Semua Bab Mas Duda Nyebelin: Bab 91 - Bab 100
128 Bab
90. Gagal Lagi
Jessi: lo punya hutang sma siapa sih sampe pulang kampung gak bilang - bilangHeera terkekeh pelan membaca pesan Jessi yang baru saja masuk, seperti cewek itu baru bangun dan mendapatkan kabar kepulangannya hari ini."Lagi chattingan sama siapa?" Sean menegur, wajah tanpa ekspresi nya terlihat was-was bercampur bete. Mungkin takut Heera tertawa karena sedang chatingan sama cowok lain.Heera menoleh ke Sean yang sedang fokus menyetir, "Jessi chat aku, katanya aku punya hutang sama siapa sampe pulang kampung nggak bilang-bilang." jeda, "Di kiranya aku kabur kali ya," lanjut Heera dengan tawa yang mendominasi.Ponsel Heera mendenting lagi, belum sempat membalas pesan sebelumnya, sudah masuk lagi pesan baru yang beruntun.Jessi: ANJIRJessi: Bu Riska bilang lo pergi sma pak Sean? Jessi: ANJIR ANJIRJessi: beneran bakal jadi bunda nih? Heera tertawa lagi, membayangkan wajah heboh Jessi ketika mengetik pesan ini. Dan yan
Baca selengkapnya
91. Restu Calon Ibu Mertua
Heera menatap Sean yang duduk menegak di hadapan ibunya. Tidak ada gurat gugup atau pun cemas di wajah pria itu, malah Sean tampan rileks dan ramah. Hal itu pun membuat Ibunya Heera juga tidak begitu kaku. Sudah hampir setengah jam Sean membicarakan hal random dengan ibunya Heera. Meski awalnya sudah pasti Sean di interogasi lebih dulu. Prima, ibunya Heera- yang keadaanya kurang membaik seminggu terakhir ini tampak lebih sehat sejak kedatangan putrinya bersama pria. Tentu, tadinya Prima marah karena Heera membawa pria tanpa persetujuan lebih dulu darinya. Prima menarik Heera ke kamar dan berbicara empat mata, dengan intonasi yang tenang Heera menjelaskan secara perlahan kalau Sean adalah majikan yang akan berevolusi menjadi suaminya. Heera pun memberitahu Prima kalau Sean memiliki niat baik dan ingin menjalin hubungan serius dengannya."Ibu saja sampai kaget pas tahu Heera jadi babysitter, soalnya Heera gak punya pengalaman di bidang itu. Tapi Heera cukup bijak m
Baca selengkapnya
92. Modus Mas Duda
"Kenapa gak nginep di sini aja sih mas? kamu bisa tidur di kamar aku, walaupun kamarnya gak gede tapi sudah aku pastiin bersih dan wangi!"  "Terus kamu tidur dimana?" "Di kamar Rahel, atau di kamar Ibu." jawab Heera. Gadis itu menolak keras usulan Sean yang ingat menginap di hotel saja, padahal Heera mengira Sean akan tidur di rumahnya. Bukan Heera mengharapkan hal yang macam-macam atau apa, tapi dengan adanya pria itu di rumah ini maka makan Sean dan keperluan pria itu akan terjamin. Heera juga agak khawatir jika Sean berada jauh darinya, apa lagi saat ini mereka jauh dari kota. Sean tersenyum simpul, lalu menggeleng, menolak dengan sopan tawaran dari Heera. Saat ini pria yang penampilannya tampak lebih muda dari umurnya itu memakai pakaian santai celana bahan sedengkul dan di lengkapi kemeja putih lengan pendek , yang belum mengenalnya pasti berpikir bahwa umur Sean masih di pertengahan 25. Sean beranjak dari tempatnya berdiri, berjalan menuju Prima la
Baca selengkapnya
93. More Than Kiss?
"Sekali saja ya, mas?" Sebuah lampu hijau, dari awal Heera memang tidak menolak. Gadis itu hanya takut kebablasan. Sebelum memulai, Sean mengangguk dengan senyum cerah yang terlukis indah di wajah tampan pria matang itu. Tanpa aba-aba, tangan Sean bergerak ke tengkuk Heera dan menekannya pelan. Mengetahui permainan akan di mulai, Heera menutup kedua matanya. "Sudah siap sekali kamu, Ra." celoteh Sean membuat Heera buka mata dan mendengus malu, ya, Heera malu karena Sean menertawakannya. "Ya sudah tidak jadi-"Cup! Bibir Heera seketika bungkam, ucapannya terputus. Tidak sesuai dugaan, Sean menciumnya di rahang, dan itu spontan membuat Heera mengenjang, seluruh badan gadis itu merinding. Itu bukan hanya sebuah kecupan biasa, tapi Sean juga menghisap kuliat rahangnya pelan. Bagaimana Heera bisa diam saja kalau ribuan kupu-kupu seakan menggelitik perutnya saat ini. Gadis itu mendesah kecil, lalu terkejut sendiri dan membekap mul
Baca selengkapnya
94. Rasanya Enak
"Masih mau di lanjutkan, Ra?" Suara berat dan serak-serak basah milik Sean menyadarkan Heera yang kini terdiam. Cewek itu baru saja selesai dari kesibukannya mencari kepuasan pada leher Sean. Heera membekap mulutnya, matanya masih tertuju pada jejak ciuman yang ia tinggalkan.Sial, Heera tidak sadar kalau ia memberi jejak sebanyak itu."Mas, maaf... kissmark nya kebanyakan. Mana kelihatan banget lagi." Heera meringis, menyesali kenikmatan yang sudah ia rasakan. Astaga, ini bahkan pertama kali Heera melakukannya, tapi sudah ahli sekali sepertinya, pemirsa!Mendengar suara Heera yang penuh sesal, Sean menggeleng, di elusnya kedua pipi kemerahan Heera, "Tidak apa-apa, mas menyukainya."Bergetar jiwa raga Heera. Dalam hati Heera bergumam, 'aku juga menyukainya, tapi kita dalam masalah!'Heera menyentuh kissmark miliknya, "Ini gimana cara hilangin nya ya, mas?" tanya Heera sambil terus mengusap jejak itu, berharap usapan jemarinya dapat menghilangkan wa
Baca selengkapnya
95. Interogasi Pt.2
Pagi-pagi wangi maskulin Sean sudah menyengat hidung orang-orang yang ia lewati di lobi hotel. Ini masih jam 9 pagi, namun Sean sudah rapi dengan celana bahan dan kaus turtleneck berlengan panjang. Sebenarnya, seperti menyiksa diri memakai turtleneck berlengan panjang di musim panas begini, tapi apa boleh buat, kissmark buatan Heera masih menghiasi lehernya dengan jelas. Jadi, Sean cari aman saja.Sean memasuki mobilnya, kemudian memakai seatbelt seperti biasa. Sebelum menyalakan mesin mobil, sebuah notifikasi masuk mengambil atensinya. Melihat yang masuk adalah pesan dari Heera, jelas Sean tidak bisa mengambaikannya.Heera: Jangan sarapan di luar, mas. Ke rumah aja, ibu suruh sarapan barengYa, hidup Sean nyaris sempurna. Berapa kali harus mendikte ulang nikmat yang Tuhan titipkan kepada Sean secara berlebihan? wajah yang tampan, tubuh yang atletis, dan uang yang tak ada habisnya. Memiliki banyaknya kelebihan membuat Sean menjadi incaran para ibu-ibu yang memil
Baca selengkapnya
96. Partner Zinah
Sean: Saya titip Keenan Anjani: siap om, tenang aja, Keenan aman sama aku! Sean tersenyum tipis, lalu mematikan layar ponselnya. Beberapa menit lalu Lucia memberinya kabar kalau dia dan Adi harus pergi ke Surabaya karena ada urusan penting. Lucia bilang dia menitipkan Keenan ke Anjani karena besok Keenan harus sekolah, jadi tidak bisa membawa Keenan untuk ikut dengannya ke Surabaya. Sean tidak masalah, ia percaya Anjani dapat menjaga anaknya. "Om Sean gak panas pakai baju turtleneck begitu?" Rahel bertanya sambil memandang Sean bingung. Matahari sangat menyengat di luar, membuat suhu dalam ruangan juga ikut terasa pengap dan panas. Sean menatap ke Rahel yang sedang memakan kue bulu yang ia belikan, "Tidak, saya lebih nyaman pakai baju tertutup seperti ini." dusta Sean. Tidak mungkin ia berkata jujur alasan ia memakai baju tertutup hingga leher ini karena ingin menyembunyikan kissmark yang kakaknya Rahe
Baca selengkapnya
97. Permintaan Maaf
Pukul delapan pagi. Heera menarik napas panjang, menatap mobil Sedan hitam yang terparkir di rumahnya. Bukan, itu bukan mobil milik Sean, melainkan milik pemuda yang baru saja keluar dari pintu pengemudi, Arta.Saat kemarin Jessi memberitahunya kalau gadis itu memberikan alamat rumah Ibunya di kampung, Heera sudah menduga kalau Arta pasti akan datang. Heera tidak tahu aa motif pemuda itu datang kemari, entah kemarahannya yang belum tuntas atau Arta datang membawa penyesalan.Heera yang saat ini sedang mengintip lewat jendela kamarnya lantas beranjak pergi keluar dari kamar ketika mendengar suara ketukan pintu. Langkah Heera berhenti tepat lima langkah jaraknya dari Arta berdiri, pemuda itu tampak melebarkan kedua bola matanya kala melihat kehadiran Heera. Bukan hanya Arta yang kaget ketika bersitatap dengan Heera, tetapi Heera pun begitu. Hatinya merasa ngilu melihat wajah tampan Arta yang babak belur, lebam di area rahang dan mata, sudut bibirnya juga nam
Baca selengkapnya
98. Pulang Dadakan
Sean mengernyitkan keningnya saat melihat mobil Sedan hitam terparkir tepat di depan perkarangan rumah orang tua Heera. Sedikit tergesa Sean turun dari mobilnya lalu berjalan cepat memasuki perkarangan rumah Heera. Tidak sabar untuk melihat siapa gerangan pemilik mobil Sedan itu.  Langkah cepat Sean terhenti, pria itu membantu ketika melihat dari jendela Heera yang sedang memeluk seorang cowok di dalam sana. Lidah Sean kelu, kakinya pun tak mampu melangkah lagi. Meski cowok itu membelakanginya, tapi di lihat dari postur tubuhnya, Sean jelas mengenal. Kalau bukan Arta siapa lagi yang sangat mengincar Heera selain dirinya? Sean mendengus, bibirnya melengkungkan senyum miris. Pantas saja Heera tidak mengangkat teleponnya sedari tadi, jadi ini alasannya? Sesak, dan juga pernih. Ternyata, patah hati tidak pandang umur. Tua atau muda, sama saja sesak dan sakitnya. Sean menunduk, sepertinya ia tidak mampu lagi untuk melanjutkan langkanya untuk masuk ke
Baca selengkapnya
99. Kangen Tante Heera
Sean menatapi Anjani yang sibuk mengganti kompres air es lalu mengecek suhu tubuh Keenan. Keenan masih demam, anak itu juga sedang tertidur ketika Sean datang.  "Maaf sudah merepotkan, Jan."  Anjani menatap Sean, lalu terkekeh pelan. "Santai saja sih, Om! kayak sama siapa aja deh, aku kan juga bunda nya Keenan."  Sudah menjadi ciri khas Anjani kalau cewek itu baik hati dengan siapa saja. Kepada Sean pun ia tidak ada canggung - canggung nya meski pernah menjadi istri yang di khianati. Anjani tipe wanita yang mengikhlaskan apa yang sudah terjadi, ia selalu pasrah kepada takdir Tuhan. Karena menurutnya, semua yang terjadi saat ini pasti sudah menjadi kehendak dan tidak bisa ia ubah. Alasan mengapa Anjani iklas membiarkan Sean bersama Yuna, karena Anjani yakin Tuhan sudah menyiapkan kebahagiaan untuknya dan Sean di jalan yang berbeda. Terbukti, kini Sean bahagia bersama Keenan, dan Anjani bersama Langit.  "Kata Mamah, Om Sean habis dar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status