Semua Bab Jerat Cinta Sang Milyarder: Bab 31 - Bab 40
171 Bab
Hampir Diperkosa
"Celine, tunggu sebentar! Siapa laki-laki tadi?"Celine terdiam saat lengannya tiba-tiba ditahan saat dia baru saja keluar dari restoran. Ini sudah waktunya pulang dan dia buru-buru pergi karena tidak ingin berpapasan dengan orang paling tidak tahu diri. Simon. Namun sepertinya, keberuntungan sama sekali tidak berpihak padanya. Hari ini, Celine sedang sial karena harus bertemu dengan dua orang yang ingin sekali dia hindari, terutama lelaki yang saat ini dengan sangat lancang menyentuh lengannya. Cih, Celine segera menepisnya kasar dan menatap penuh ketidaksukaan. "Jangan kurang ajar dan menyentuhku sembarangan!""Maaf, aku penasaran kenapa kau menghindariku. Padahal aku sangat ingin bicara denganmu," ucap Simon pelan. Celine mengernyit, lalu melirik ke sekitar di mana beberapa rekan kerjanya, terlihat melewati mereka dengan pandangan yang sesekali mencuri-curi pandang ke arahnya. Di sini terlalu ramai dan Celine tidak suka dengan itu. "Itu bukan alasa
Baca selengkapnya
Memenjarakanmu
"Kenapa berhenti?"Celine menatap Dominic dengan kening berkerut saat mobil yang ditumpanginya tiba-tiba berhenti di jalan yang cukup sepi. Ada perasaan waswas yang hinggap dalam hatinya. Terutama pada laki-laki yang kini tampak tenang saat menatapnya."Sepertinya mogok.""Kau bercanda?" Celine mendecih tak percaya. Mengusap rambutnya sembari menatap ke luar mobil. Matahari sudah terbenam, langit sore pun berganti malam dan sialnya dia masih ada dalam perjalanan pulang. Bersama pria asing yang pernah menghabiskan malam bersama. Celine tidak bisa menolak saat Dominic tiba-tiba menariknya masuk ke dalam mobil. Dia seperti diculik paksa. "Tidak," ucap Dominic sambil kembali men-stater mobilnya, namun mesin mobilnya sama sekali tidak menyala. Hah. Tidak ada yang bisa Celine lakukan selain menatap Dominic dengan sorot tidak mengerti. Tidakkah laki-laki di sebelahnya ini men-service kendaraannya atau paling tidak, mengeceknya sebelum berpergian? Sulit
Baca selengkapnya
Hanya Penasaran
"Kau menyukainya?" tanya Jerry yang saat ini tengah menyetir. Melalui kaca spion, dia menatap anak majikannya dengan sorot penasaran. Mereka baru saja pulang setelah mengantar Celine ke rumahnya. Pria dingin yang juga mantan atasannya sebelum dia berkhianat, tampak mengangkat kepalanya. Ada ketidaksukaan terlihat di sana. Jerry tahu, dia salah telah bermain-main dengan seorang Dominic. Bahkan maut pun seolah takut pada pria itu. Dominic seperti bukan manusia. Bibirnya terkekeh pelan saat membayangkan kembali kejadian di malam ketika dia menusuknya. Harusnya, sulit untuk Dominic bisa berjalan dan hidup seperti sekarang. Lelaki itu kekurangan banyak darah, tapi Tuhan terlalu menyanyanginya dan mengirimkan malaikat untuk membantu Dominic. Sampai sekarang, dia sendiri penasaran, siapa orang yang telah menyelamatkan lelaki itu? "Jangan ikut campur dengan urusanku."Nada dingin yang khas untuk menggambarkan sosok pria yang berhati dingin itu sudah tidak asing ba
Baca selengkapnya
Kekasih Baru?
"Celine, bagaimana bisa kamu salah membuat laporan? Ini data bulan lalu," tegur sang manajer begitu Celine dibawa masuk ke ruangannya saat baru tiba. Memberikan laporan yang kemarin dibuat olehnya. Celine mengambilnya dan menatap laporan itu dengan saksama. Melihat beberapa berkas yang ada di atas meja dan kembali memeriksanya. Matanya menyamakan analisis data bulan lalu dengan bulan sekarang. Jelas terlihat kalau keduanya sama. Dia sama sekali tidak memerhatikan ini, dia tanpa sadar menulis ulang berkasnya. Kesalahannya fatal. "Maafkan saya, Pak. Saya akan memperbaiki semuanya," ujarnya dengan gugup. "Tidak perlu, masalah ini sudah saya urus. Saya hanya tidak mengerti, sebenarnya apa yang ada dalam kepalamu saat mengerjakan ini? Apa kamu memiliki masalah?"Celine adalah wanita yang pintar. Meski pendidikannya hanya berakhir di jenjang SMA, tapi wanita itu memiliki daya serap yang kuat dan cepat belajar. Itulah nilai plus kenapa sang manajer mem
Baca selengkapnya
Calon Menantu
"Ini lumayan, bagaimana kamu tahu tempat bagus seperti ini?" tanya Daisy begitu dirinya bersama Dominic tiba di sebuah restoran yang berada tak cukup jauh dari kantor sang anak. Restoran dengan nuansa alami yang diusung dan beberapa tanaman hijau yang sengaja dipasang untuk menyegarkan mata pengunjung yang melihatnya, membuat Daisy merasa nyaman. Tidak terlalu kaku dan tempat yang tepat untuk menyantap makan siang setelah disibukkan oleh pekerjaan."Dari seseorang."Dominic mengajak mamanya duduk di sebuah meja yang ada di sudut ruangan. Dia tidak mau kehadirannya di sana menjadi pusat perhatian. Jelas karena perawakan dan parasnya yang terlalu mencolok dari orang kebanyakan. Matanya kemudian menjelajahi dan mencari-cari seseorang. Restoran sedang cukup ramai hari ini dan para pelayan tampak sibuk. Meski terlihat seorang wanita datang menghampiri meja mereka, lengkap dengan sebuah senyuman. "Permisi, ada yang bisa saya bantu, Tuan, Nyonya?"Diminic menatap
Baca selengkapnya
Kejutan
Celine memegangi kepalanya yang berdenyut sakit. Wajahnya berkali-kali lipat lebih kusut dari sebelumnya. Lagi-lagi dia melakukan kesalahan. Celine benar-benar tidak dapat fokus hari ini. Saat datang, dia mendapat teguran dan begitu pun saat bekerja. Celine salah memberikan pesanan dan sialnya, pelanggan dia antar pesanannya sangat cerewet serta tidak menerima toleransi meski dia sudah berkali-kali minta maaf. Dia tidak memiliki tenaga hanya untuk sekadar melangkahkan kakinya pulang. Ponsel miliknya yang kemarin pun tidak kembali, beserta dompetnya yang masih berisi uang telah raib. Untungnya, Celine masih memiliki simpanan yang bisa dia gunakan sampai di mana hari gajian tiba. Meski begitu, dia tetap harus mengumpulkan uang demi membeli ponsel. Khawatir jika ada informasi yang tidak dia terima."Celine, kau baik-baik saja?" sapa salah satu rekan kerjanya. Wanita berambut pendek yang merupakan seorang pramu saji. Celine tidak terlalu dekat dengan mereka, t
Baca selengkapnya
Kita Akhiri Saja
"Kita akhiri saja semuanya di sini. Aku tidak bisa melanjutkan pertunangan denganmu," ucap Dominic. Matanya menyorot tajam pada wanita yang merupakan tunangannya. Dominic tidak mau mengambil risiko tinggi jika Tiffany tiba-tiba hamil atas hubungan yang tidak diperbuatnya. "Apa? Kenapa?" Wanita berambut hitam panjang dengan kelopak mata besar itu tampak tak percaya akan perkataan lelaki di depannya. Bibirnya yang dipoles lipstik berwarna merah cerah tampak bergetar. Tangannya secara refleks meraih tangan Dominic dan menggenggamnya erat. Namun sialnya, lelaki itu dengan cepat menjauhkan diri. "Jangan menyentuhku. Aku hanya tidak mau kau mempermalukanku dengan sikap jalangmu itu.""Maksudmu?" Tiffany mengernyit heran.Dominic merogoh ponselnya dan memperlihatkan video yang dia terima beberapa malam yang lalu pada wanita itu. Dirinya tidak perlu takut saat suara-suara sialan itu terdengar dari ponselnya, karena ruangan yang kini mereka jadikan
Baca selengkapnya
Keluarlah dari Pekerjaanmu
Dominic membaringkan tubuh Celine di ranjangnya. Wanita itu masih belum sadarkan diri dan matanya dapat melihat memar di wajah cantik itu. Pakaian Celine juga terlihat kotor. Tanpa sadar, tangannya mengelus lembut luka di pipi dan bibir Celine. Apa yang dilakukan keparat itu sampai Celine menjadi seperti ini? "Kau benar-benar wanita yang kuat," ucapnya lirih, lalu melirik ke arah pakaian Celine. Tangannya terulur untuk membuka kemeja dan celana wanita itu yang kotor. Dominic tidak berniat melakukan hal buruk. Dia hanya ingin mengganti pakaian itu agar Celine merasa nyaman. Satu persatu, Dominic melepas kancing kemeja Celine tanpa ragu. Entah bagaimana, dia bisa membawa wanita itu ke sini, bukan ke rumahnya. Dominic sudah gila. Dia yang harusnya berhenti berurusan dengan wanita ini, justru malah dengan senang hati melibatkan diri. Seolah ada sesuatu yang membuatnya tidak rela jika wanita itu terluka. Sial. Sejak kapan dia seperti ini? Dominic menah
Baca selengkapnya
Pemikiran yang Sama
Brak. Celine menutup pintu rumah dengan keras saking kesalnya akan perintah Dominic tadi. Dia tidak mau dan tidak bisa menuruti perkataan lelaki sialan itu! Sampai kapan pun. Celine bisa mengatasinya sendiri. Dia bisa mengatasi masalahnya dengan Simon tanpa melibatkan Dominic lagi. Meski lelaki itu sudah beberapa kali membantunya, tapi bukan berarti dia akan membiarkan Dominic mengusik hidupnya dan mengaturnya. Sebisa mungkin, Celine harus menjauhinya, mengingat mereka sudah tidak memiliki urusan lagi. Dihentakkan kakinya dengan kuat. Setelah mengatur napasnya, Celine melanjutkan langkahnya dan duduk di ruang tengah yang saat ini sedang dalam keadaan sunyi. Tidak ada Rayyan atau Arion. Anaknya mungkin sedang sekolah, tapi di mana Rayyan? Celine mendesah lelah sembari menyandarkan punggungnya di kursi kayu. Sekarang, apalagi alasan yang akan dia pakai untuk membohongi suaminya? Celine kini sudah seperti wanita yang tengah berselingkuh. Dia terus mener
Baca selengkapnya
Kehilangan Pekerjaan
"Maaf, Pak, apa ada sesuatu yang bisa saya bantu?" tanya Celine saat dirinya dipanggil untuk berbicara berdua dengan sang manajer. Dirinya takut kembali melakukan kesalahan. Walau pun perasaannya berkata sebaliknya. Dia tidak merasa melakukan kesalahan.Tatapannya tertuju pada manajernya yang kini tampak kebingungan. Pria berusia empat puluh lebih itu, terlihat memandangnya tak enak. Seolah ada suatu masalah yang mengganggu. Namun, masalah seperti apa yang bisa membuat pria itu kelimpungan?"Saya tidak tahu apakah saya harus melakukan ini atau tidak—"Sang manajer menggantung kalimatnya. Dia menatap ke arah Celine dengan lekat. Tampak keringat keluar dari tangannya. Tentu saja sikapnya tersebut menimbulkan perasaan heran bagi Celine yang melihatnya. Wanita itu kebingungan."Apa ada masalah, Pak? Apa saya melakukan kesalahan lagi?"Gelengan kepala menjadi jawaban. Membuat perasaan takut yang dirasakan oleh Celine sedikit berkurang. Kenyataannya, dia mas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
18
DMCA.com Protection Status