Lily seorang gadis lugu yang bekerja sebagai desainer pemula di sebuah butik terkenal di kota S, terjebak dalam pernikahan yang tidak sesuai dengan impiannya, yang pada akhirnya terjebak dalam cinta segitiga antara dirinya dengan suami dan adik iparnya. Ia terpaksa menerima perjodohan itu karena permintaan seorang kakek yang umurnya tinggal beberapa bulan, agar Lily bersedia menikah dengan salah satu cucunya, Juna atau Baskara. Dengan siapakah Lily akan melaksanakan pernikahan dadakannya? Bagaimana Lily menghadapi semua permasalahan yang tiba-tiba hadir tanpa pernah ia bayangkan sebelumnya, terjebak diantara perasaan cinta Juna dan Baskara? Alasan apa yang membuat sang kakek begitu bersikeras menjodohkan cucunya dengan Lily?
Lihat lebih banyakProlog
Lily seorang gadis lugu yang bekerja sebagai desainer pemula di sebuah butik terkenal di kota S, terpaksa menjalani pernikahan yang tidak sesuai dengan impiannya, membuatnya terjebak dalam cinta kakak-beradik, Juna dan Baskara.
Ia sebenarnya anak angkat pasangan Ikhsan dan Melati, pasangan yang sudah menikah selama 15 tahun namun belum dikarunia keturunan, berprofesi sebagai saudagar kain di pasar besar di kota S. Ikhsan menemukan Lily diletakkan di depan pintu rumahnya setelah ia mendapat tiga kali ketukan di pintu rumahnya. Saat itu pukul 3 pagi, suara tangis bayi mungil yang kemudian mereka beri nama Lily, memecah kesunyian pagi yang dingin dan berkabut. Ikhsan dan Melati sepakat untuk merahasiakan asal usul Lily yang sebenarnya, merawat dan membesarkan layaknya putri kandung mereka sendiri
Lily terpaksa menerima pernikahan dengan seseorang yang tidak ia kenal. Bukan karena ia dijodohkan oleh orangtuanya. Bukan pula karena orangtuanya terlilit hutang besar pada seorang rentenir, melainkan karena permintaan seorang kakek yang umurnya diprediksi hanya tinggal dua bulan ke depan, agar Lily bersedia menikah dengan salah satu cucunya.
Juna dan baskara ,adalah kakak beradik putra dari pasangan Ridwan Hadi Subroto dengan Amalia Sanjaya , seorang pengusaha jasa konstuksi dan pertambangan di kota S. Salah satu dari merekalah yang akan menjadi suami Lily. Kedua pemuda itu terkenal karena ketampanan , kejeniusan dan sikap mereka yang dingin sekaligus irit bicara. Baik Juna maupun Baskara, tidak ada yang tahu motif dibalik kekeras-kepalaan sang kakek yang begitu ingin menjodohkan mereka dengan Lily, gadis yang sama sekali tidak mereka kenal sebelumnya. Inipun menjadi pertanyaan besar bagi Ikhsan dan Ridwan.
Pak Broto, seorang tua yang merintis usaha batiknya hingga besar seperti sekarang, hanya memiliki satu anak laki-laki, Ridwan, yang pada akhirnya mewariskan bisnis jasa konstruksi dan properti pada Juna, sedangkan bisnis pertambangannya ia serahkan kepada Baskara. Ridwan sendiri melanjutkan usaha batik tulis pak Broto yang akhir-akhir ini semakin menurun kesehatannya.
Kuatnya niat pak Broto untuk menjodohkan salah satu cucunya dengan Lily, dikarenakan dirinya memiliki hutang nyawa pada gadis kecil itu. Ia-lah yang mengirimkan Lily pada pasangan Ikhsan dan Melati, karena dirinya tanpa sengaja menabrak kedua orang tua Lily yang tengah berjalan pulang dari berbelanja di sebuah pasar daerah pinggiran kota S, hingga menyebabkan Lily menjadi bayi yatim piatu saat ia berusia 2 bulan. Rasa bersalah dan penyesalan yang terus menerus menderanya, membuat pak Broto, bertekad untuk menjodohkannya dengan salah satu cucu laki-lakinya. Selain itu, faktor kesehatannya yang terus menurun, membuatnya ingin secepatnya menikahkan Lily dan cucunya.
Keberadaan Lily selalu berada dalam pengawasan pak Broto karena ia menempatkan orang kepercayaannya untuk melaporkan semua tentang tumbuh-kembang Lily dalam pengasuhan Ikhsan dan Melati.
-0-
Tepat satu minggu sebelum bulan puasa tahun 1440 H, Pak Broto mendatangi kediaman Ikhsan dan Melati, menyampaikan maksud kedatangan dan keinginannya, menjodohkan Lily dengan salah satu cucu kesayangannya. Tentu saja alasan utamanya tidak ia ungkapkan. Ia tahu bahwa Lily tidak suka dengan perjodohan. Gadis itu Iebih memilih tidak menikah daripada menikah karena dijodohkan. Namun, demi menebus kesalahannya pada gadis itu, ia harus membuat gadis itu menyetujui permintaannya, bagaiamanapun caranya.
Sehari setelah kedatangannya ke kediaman Ikhsan, Pak Broto yang memang sedang menunggu jawaban dari orang tua angkat Lily itu, mendapat kabar langsung dari Melati, ibu angkat Lily, bahwa putrinya menolak untuk di jodohkan karena tidak mau terjebak dalam pernikahan yang kaku. Pak Broto menutup telpon itu dengan penuh kekecewaan. Ia terpaksa melakukan rencana pamungkasnya, yang dapat membahayakan dirinya sendiri, agar gadis itu bersedia mengabulkan permintaan terakhirnya.
-0-
"Pokoknya kamu harus bersedia menikah dengan cucuku, kalau tidak, aku akan memotong nadiku saat ini juga!" Ancam seorang laki-laki tua renta dengan suara lantang di depan pintu masuk butik tempat Lily bekerja. Laki-laki tua yang sebagian besar rambutnya sudah memutih, bertubuh kecil dengan kulit keriputnya itu, mulai berjalan dengan langkah tegas meski sedikit sempoyongan, masuk ke dalam butik dengan mengacung-acungkan belati di tangan kanannya
Lily, gadis lugu berwajah manis dan imut, yang saat itu sedang menjaga butik bersama dua rekannya yang lain, begitu ketakutan mendengar ucapan kakek renta itu. Keadaan saat itu begitu mencekam. Keringat dingin mulai membasahi kening Lily, tangannya gemetar, tidak tahu bagaimana menghadapi kakek renta itu, yang bicaranya kian meracau tidak karuan.
"Ayo, cepat nona. Kamu harus bersedia dan ikut aku sekarang juga!" desak lelaki tua itu berjalan mendekati Lily yang berdiri di samping meja resepsionis, dengan wajah garang."Kek, maaf, saya tidak mengenal siapa kakek, dan kakek juga tidak mengenal saya, terlebih lagi cucu kakek yang akan kakek jodohkan dengan saya. Bagaimana mungkin kami bisa menikah padahal tidak pernah bertemu sama sekali?" Lily masih berusaha memberi pengertian, dengan masih menjaga jaraknya dengan si Kakek dan berusaha untuk tetap tenang meski hatinya bertolak belakang."Apa kau kira aku hanya bermain-main saja dengan belati ini?" ancam si kakek tua itu lagi. Gadis ini mengapa begitu keras kepala sekali, gumam kakek tua dalam hati. Lily berkidik ngeri melihat belati runcing yang diacungkan ke arahnya. Tanpa aba-aba, kakek tua renta itu membuktikan ancamannya. Belati kecil tajam yang berada di tangan keriputnya, ditekankan semakin dalam di pergelangan tangannya. Lily terkesima. Ia hilang akal dan mendadak menjadi bisu melihat kenekatan laki-laki tua itu. Begitu melihat darah keluar dari tangan laki-laki itu, Lily menjerit histeris. Lelaki tua itu jatuh dengan banyak darah mengalir di pergelangan tangannya. Mereka semua yang ada disana menjadi panik. Rudy salah satu pegawai butik langsung menekan layanan ambulance gratis untuk meminta pertolongan. Lily sendiri memangku tubuh lelaki tua itu. Sambil menangis, menelpon bos nya."Bos..bos..tolong.. Ada yang..ada yang terluka di..di si..ni... Cepat kemari, bos!" Suara Lily serak bercampur suara tangisannya.
"Katakan..katakan pa..da..ku...ji.jika..kau.. ber..se...dia..A..ku..ak.kan..ti..dak..tidak ..akkan..me..nun..tutmu.." ucap pak Broto sebelum ia berpura-pura jatuh pingsan.
Lily berteriak histeris.
"Kek, bangun kek, bangun! Jangan mati dulu kek...Katanya mau melihat...melihat saya menikah...menikah dengan anak bapak..ah, cucu kakek.. Ayo, bangun pak...bangun kek... baik...baik..saya akan menuruti kemauan kakek, tapi kakek harus bangun sekarang, jangan mati disini kek," perkataan Lily keluar tak beraturan. Yang ia pikirkan hanya satu, jangan sampai pria tua ini mati di butik tempatnya bekerja. Tanpa ia sadari, lelaki tua itu tersenyum tipis. Benar, ia memang terluka tapi bukan nadi yang ia goreskan tadi melainkan sisi lain dari tangannya. Ia akan terus berusaha entah bagaimana caranya, menjadikan gadis ini sebagai cucu menantunya, meski harus membahayakan dirinya sekalipun.Sirine ambulance datang dan dengan cepat membawa pria tua itu pergi ke rumah sakit terdekat, dengan ditemani Lily yang masih sesenggukkan, menangisi kejadian yang menimpa dirinya. Mimpi apa ia semalam, tiba-tiba datang seorang kakek yang tidak ia kenal, memintanya menikah dengan cucunya. Lelucon apa yang sedang dibuat oleh si kakek ini.
Suara itu begitu mengejutkan Juna dan Baskara. Mereka sama sekali tidak mengira sosok yang sedang mereka bicarakan, tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka. "Lily...!" seru kakak beradik itu bersamaan, menatap wanita muda yang menggendong seorang bayi mungil. "Kebetulan sekali kita bertemu di sini." Lily tersenyum sangat manis. Sangat bertolak belakang dengan apa yang ia rasakan saat ini. Juna terngaga. Apakah ini semua rencana Tuhan? Mendatangkan Lily ditengah-tengah mereka yang sedang bersiteru tentang dirinya? "Lily! Kamu mau kemana?" Baskara segera bangkit dari duduknya. Ia lantas menghampiri Lily. Rasa sayang terlihat jelas dari sikap dan tutur kata Baskara, memaksa Juna kembali merasa bersalah. "Tidak kemana-mana." Lily masih tersenyum. Namun, perubahan di kedua manik cokelatnya, segera diketahui Baskara. Mata yang mulai berair itu, membuat Baskara secara tidak sadar menarik Lily ke dalam dekapannya. Ia thu jika wanita itu sedang berpura-pura tegar. "Aku tidak apa-apa,
Juna bergeming, kembali menatap langit biru yang membentang bersih tanpa sedikit pun awan. Ia mengabaikan pertanyaan Baskara, yang menuntut penjelasan lebih atas pernyataan yang baru saja ia ucapkan. Bukan hal yang mudah bagi seorang Juna, untuk mengambil keputusan itu. Ia sudah menimbang jauh hari sebelumnya. Ya. Sebelum ia dan Lily, pada akhirnya menyepakati untuk melakukan gencatan senjata, membuat kesepakatan untuk menjalankan peran mereka masing-masing, sebagai pasangan suami-istri, selama satu tahun. Dan kini, sudah tiba waktunya untuk mereka berdua, duduk bersama kembali, membicarakan hubungan mereka untuk ke depan. Membayangkan perpisahannya dengan Lily, dan juga Arka, membuat Juna tersiksa. Tidak pernah ia merasakan kebimbangan yang sangat seperti sekarang ini. "Aku sudah berjanji, akan menceraikannya setelah satu tahun pernikahan kami." Sontak Baskara mengangkat kepalanya. Ia tidak mengira jika Juna masih mengingat hal itu. "Kak?" Juna menganggukkan kepalanya dengan t
Tangan kiri Juna bergerak sebentar lalu kembali diam. Ia mendengar beberapa orang sedang berbicara di dekatnya tapi ia tidak bisa memahami apa yang mereka bicarakan. Pria itu sibuk mencari-cari sumber cahaya. Ia tidak bisa melihat apa pun di sekitarnya. Gerakan ini tanpa ia sadari, membuat kepalanya secara otomatis bergerak ke kanan dan ke kiri. Sayangnya, di ruangan itu sedang tidak ada seorang pun. Gelap. Juna tidak bisa melihat apa-apa. Ia mencoba mengangkat tangan kanannya, tapi mengapa terasa begitu berat. Digantinya dengan tangan kiri. Berhasil. Tangannya terangkat sempurna, tapi ia tidak bisa meraih apa pun. Dikerjapkannya berulang kali, namun kedua matanya tetap tidak bisa melihat apa pun. 'Apa yang terjadi?' batin Juna mulai panik. 'Buta. Apakah aku sekarang buta?' Kini, Juna menjadi benar-benar panik. Tiba-tiba perutnya terasa begitu lapar. Ia ingin memakan sesuatu. Apa saja yang bisa mengganjal perutnya sekarang ini. Bayangan semur daging melayang-layang di benakn
Baskara tenggelam dalam tumpukan map-map yang nyaris menutupi dirinya. Ia tidak punya banyak waktu untuk menyelesaikan semua dokumen-dokumen itu. Tiga jam berlalu sejak kedatangannya ke ruangan Juna. Karena kondisi Juna, maka ia terpaksa mengambil alih semua pekerjaan sang kakak,untuk sementara waktu. Untung saja ia pernah memimpin anak cabang perusahaan itu, jadi ia tidak perlu belajar terlalu lama untuk melanjutkan pekerjaan yang sudah dikerjakan Juna sebelumnya. Ketukan yang sebenarnya tidak terlalu keras, membuyarkan konsentrasi Baskara. Ia nyaris terjungkal dari kursinya. Begitu wajah asisten Juna muncul dari balik pintu, Baskara sontak saja melayangkan satu pensil dan nyaris mengenai pelipis pria muda itu. "Aisssh, Kau ini! Tidak tahukah jika aku sedang sangat serius dengan pekerjaanku..." Tatapan kesal mengiringi langkah sang asisten. Ditutupnya dengan kasar, berkas yang berada di hadapannya "Maafkan saya, Pak. Tapi, ada telpon dari rumah sakit mengabarkan..." Belum juga kali
Lily bergeming. Ia tidak lagi berani membalas tatapan Baskara. Ia merasa seperti seorang pencuri yang tertangkap basah oleh pemilik rumah. Otaknya dipaksa berputar, mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Baskara yang dirasa menyudutkan dirinya. "Ak-Akuu... Aku hanya... Yaaah, hanya... Kebetulan...Ya, aku hanya kebetulan berada di sini..." Entah apa yang dipikirkan Lily. Jawabannya justru memicing pertanyaan lanjutan Baskara. "Kamu di sini sendiri?" Tanpa bisa dicegahnya, kepala Lily dengan pasrah mengangguk. "Sendiri? Lalu di mana Arka? Kamu meninggalkannya sendirian?" Suara Baskara tanpa sadar meninggi, membuat Lily sontak membulatkan matanya. "Suaramu!" seru Lily tertahan. Baskara segera menarik tangan Lily, membawa wanita muda itu keluar dari ruang serba putih itu. Lily meringis kesakitan. Baru kali ini, ia merasakan kemarahan Baskara. Apakah yang ia lakukan sangat salah? "Bas. Sssa-kiit," keluh Lily berusaha melepaskan cengkeraman Baskara di pergelangan tangann
Pak Yono berjalan cepat keluar dari kamarnya, meraih kontak mobil yang tergeletak di atas nakasnya. Langkahnya terkesan buru-buru, sambil berbicara dengan seseorang dengan ponselnya. "Baik, Mbak. Saya segera berangkat. Perlukah saya menghubungi Mas Baskara?" *Tidak perlu. Biar aku sendiri saja yang memberitahunya. "Baik. Saya berangkat ke sana sekarang." Mobil sedan hitam Juna meluncur mulus meninggalkan pekarangan luas milik Pak Broto. Lily menelpon Pak Yono untuk menjemputnya pulang, karena hari ini adalah hari terakhirnya dan bayi mungil Arka berada di rumah sakit. -0- Lily baru saja selesai membereskan semua barang bawaannya, tanpa bantuan siapa pun. Baskara masih menyelesaikan urusan administrasi persalinan dan perawatannya. Ia berjalan keluar, melihat apakah Pak Yono, orang kepercayaan Pak Broto sudah tiba di sini atau belum. Ia sangat membutuhkan Pak Yono saat ini. Ada sesuatu yang harus ia lakukan, sebelum dirinya dan bayi mungil Arka meninggalkan tempat ini. Lima bela
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen