All Chapters of Married With Killer Teacher: Chapter 11 - Chapter 20
30 Chapters
Apa Persiapanku 2 Hari Kedepan?
[Fa, nanti malam temani aku ke indomaret ya beli skincare.]Nana mengirim pesan di ponselku.[Iya, tapi kok harus pake pesan segala sih?] balasku cepat. Biasanya Nana akan langsung datang ke rumahku tanpa sepengetahuanku dan tiba-tiba saja ia sudah berada di dalam kamarku.Ting!Ponselku kembali berdering menanndakan pesan masuk.[Aku lagi di rumah Paman.]Aku tak membalas pesan Nana."Langsung pake gamis lah. Nanti gak susah-susah gantinya," ucapku sambil berjalan ke lemari dan mengambil gamis motif bunga.Setelah selesai memakai gamis, aku turun ke bawah menuju dapur untuk membuat coklat panas.***Sesampainya di dapur, aku langsung menyiapkan cangkir dan mengambil 1 sachet coklat bubur yang sudah tersedia di samping kulkas. "Mau ke mana, Non?" tanya Bibi yang sedang mencuci tangannya di wastafel.Aku menyobekkan bungkus coklat bubuk itu."Nanti mau ke Indomaret, Bi. N
Read more
Emang Dia Cantik
Aku dan Nana sampai di pekarangan sekolah. Tapi saat jalan menuju kelas, Nana melihat Pak Kevin sedang berbincang-bincang bersama guru magang di parkiran samping kelasku."Guru magang itu ganjen banget sih sama suami Kamu," ujar Nana melihat Pak Kevin yang sedang berbincang bersama guru cantik itu.Kuakui dia cantik. Dari segi fisik dan bentuk badan."Emang dia cantik," sahutku pada Nana.Aku berjalan memasuki kelas."Gak bisa gitu dong, Fa. 2 hari lagi dia bakal jadi milik kamu," ucap Nana menyusulku dan semua yang ada di kelas heran mendengar ucapan Nana."2 hari lagi? Emang Assyifa kenapa dengan 2 hari lagi?" tanya Tania."Dia sedang bercanda," jawabku cepat sambil duduk di kursi."Aku kira gak ada orang," bisik Nana sambil meletakkan tasnya di atas meja dan menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi.Bel masuk berbunyi, kami mengikuti pelajaran Pak Edward guru bahasa Inggris sampai bel istirahat berbunyi.****Pak Edward
Read more
Badanku Kecil Jadi Muat
7 menit kemudian, aku menghabiskan bakso dan menyeruput es teh manis hingga tak tersisa. Huh, benar-benar kenyang dan membuat hatiku senang. Aku mengusap perutku yang terasa sesak. "Alhamdulillah," ucapku."Cepat habiskan. 6 menit lagi bel masuk berbunyi," ujar Elvi mengingatkan kami. "Bentar," ucap Mey seraya menghabiskan es teh manisnya."Siniin uang kalian, biar aku yang bayar," ucapku mengadahkan tangan kepada mereka. Karena kantin saat ini benar-benar ramai oleh siswa dan ada juga beberapa guru yang makan di sini. Tumben.Mey, Nana dan Elvi memberikan uangnya masing-masing 10 ribu dan aku berjalan menuju ke belakang."Bu, ini punya kami," ujarku menyerahkan uang 40 ribu pada beliau."Terima kasih," ucap Bu Ita menerimanya.Aku tersenyum dan melangkahkan kaki menyusul rombonganku."Yuk," ajak Nana."Bentar," ujarku seraya menyeduh es teh manis punya Nana hingga
Read more
Saya Sedang Datang Bulan
Beberapa bulan setelah menikah dengan Pak Kevin, aku hanya terlihat biasa saja dengannya. Kadang aku sendiri dibuat kesal karena kata-katanya yang sangat tak ahli dalam berbohong pada bunda. Aku juga kadang ingin bermain. Ah, rasanya aku mau menelannya hidup-hidup saja."Mau ke mana kamu?"Suara bariton Pak Kevin membuat langkahku terhenti.Aku melihat Pak Kevin sedang melipat tangannya di depan dada.Glek!Aku menelan ludah sendiri. Auranya sangat menakutkan. Aku sunggu takut jika dia akan membunuhku sekarang juga. Huh, sabar Assyifa, kamu pasti bisa. Yakinkan dirimu sendiri, pikirku."Ke-keluar," jawabku grogi."Sama Nana?" tanyanya.Aku menganggukkan kepala. Menatap ke lantai rumah seraya memainkan jari-jariku. Perasaanku mulai tak enak sekarang."Ngapain?" tanyanya lagi."Mungkin ke Indomaret atau beli siomay," jawabku.Ceklek!
Read more
Aku Lupa Bawa Ponsel
Beberapa hari kemudian, aku kembali ke sekolah karena dua hari lalu aku izin sakit karena datang bulan. Sekolahku mentoleransi hal ini khusus siswi dan guru perempuan. Sekarang aku dan Nana tengah berjalan kaki menuju sekolahanku. Kami berjalan beriringan, sesekali aku menatap langit yang masih cerah dan matahari yang masih malu-malu untuk keluar dari sarangnya."Kamu ikut Pak Kevin ke rumahnya?" tanya Nana membuatku kaget."Gak mungkin lah," jawabku tak terima. Aku masih ingin tinggal bersama orang tuaku. Aku takkan bosan akan hal itu."Kata Ibuku, istri harus ikut suaminya. Makanya aku takut, nanti aku gak punya teman pulang dan pergi sekolah," ujar Nana sedih."Aku gak bakal ninggalin sahabat aku sendiri," ucapku seraya menggenggam tangannya meyakinkan.Nana membalas genggamanku, kami sama-sama membalas senyuman untuk saling menguatkan. Tak ada yang bisa memisahkan diantara kami berdua. Bagiku, Nana adalah perempuan, seorang
Read more
Nomor Misterius
"Ada uang jajan?" tanya Pak Kevin padaku.Aku menjawab dengan menggelengkan kepala.Pak Kevin merongih saku celaananya mengeluarkan dompetnya di saku-saku celana dan memberikan selembar uang merah padaku.Aku membulatkan mata melihat uang yang diberikannya.'Ayah sama Bunda aja gak pernah ngasih aku uang sebesar ini,' batinku."Ambil," ujar Pak Kevin padaku.Aku meraih uang dari genggamannya."Makasih, Pak," ucapku lalu berjalan keluar rumah untuk mengambil sepatu sekolahku di rak lalu duduk di kursi depan teras rumah untuk memakai sepatu.Setelah selesai, aku berjalan menuju rumah Nana.***"Na," panggilku ketika melihat Nana sedang menungguku depan pagarnya."Kok gak samperin aku, sih?" tanyaku padanya."Gak mungkin aku ganggu romantisan kalian," jawab Nana seraya menggandeng tanganku. Sementara aku mencebikkan bibirku mengejeknya. Ada-ada saja Nana. Sejak kapan aku tebar romantis pada Pak Kevin?
Read more
Perbuatan Bu Adelia
"Pagi juga Bunda," jawabku lesu."Ifa berangkat dulu," ujarku seraya mengambil roti 3 lembar yang sudah dilapisi selai coklat kesukaanku itu dan menyalami tangan bunda dan ayah.Aku melangkahkan kaki menuju rumah Nana setelah selesai memasang sepatu."Na," panggilku di depan pagar rumahnya."Sebentar."Sama-samar kudengar teriakannya dari dalam rumahnya dan pintu rumahnya terbuka.Nana berlari menghampiriku lalu membuka pagar dan menggandeng tanganku menuju sekolah."Diam aja," ucap Nana padaku."Gak apa-apa," ujarku singkat."Lagi ada masalah sama Pak Kevin?" tanya Nana seraya melirikku."Ada nomer baru masuk ke ponselku lalu aku letak ponsel itu di meja belajar untuk makan malam dan masuk ke kamar rupanya Pak Kevin udah tahu," tukasku pada Nana."Wah, bagus dong. Berarti kamu punya teman," ujar Nana.Pletak!Aku menjitak kepalanya dengan keras. Gemas sekali dengan perkataan Nana barusan yang
Read more
Udah Siap?
Aku melangkahkan kakiku menuju rumah. Dengan perlahan hingga sampai di teras rumah, aku membuka sepatu dan menyimpannya di rak sepatu."Assalamualaikum," ucapku berjalan masuk ke dalam rumah.Hening. Tak ada sahutan dari dalam.Aku berjalan masuk ke rumah untuk mengambil sapu yang berada di dapur.Setelah sapu kupengang, aku berjalan menuju kamar bunda dan ayah.Ceklek!Aku membuka pintu kamarnya, tapi tak ada orang."Bi," panggilku seraya menutup pintu kamar ayah dan bunda.Aku melangkahkan kaki menuju kamarku.Ceklek!Aku membuka pintu kamarku dan melihat seorang laki-laki yang sedang berdiri di depan jendela memakai jaket hitam dan topi hitam.Aku berjalan pelan menghampirinya."Maling!" teriakku memukul laki-laki itu sambil memejamkan mata."Hei!" pekiknya menahan sapu yang kugunakan untuk memukulnya.Aku membuka mata perlahan dan melihat itu adalah Pak Kevin."Bapak kenapa p
Read more
Sahabat Hidup Saya
"Ayo, Fa," ajak Pak Kevin sedikit memaksa. Aku mengerlingkan mata mendengar ajakannya. Aku menyambar tas kecilku lalu berpamitan pada bunda."Bunda, Ifa pergi dulu ya," ucapku mencium lagi tangan Bunda dan Ayah.Aku berjalan mendekati mobil yang Pak Kevin bukakan pintu mobil untukku lalu aku masuk ke dalam mobil dan Pak Kevin menutup pintu mobil. Pak Kevin berjalan masuk ke dalam mobil yang sudah di hidupkannya dari tadi."Kami duluan Bunda, Ayah," pamit Pak Kevin sambil masuk ke dalam mobil."Hati-hati," ujar bunda melambaikan tangannya dan aku membalas lambaian tangan Bunda. Mobil Pak Kevin berjalan meninggalkan rumahku seiring air mataku kembali menetes dan dengan cepat kuhapus agar Pak Kevin tak melihat diriku yang menangis.'Jangan sampai Pak Kevin liat,' batinku seraya menghapus air mata yang ada di pipiku. Aku tidak mau jika nanti aku akan diejek olehnya karena cengeng. Nanti malah teman-temanku yang menghinaku di s
Read more
Ada Monster
Pemilik toko emas itu mengukur jari manisku dengan menggunakan alat yang aku tak tahu sama sekali."Ukuran jari manisnya 18, saya cari dulu cincinnya," ujar pemilik toko meninggalkan kami berdua."Pak, kita pulang yuk," ucapku sambil menarik ujung baju Pak Kevin."Saya belum kasih kamu cincin, Assyifa," tukas Pak Kevin menatapku. Aku memilih diam, melepaskan genggamanku pada ujung bajunya sambil mengerucutkan bibirku kesal. Tak berselang lama, pemilik toko datang membawa 1 papan yang berisi cincin."Silahkan dipilih," ucap pemilik pada kami."Ambil yang paling cantik menurutmu," tukas Pak Kevin padaku.Aku melihat papan yang berisi cincin-cincin yang sangat cantik. Tapi, aku tak bisa memilih karena semuanya sangat cantik. Aku pun merasa bingung."Saya gak bisa memilihnya, Pak. Ini semua cantik," ujarku sambil melihat cincin itu."Kalau menurut saya yang ini," tunjuk Pak Kevin mengeluarkan 10 cincin dari papan.
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status