanyaku pada sekretaris. “Sudah pak.”singkatnya nafasku terasa sedikit lega dan beranjak dari pos satpam itu. “Saya permisi dulu,”ujarku pada satpam yang jaga, “Baik pak terima kasih sudah berknjung”ujarnya aku hanya mengangguk dan berlalu pergi. Sesampai di ruanganku aku menghenyak di kursi kerja sembari memijit-mijit kepalaku. Dalam kegundahan itu asisten baruku datang menghmpiri, “Pak kita ada jadwal metting jam tiga.”ujarnya aku memijit batang hidung karna pusing, “Kamu urus sendiri ya asri, aku gak bisa ikut pertemuan aku mau segera pulang,”ujarku. “Baik pak”singkatnya berlalu. Kem
Baca selengkapnya
BERMAIN API
  POV ALDO.   Mendengar itu aku langsung menuju alamat yang seperti Feri katakan tadi, sebelumnya aku memang sempat menghalangi Rara untuk menemui Feri, sebisa mungkin aku cegah dia karna memang Rara tidak benar dengan selalu meinginkan suami orang, aku peduli dan sangat miris sekali melihat keadaannya akhir-akhir ini yang begitu terobsesi pada Feri, Sesampai disana aku langsung temui Rara di UGD. Namun aku tak dapati feri lagi disana, aku dapati Rara tengah menangis tersedu-sedu melepas oksigennya. “Mas Feri hiks…”tangisnya merintih, aku mendekat dan coba menenangkannya. “Ra aku disini. Kamu jangan takut lagi ya?”ucapku dia menoleh padaku dengan tatapan mata berkaca-kaca. “Al, mas Feri dia tadi bersamaku, dia datang menyelamatkan aku didalam kobaran api. Aku tidak mimpi kan Al? sekarang dimana dia?”ujarnya, sejenak aku bungkam. “Hiks… tolong jawab aku Al. benarkan tadi dia disini, aku masih rindu kena
Baca selengkapnya
PROJECT
  “Aden dari mana aja. Mamang bingung den bilanginnya ama tuan.”cegat satpam saat aku sudah sampai di gerbang, aku menoleh kerumah dan menoleh ke pintu melihat papa berdiri, aku berdesih dan kembali menyalakan mesin motorku. “Papa kapan pulang?’’tanyaku, “Tadi siang den,”ujar kang maman, satpam dikediamanku, males banget aku tancap gas menuju garasi dan turun menemui papa. Dengan ogahan aku terus melangkah, sesampai disana. PLAK Tamparan keras melayang dipipiku, aku nanar sejenak dan geraam memegangi pipiku yang terasa ngilu. “Ngapain aja kamu disini. Gak nyelesaian kuliah gak bantu papa di perusahaan, kamu mau apa ha?’bentaknya, aku tertunduk menahan amarah. “Kakakmu sudah mampu berdiri sendir tapi kamu, menjalankan usaha papa saja tidak bisa! Punya hoby hanya keluyuran siapa sih yang didik kamu kayak gini!”geramnya, aku masih tertunduk. “Trus sekarang papa maunya Aldo kek mana pa? seda
Baca selengkapnya
CURIGA
  Sore berkunjung namun aku belum lihat mobil mas Feri ada di garasi, dengan cemas bercampur kesal. Aku mencoba menghubunginya. Tuuuuuuut…. Bunyi panggilan tersambung namun mas Feri tidak mengangkatnya, aku berdesih kesal beranjak masuk kerumah. “Kok kamu gak angkat telpon aku sih mas.”rengekku menghenyak di sofa, dalam tangisanku terdengar mobil memasuki garasi, gegas aku hapus air mataku dan beranjak keluar menyambutnya. Mas Feri tampak turun dengan senyum merekah, untuk sejenak aku kesal dan tak mau melihatnya, dia datang dan reflek memelukku. “Maaf ya sayang, mas gak sempat angkat tadi karna lagi di jalan, jangan cemberut gitu donk wajahnya.”ucapnya aku terpaksa menarik ujung bibirku untuk tersenyum dan berkata. “kamu keman aja sih mas? Malah slow respon lagi sama aku, aku curiga deh ini pasti kamu menyembunyikan sesuatukan?”gerutuku. “Ya menemui penginvest lah Ina, maaf. Karna memang mas sibuk
Baca selengkapnya
Berbagi waktu
  Sore berkunjung namun aku belum lihat mobil mas Feri ada di garasi, dengan cemas bercampur kesal. Aku mencoba menghubunginya. Tuuuuuuut…. Bunyi panggilan tersambung namun mas Feri tidak mengangkatnya, aku berdesih kesal beranjak masuk kerumah. “Kok kamu gak angkat telpon aku sih mas.”rengekku menghenyak di sofa, dalam tangisanku terdengar mobil memasuki garasi, gegas aku hapus air mataku dan beranjak keluar menyambutnya. Mas Feri tampak turun dengan senyum merekah, untuk sejenak aku kesal dan tak mau melihatnya, dia datang dan reflek memelukku. “Maaf ya sayang, mas gak sempat angkat tadi karna lagi di jalan, jangan cemberut gitu donk wajahnya.”ucapnya aku terpaksa menarik ujung bibirku untuk tersenyum dan berkata. “kamu keman aja sih mas? Malah slow respon lagi sama aku, aku curiga deh ini pasti kamu menyembunyikan sesuatukan?”gerutuku. “Ya menemui penginvest lah Ina, maaf. Karna memang mas sibuk
Baca selengkapnya
Berbohong
  POV ALDO “Tuan ada pertemuan dengan CEO Ina production.’ucap asistenku, aku berhenti mengotak atik ponsel dan menoleh padanya. “CEOnya suaminya bukan?’’tanyaku, asistenku mengangguk. “Oh okey jadwalkan pertemuan disini saja, kita tidak usah kesana.”sigapku kembali menyambar ponsel untuk main game dan sembari tetap kakiku bertengker di meja. Asistenku tampak sibuk mengotak atik laptopnya, TRAKT.. Pintu ruangan terbuka, aku tidak peduli dan tetap nyaman dengan posiisiku, mataku membulat saat aku melirik. Yang berdiri ternyata papa, sigap aku turunkan kakiku dan meletakkan ponselku “Pa-pa”ucapku berdiri tertunduk, “Kamu ini niat gak sih untuk jadi direktur. Apa saja yang kamu sudah pelajari. Masak iya menanam saham diperusahaan yang kecil dengan persenan yang besar.”teriak papa. aku menghela nafas dan coba berucap. “Papa gimana sih. Katanya udah diserahin sama Aldo, papa tenan
Baca selengkapnya
mendadak
Dua minggu berlalu mas Feri tampak sangat sibuk sekali akhir-akhir ini. Walau aku selalu cek ponselnya setiap pagi dan malam dan tidak ada hal yang mencurigakan, tapi tetap aja aku tidak tenang, sore ini aku mau susul dia kekantor. Namun ketika aku keluar rumah aku melihat Aldo memasuki perkarangan rumah dengan motor Gpnya. “Sore mba,”sapanya.   “Ya Al? Ada apa?”tanyaku. dia turun dari motor melepaas helmnya dan beranjak mendekat. “Mba Ina mau kemana?’’Tanyanya. “Mau kekantor nyusul mas Feri”ucapku. “Oh dia belum pulang toh. Aku datang mau menemui dia sih. gimana donk? Jadi mba mau kekantor? Nebeng aku aja? Nanti pulangnya barang suami mba aja?’ujarnya, aku berfikir sejenak. dan bener juga sih nanti aku bisa pulang bareng mas Feri. “Ya udah ayok. Makasih Ya Al sebelumnya.”ucapnya naik keatas motorgp Aldo. “Hati-hati mba, mba pernah naik motor gak sebelumnya?’’tanyanya aku terkekeh. “
Baca selengkapnya
DIAM
  Dibawah langit malam di ibu kota Jakarta motor Aldo melaju pasti kekediamanku, sepanjang jalan aku selalu berfikir, tentang masalah yang begitu mengusik hati dan pikiranku, aku tidak bayangkan jika itu benar, berarti sekarang duniaku tengah tidak baik-baik saja, aku gemetar dan kalud sekali. Hingga tak aku sadari motor Aldo berhenti didepan rumah. “Kita dah sampai.’’ucap Aldo aku tersintak dan berusaha untuk turun. “Makasih ya Al, maaf aku gak bisa memintamu untuk masuk karna mas Feri tidak ada dirumah,”ujarku terbata, Aldo mengangguk dan berkata. “Oh, gak apa mba, Aldo juga mau langsung pulang,”ujarnya Aku diam saat Aldo menyalakan mesin motornya, namun aku kembali menoleh saat motornya tak jalan-jalan jua, sedikit aku menoleh melihat wajahnya. yang dari tadi tertunduk “Jangan terlalu di fikirkan, Aldo gak mau mba Ina kenapa-napa”ujarnya aku tersenyum dan mengangguk. “Makasih ya”ujarku Aldo tampak tancap gas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
18
DMCA.com Protection Status