All Chapters of Obsesi Tuan Hagen: Chapter 31 - Chapter 40
176 Chapters
BAB 30 I Akui Saja Kau Tak Pandai Masak, Princess
Mata Camellia menatap nanar pada panci gosong di hadapan. Dia menggigit sudut bibirnya sembari tangan mengelus perut, sementara itu wajah gadis tersebut jelas sekali menunjukkan bahwa dia kelaparan.Gadis cantik itu pun menghela napas yang panjang, kemudian dia memegangi pelipis sembari menahan diri agar tidak menangis.“Stupid,” bisiknya yang perlahan menjauhi kompor listrik di hadapan.Baru saja dia berbalik badan, saat tiba-tiba dikejutkan dengan kehadiran sosok pria di ambang pintu.Seketika saja suara jerit keterkejutan bercampur takut lolos dari bibir mungilnya.“Apa yang kau lakukan di sana? Diam-diam mengawasi layaknya pria aneh,” geram Camellia sembari beringsut ke sudut dapur.Mendapati itu, ujung bibir pria itu pun berkedut, menahan diri agar tidak tersenyum.“Aku hanya tertarik dengan kegiatanmu yang hendak membakar dapurku,” balas Hagen yang seketika mendapat lemparan delikan.Di
Read more
BAB 31 I Pertengkaran Kecil
“Siapa yang memukulmu?”Tiba-tiba saja Camellia bertanya setelah menelan sesuap sup hangat yang Hagen pesan dari restaurant di sekitar.Kini, keduanya duduk saling berhadapan di meja makan. Tidak terlihat tanda-tanda dapur yang tadi berantakan, bahkan semua tampak mengkilap, membuat Camellia bertanya-tanya bagaimana cara pria itu melakukan semuanya dalam waktu yang singkat.Melihat arah pandang gadis itu yang menyapu seluruh ruangan dapur, Hagen pun tersenyum simpul.“Aku meminta seseorang membersihkannya.”Jawaban pria itu membuat kepala Camellia pun melirik ke arahnya.“Apa kau pikir, aku akan melakukan semua ini sendiri? Yang benar saja, Princess, aku bahkan tidak pernah memegang pembersih kaca seumur hidupku.”Delikan yang gadis itu berikan malah semakin membuat Hagen menatapnya geli.“Dan untuk pertanyaanmu, luka ini berasal dari pembelaan harga diri. Dan aku membalas orang itu den
Read more
BAB 32 I Di Mana CCTV?
Mata Camellia membulat begitu dia mendapati ada banyak tumpukan baju yang berasal dari rumah sudah berpindah ke dalam lemari pakaian pria itu. Dengan tangan mengepal, menahan amarah, gadis itu pun keluar dari kamar hanya untuk mendapati apartemen itu telah kosong. Lagi-lagi pria itu meninggalkannya sendiri seperti kemarin. “Apa yang sebenarnya kau rencanakan?” umpat Camellia sembari mencari-cari ponselnya yang entah bagaimana hilang tanapa jejak. Gadis itu mencari ke setiap sudut ruangan, tetapi tidak ada ponsel atau apa pun di sana, membuatnya sangat marah. “Arrrrgh, aku ingin keluar, siapa pun di luar sana, biarkan aku keluar!” Telapak tangan Camellia menepuk-nepuk pintu, berharap ada seseorang di luar sana yang mendengarkan, namun setinggi apa pun suara jeritnya, tetap saja tidak ada yang mengetuk pintu untuk memeriksa keadaannya. Namun, mengingat bahwa Hagen adalah pria yang tidak akan meninggalkannya sendirian tanpa pengwasan, Cam
Read more
BAB 33 I Kau Bisa Tanyakan Pada Blake Hagen
Di hari ke dua setelah pria itu tidak ada, Camellia pun dikejutkan dengan sosok Brandon yang tengah duduk di sofa.Langkah gadis itu saat menuruni tangga seketika terhenti, dan dengan tatapan bertanya, dia menatap sekitar. Berharap Hagen muncul secara tiba-tiba dari mana saja. Namun, setelah memandangi Brandon yang tampak duduk sendirian di sofa, keyakinan Camellia pun akan kehadiran Hagen sirna.Dia tidak mengira bahwa pria itu meninggalkannya sendiri di apartemen. Itu artinya sudah jalan lima hari dia terkurung di dalam tempat itu.“Apa kau datang sendirian?” tanya Camellia begitu mendekati sofa di mana Brandon duduk termenung menatap keluar jendela.Seketika kepala pria itu pun menoleh ke arahnya dan dengan senyum simpul dia mengiyakan.
Read more
BAB 34 I Berjalan Bersisian
Mata Camellia menatap ke luar jendela kamar dengan pandang datar. Meskipun secangkir cokelat hangat berada dalam genggamannya, dia masih merasa kedinginan. Pandangan gadis delapan belas itu terfokus pada butiran air hujan yang menempel pada kaca jendela. Matanya mengikuti pergerakan tetesan-tetesan hujan yang jatuh perlahan ke bawah. Dia menghela napas berat dan menyesap cokelat panas tersebut setelah beberapa saat. Namun, suara dering ponsel memecah fokusnya seketika. Kepala gadis itu menoleh ke sumber suara, pada benda pipih yang tergeletak di atas meja. Awalnya dia enggan untuk melihat, tapi mengingat ayahnya di rumah sakit, dengan cepat Camellia berjalan ke sana. Tapi, dia merasa kecewa saat mendapati nomor Brandonlah
Read more
BAB 35 I Pervert!
Bukannya merasa terkesan, gadis itu malah menatap Hagen seolah dia pria aneh.“Layang-layang my ass,” gumam Camellia sembari meninggalkan pria itu.Tahu bahwa Hagen akan terus mengikuti, dia pun terus berjalan tanpa perlu menoleh atau memeriksa sejauh mana jarak mereka saat ini.Bahkan ketika pria itu memanggil, Camellia dengan sengaja menulikan diri.“Princess, kurasa kita butuh sesuatu untuk berlindung dari panas matahari.”Diam-diam
Read more
BAB 36 I Oh, Berhenti Menggodaku!
Bibir Camellia terasa kebas, dia bahkan tidak bisa menjauhkan jemarinya dari sana dan terus mengusap-ngusapnya lembut. Sementara itu, matanya menatap kosong pada cermin yang memantulkan wajahnya yang tidak lagi memar seperti beberapa waktu lalu. Dari balik manik mata jernihnya muncul bayangan kejadian sore ini di depan pintu rumah. Dia tampak tenggelam hingga tidak mendengar suara bell yang berbunyi, pertanda seseorang hendak bertamu ke sana. Namun, setelah beberapa waktu, gadis itu dikejutkan dengan suara dering ponsel dari arah ranjang. “Ugh!” geramnya begitu tersadar kemana arah pikirannya saat ini. Setelah menarik napas dalam-dalam dan mengipas wajah yang merona tiba-tiba, barulah Camellia berdiri dan berjalan menuju benda pipih yang kini berbunyi nyaring memanggil-mangg
Read more
BAB 37 I Aku Tidak Ingin Satu Ranjang Denganmu!
Hagen mengusap pipi Camellia menggunakan tisu yang berasal dari atas meja dengan gerakan  penuh kelembutan. Meskipun gadis itu terus menangis hingga air matanya luruh tanpa henti, pria itu tetap sabar menghapus jejak tangis di pipi.Suara sesenggukan gadis itu mengisi ruangan, dan Hagen pun membiarkan sembari terus menenangkan dengan menyentuh pergelangan tangan feminim itu. Ujung jemarinya mengusap punggung tangan Camellia pelan, sedang tangan satunya membersihkan pipi gadis tersebut.“Ayah,” tangis Camellia, tanpa peduli akan kehadiran pria asing di hadapan.Mendengarnya terus memanggil sosok pria yang menghancurkan kehidupan gadis itu dalam satu malam, Hagen terpaku. Dia tidak mengerti mengapa Camellia sangat peduli pada pria tersebut, tetapi dia hanya bisa menyimpan pertanyaan itu untuk dirinya sendiri.
Read more
BAB 38 I Pembicaraan Rahasia
Disaat Camellia tidur terlelap dalam dekapannya, Hagen pun memilih untuk berdiam beberapa waktu sebelum akhirnya dia berusaha melepaskan diri dari kedua lengan feminim yang memeluk erat itu.Pelan-pelan Hagen bergerak untuk keluar dari ranjang, berusaha tidak membangunkan Camellia yang tertidur nyenyak.Dari sudut mata, dia melihat jam di atas nakas menunjukkan pukul tiga pagi.Tanpa melihat ke arah gadis itu lagi, Hagen keluar dari kamar menuju ke ruangan tengah. Dia duduk sebentar di atas sofa dengan posisi siku bertumpu pada lutut.Lama pria itu berdiam sambil berpikir sebelum akhirnya dia mendial nomor seseorang.Entah berapa lama Hagen menunggu jawaban, hingga pada akhirnya terdengar suara berat bariton yang sedikit serak
Read more
BAB 39 I Pilihlah Nomor Dua
Mata keduanya saling bertemu, namun tidak ada satu pun dari mereka yang bersuara, bahkan Hagen tidak lagi mendengarkan Gavin yang terus berbicara di seberang panggilan. Seolah-olah pria itu terpaku pada sosok Camellia yang berdiri sangat anggun di atas tangga dengan piyama putihnya.Namun, ketika mendengar namanya dipanggil berkali-kali dari seberang, barulah Hagen tersadar. Dia Berdeham dan mengalihkan pandangan dari gadis itu.“Aku mendengarmu,” ucapnya, pada Gavin yang kini terdengar kesal.“Kupikir kau tertidur dan meninggalkanku tanpa salam perpisahan,” balas Gavin, disela sindiran.Hagen hanya merespon dengan deheman, lalu dia menengadah ke atas. Sayangnya gadis itu sudah tidak lagi berdiri di tempatnya tadi, membuat pria itu sedikit merasa kecewa.
Read more
PREV
123456
...
18
DMCA.com Protection Status