Lahat ng Kabanata ng Fake Marriage: Kabanata 21 - Kabanata 30
75 Kabanata
Bab 21 - Dimana Lily?
  Dimana Lily   Juna membuka matanya, masih terbaring di sofa ruang kerjanya. Suara ribut di luar memaksanya bangkit dari tidurnya. Belum sempat dirinya melangkah suara mama Amalia menyapa telinganya bersamaan dengan pintu kamar yang terbuka. "Juna! Dimana Lily?" Ekpresi khawatir tercetak jelas di wajahnya. Juna masih berusaha mengumpulkan konsentrasinya. Dimana Lily? Bukannya gadis itu di kamarnya? Ia diam memikirkan jawabannya. Dirinya masih berusaha menangkap maksud pertanyaan sang mama. "Apa maksud Mama?" Juna menghampiri Amalia, namun wanita yang sudah melahirkannya itu mendengus kesal dan membalikkan badannya keluar dari kamar Juna. "Ma! Ada apa sebenarnya? Juna tidak tahu ?" tanya Juna setengah berteriak. "Lily pergi! Sudah jelas??!" jawab Amalia dengan nada ketus meninggalkan Juna yang terkejut. Lily pergi? Pergi kemana? Juna melangkah cepat menuju kamarnya yang kini terbuka le
Magbasa pa
Bab 22 - Bayangan Lily
  Bayangan Lily   "Maaf, Mbak. Kalau saya boleh tahu, nama mbak siapa, untuk laporan kantor Mbak. Kalau tidak ada nama penerima, bisa-bisa saya dituduh menjual ke orang lain." Pria itu membuat Lily terhenyak dari lamunannya. "Oh, iya. Saya harus tanda tangan di mana?" tanya Lily kepada pemuda itu.  "Cukup panggil saya Kevin, Mbak, dan Mbak silakan tanda tangan di sini dan menuliskan nama terang Mbaknya di sini." Kevin menunjukkan tempat kosong untuk ditanda tangani Lily, dan menyerahkan bolpen kepada Lily. Lily menerima bolpen dari Kevin dan mulai menuliskan nama dan membubuhkan tandatangannya. Kevin segera menyobek lembar kertas berwarna pink dan ia serahkan pada Lily. "Terimakasih, Mbak. Mungkin besok saya akan datang lagi." Pamit Kevin pada Lily sambil tersenyum manis meninggalkan Lily kembali seorang diri di apartemen mewah itu. Lily menganggukkan kepala dan kembali menutup pintu apar
Magbasa pa
Bab 23 - Aku Lelah
  Aku Lelah   "Lily!!!" Baskara memanggil sosok yang ia duga sebagai gadis yang sedang ia cari. Namun, sosok gadis yang ia panggil terus saja melangkah, menghiraukan panggilan Baskara yang jelas-jelas kalah dengan suara musik yang menggema di pusat perbelanjaan itu. Baskara yang memiliki tinggi badan sekitar 170 sentimeter, kembali mengedarkan pandangannya, karena gadis yang ia incar kembali menghilang. Ayolah, Lily. Berhentilah sejenak supaya aku bisa menemukanmu, gumam Baskara. Entah sebuah kebetulan atau memang doa Baskara sangat manjur, sosok gadis yang ia cari kembali terlihat, kini gadis itu berada hanya beberapa langkah darinya dan sedang asyik memilih roti yang ada di etalase sebuah bakery. Baskara melangkah pelan, takut jika gadis yang disangkanya Lily itu akan kabur lagi dari pandangannya. Baskara mengamati tubuh gadis yang hanya berada beberapa jengkal di hadapannya. Finally i find you, batin Baska
Magbasa pa
Bab 24 - Aku Sudah Gila
Aku Sudah Gila Lily menganggukkan kepalanya, menjawab pertanyaan Baskara. "Kau akan bercerai dengannya, dan kau akan berpisah dengannya. Itu artinya, kau tidak akan lagi tinggal di rumah itu. Apakah kau paham itu?" Baskara sekali lagi mengajukan pertanyaan pada gadis di hadapannya. Lily kembali menganggukkan kepalanya. "Lalu bagaimana denganku? Aku tidak bisa melihatmu lagi, kita tidak bisa bertemu lagi,"tanya Baskara, menatap Lily sendu. Lily mengangkat wajahnya, memandang wajah Baskara dengan pandangan seribu makna. Ia sendiri tidak tahu harus bagaimana. Baskara menarik nafas panjang. Ia tidak tahu harus berkata apa, tidak tahu harus bersikap seperti apa. Dipandanginya wajah cantik Lily yang polos, tanpa make up sedikit pun. Kelopak mata Lily tampak sedikit bengkak, kentara jika gadis itu sudah menangis semalaman. Apa yang harus aku lakukan, tanya Baskara dalam hatinya, melempar pandangannya ke langit luas. Lily menghapus airmata yang tersisa di sudut kelopak matanya. Ia berde
Magbasa pa
Bab 25 - Apa Yang Kakek Inginkan?
 Apa yang kakek inginkan?   "Bagaimana? Apakah ia bersedia mengikuti mu?" tanya Pak Broto, setelah menggeser tombol hijau di ponselnya yang tadi berdering.  "Bujuklah dia. Katakan padanya, ada sesuatu yang ingin Kakek sampaikan padanya." Pak Broto menatap layar ponselnya yang kini sudah kembali gelap. Aku harus mencari solusi terbaik untuk Lily. Jika Juna dan Lily langsung bercerai, ini tidak akan baik bagi keduanya, tapi jika tetap bersama, mereka akan semakin saling menyakiti, pikirnya Pak Broto dalam diamnya sambil terus menatap Juna yang masih terduduk di dekat anak tangga.  Pria tua itu lantas pergi, meninggalkan Juna yang sedang sibuk menghapus airmatanya, mmenunggu kedatangan Lily dan Baskara di kamarnya.  -0- Mobil Baskara keluar dari area parkir apartemen milik Qonita. Ia hanya diam seribu bahasa. Tidak ingin menambah keruh suasana, setelah apa yang ia lakukan pada Lily sebelum
Magbasa pa
Bab 26 - Terpaksa Menolak
Terpaksa Menolak   Pak Broto menghela nafasnya, lalu memandang cucu dan cucu mantunya secara bersamaan. "Kakek hanya berusaha agar masalah ini bisa diselesaikan dengan baik-baik, meski mungkin akan menyakiti kalian bertiga, dua antara kalian akan tersiksa atau bahkan kalian semua akan menderita. Setidaknya, ada usaha yang harus dicoba untuk menyelesaikan masalah ini." Lily terdiam, sedangkan Baskara memandang ke arah luar lewat jendela kamar yang terbuka. "Juna sudah kembali sejak dua jam yang lalu. Berusahalah untuk menahan emosi kalian. Bukannya Kakek membela kakakmu itu, tapi ia sendiri terlihat kecewa pada dirinya, menyesali apa yang sudah ia lakukan pada Lily. Jadi Ara, Kakek harap kamu bisa mengendalikan perasaan dan emosimu." Lily dan Baskara berjalan ke luar meninggalkan Pak Broto yang kini beristirahat di  pembaringannya.   "Kamar tamu ada di sebelah kamarku. Jika kau membutuhkan ap
Magbasa pa
Bab 27 - Seperti Juna
 Seperti Juna Juna baru sampai di rumah saat jarum jam di tangan kanannya menunjukkan pukul 10 tepat. Ia sengaja memilih untuk tidak ikut sholat tarawih di rumah, melainkan mampir di masjid yang ia lewati.      Suasana rumah besar itu sudah sepi. Lampu-lampu di ruang utama sudah dimatikan kecuali lampu untuk taman dan teras rumah yang sengaja dibiarkan selalu menyala.  Juna membawa mobilnya memasuki garasi, dan memarkirnya sedikit menjauh dari mobil Baskara. Ia lantas berjalan masuk, naik ke ruang kerjanya. Membersihkan badannya sebentar lalu mulai membuka laptopnya kembali, meneruskan pekerjaannya yang masih belum selesai. Suara ketukan jarinya di atas laptop mengalun memenuhi ruangan kerjanya. Juna benar-benar mempersiapkan dengan detil, materi yang akan ia bawa untuk bertemu kliennya esok. Jangan sampai usahanya tidak membawa hasil apa-apa. Bagaimana pun, biaya yang sudah dikeluarkan perusahaan sangatlah be
Magbasa pa
Bab 28 - Tunggu aku
Tunggu Aku Lily tengah sibuk memotong ketupat di ruang makan, sedangkan kedua orang tuanya tengah menerima tamu. Ponselnya berdering, memaksa dirinya untuk berhenti sejenak dan bergegas mengambil benda pipih itu di kamarnya. "Assalammu'alaikum." Tidak ada suara yang terdengar di ujung sana. Sunyi. "Halo?" Masih sama. "Halo?" Lily masih bersabar menunggu. Terdengar desahan nafas di ujung sana. *Halo... Apa kabar? Deg. Detak jantung Lily seakan berhenti. Suara ini. Tenggorokannya terasa tercekat, tidak mampu menjawab sepatah kata pun. *Apakah masih di situ? Lily seketika gelagapan. Ia bingung hendak berkata apa. "Hmmm... Ma-Mmasih." Hening. Tidak ada satu pun yang bersuara. *Tolong maafkan aku. Banyak hal yang sudah kulakukan dan kuucapkan padamu, yang aku yakin, pasti sudah sangat menyakiti perasaanmu. Lily bergeming mendengarkan semua perkataan Juna. Entah mengapa, mendengar suara pria itu saja, sudah membuatnya lupa akan semua hal yang pernah Juna lakukan dan ucapkan
Magbasa pa
Bab 29 - Berhutang Nyawa
  Berhutang Nyawa   Juna turun dari taksi online yang mengantarnya dari bandara hingga ke depan rumah. Ia setengah berlari, menghindari rintik hujan yang mulai rapat. Tangan kanan melindungi kepalanya, dengan tas selempang yang  diletakkan di atas kepalanya, sedangkan tangan kiri membawa koper berukuran sedang.          Ia melihat sosok yang beberapa hari ini terus membayangi hidupnya, sedang berlari-lari sambil membawa baju-baju masuk ke dalam rumah, mencoba menyelamatkan baju-baju yang sudah kering itu dari guyuran hujan. Senyum tipis tersungging di sudut bibirnya, terus melangkah mendekat ke teras rumah. Juna segera melepas sepatuyang basah kuyup, dan meletakkan tas selempangnya di kursi teras berdampingan dengan koper berwarna biru navy. Ia pun melepas jaketnya yang juga basah kuyup terkena guyuran air hujan. Ingin sekalian melepas pakaiannya tapi urung, karena dirnya masih berada di
Magbasa pa
Bab 30 - Malam Panas
Malam Panas Juna terus mengamati wajah Pak Broto yang kini tampak sedang berpikir keras. Ia melihat ada keresahan di sana. Apakah pernikahannnya dengan Lily begitu berarti bagi laki-laki tua itu? Apakah ada suatu alasan tersendiri yang disimpan sang kakek? "Kakek?" Juna mencoba mencari tahu apa yang sedang dipikirkan laki-laki tua itu. Pak Broto melihat ke arah cucu laki-lakinya itu. "Tidak ada apa-apa. Hanya saja... Ada satu hal yang mengganggu pikiran Kakek. Sella. Mengapa gadis itu selalu saja datang kemari setiap dirinya menghabiskan liburan sekolah? Bukankah dirinya punya rumah sendiri?" Juna menghela nafas kasar. "Kakek tanyakan saja pada Mama. Juna sudah berulang kali mengingatkan mama. Juna dan Baskara juga sering mengigatkan gadis itu untuk tidak lagi datang kemari. Terlebih lagi, ada Lily di sini. Juna khawatir, Sella mempunyai tujuan buruk terhadap Lily." Pak Broto terkejut mendengar penuturan Juna. " Apakah ia sudah berani mengganggu Lily?" Juna menggelengkan kepala
Magbasa pa
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status