All Chapters of Mas Duda Nyebelin: Chapter 101 - Chapter 110
128 Chapters
100. First War
Heera berdiri di atas balkon kamarnya dengan gelisah, matanya tertuju ke arah rumah Sean sejak ia berdiri di lantai marmer balkonnya itu. Sore tadi ia di antar sampai depan gerbang kosan oleh Arta, dan pemuda itu langsung pergi setelah mengantarnya.  Tadi, selepas turun dari mobil Arta, Heera langsung berlari menuju rumah Sean, tapi ternyata tidak ada siapa-siapa di sana. Setelah teringat kalau Keenan sedang menginap di rumah orang tua Sean, Heera segera memanggil taksi dan pergi menuju rumah calon mertuanya itu. Tapi apa yang terjadi?  Penjaga rumah Lucia dan Adi mengatakan bahwa sepasang suami-istri itu sedang keluar kota.  Heera panik. Ponsel Sean mati sejak tadi, dan Heera tidak tahu dimana Sean dan Keenan berada sekarang.  "Mas Sean!" gumam Heera ketika mendapati mobil Sean yang datang dari kejauhan sana. Segera Heera berlari keluar kamar dan menghampiri Sean yang baru saja datang.  "Hati-hati, Ken." "Iya,
Read more
101. Hardin?
Sudah 3 hari Heera menghindari Sean. Ia juga tidak bermain dengan Keenan karena ia bukan lagi babysitter dari anak itu. Tetapi setiap pagi Heera selalu mengintip dari tepi jendela kamarnya, mengantar kepergian Sean dan Keenan melalui sepasang mata yang bersembunyi di balik tirai gorden.Heera membuang napas, merasa sumpek seharian di kamarnya. Tidak ada kegiatan lain selain rebahan, menonton drama dan menyanyi lagu random yang tiba-tiba melintas di kepala.Tubuh Heera menegak, ia merenggang pinggangnya sesaat kemudian beranjak bangkit dari tempat tidur. Berjalan keluar dari kamar, sepi. Televisi bahkan mati, para penyewa kamar kost sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.Karena tidak ada yang bisa Heera ajak bicara, akhirnya cewek itu beranjak keluar dari kosan sambil memasang earphone di kedua telinga. Kebetulan sepeda milik Jessi sedang nganggur di luar. Heera memutuskan untuk berkeliling komplek menggunakan sepe
Read more
102. Kepergok
"Kamu yakin bisa jagain Keenan?" Sean menatap Hardin dengan pandangan meragukan. Adik sepupunya yang sedang menikmati hari liburnya di Indonesia itu mendadak menawarkan diri untuk menjaga anaknya karena sampai saat ini Sean belum mendapatkan babysitter pengganti setelah Heera resign. "Yakin, bang. Kalau ngerawat Keenan doang aku bisa." jawab Hardin dengan semangatnya. Berusaha membuat Sean yakin. Sean menghembuskan napas pendek, "Kalau kamu mau menginap di sini, kamu bisa pakai kamar tamu." ujar Sean menimbulkan senyuman lebar dibibir Hardin. "Memang boleh, bang?" Sean mengangguk, "Saya juga tidak tega melihat kamu bulak-balik Jakarta - Bogor." katanya. "Kamu libur sampai kapan?" imbuh Sean, pasalnya saat ini Hardin hanya sedang libur semester saja, setelah liburannya selesai cowok itu akan kembali terbang ke Singapore. "Aku libur tiga bulan, tapi bulan depan rencananya aku balik ke S
Read more
103. Kecewa
Heera tidak mengira bahwa sebuah kesalahan pahaman kecil akan menjadi besar seperti ini. Hanya karena mulut besar Jessi nama baiknya berada di ujung tanduk. Saat ini Sean dan Heera duduk di sofa ruang tengah, berada di tengah-tengah penyewa kosan dan bu Riska serta suaminya yang sedang melakukan wawancara. Dan sialnya, orang tua Sean sedang menuju kemari karena di panggil langsung oleh Bu Riska untuk meluruskan masalah. Padahal mulut Heera hampir berbusa karena menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Heera juga sudah membujuk Bu Riska untuk membicarakan hal ini tanpa melibatkan kedua orang tua Sean, tapi sayangnya, bu Riska tidak sependapat. "Astaga, Bu, aku sama mas Sean cuma lagi bercanda aja tadi." Entah sudah yang keberapa kali kalimat itu keluar dari bibir mungil Heera. Jessi yang berdiri di belakang bu Riska langsung memasang wajah protes, "Tapi tadi gue denger ya lo bilang... Ahh, mas Sean.. Geli..." tiga kalimat di akhir Jessi ucapkan sambil meniru suar
Read more
104. 'Yes, I Do.'
"Nyalain lilinnya!" Jessi menepuk pundak Anin yang baru saja berteriak menyuruhnya untuk menyalakan lilin. "Pelan-pelan ngomongnya, nanti Heera dengar!" bisik Jessi galak. Gadis itu mendekat ke Lucia kemudian menyalakan lilin yang menancap di atas kue tar berwarna coklat dengan tulisan 'Happy birthday Heera!' diatasnya.  "Nek, boleh aku yang pegang kuenya." Keenan yang baru saja datang lima menit lalu sangat antusias ingin ikut merayakan ulang tahun Heera.  Ya, semua hanya rekayasa. Sebenarnya, Jessi, Sean dan semua yang ada di kosan sedang mengerjai Heera yang hari ini sedang bertambah umur.  "Boleh dong, sayang. Tapi, hati-hati." Dengan hati-hati Lucia mengoper kue di tangannya ke tangan mungil Keenan. Dengan langkah pelan mereka mulai mendekati kamar Heera.  Jessi memegang knop pintu kamar Heera, menghitung sampai tiga tanpa suara kemudian membukanya. Dan dengan kompak mereka menyanyikan lagu ulang tahun.  "
Read more
105. Assisten Pribadi?
"Secepatnya mas akan membawa keluarga mas bertemu ibu dan adik kamu."Keseriusan Sean pada hubungannya dengan Heera tidak perlu di ragukan lagi. Dua jam setelah mengikat Heera menjadi calon pengantinnya, pria itu langsung bersedia membawa keluarganya untuk menemui keluarga Heera.Tapi, kesiapan Heera belum sepenuhnya matang. Masih ada yang cewek itu ragukan. Sebagai anak pertama dan tulang punggung keluarga, tentu saja Heera sedikit keberatan jika harus menjadi seorang istri dalam waktu dekat ini.Heera takut, setelah ia menikah nanti, ia tidak bisa lagi memberikan nafkah kepada ibu dan adiknya. Heera takut Sean akan melarangnya untuk bekerja dan hanya boleh mengabdi sebagai seorang ibu rumah tangga saja.Masih banyak keinginan Heera yang belum tercapai. Jujur saja, Heera bahkan belum berhasil mensejahterakan keluarganya dengan hasil keringatnya sendiri."Apa gak terlalu kecepatan, mas? Ak
Read more
106. Sayangnya, Tidak Ada Yang Bisa Menyaingi
Sean: Sayang, kalau kamu lagi senggang bisa tidak buatkan aku bekal makan siang?Alasan mengapa saat ini Heera sibuk berkutat di dapur milik Sean adalah karena  pesan pria itu yang masuk ke ponselnya tiga puluh menit lalu. Sudah pasti Heera tidak bisa mengabaikan permintaan Sean. Hei, dia seorang pengangguran sekarang, waktunya selalu senggang tanpa kegiatan.Ya, dari pada hanya rebahan di kosan. Lebih baik Heera membuatkan Sean makan siang, setidaknya ia melakukan hal yang lebih berguna. Dan sudah pasti akan menyenangkan Sean karena kalau Sean senang, Heera juga ikut senang."Masak, Ra?"Heera tertegun lalu menoleh. Gadis itu praktis tersenyum kecil ketika mendapati Hardin yang berjalan menghampirinya.Ini sudah hari ketiga Hardin menginap di rumah Sean. Bertemu Heera setiap hari membuat mereka dekat tanpa memakan waktu yang lama. Apa lagi jarak umur mereka terpaut tidak begitu jauh.
Read more
107. Ke Kamar Saja
"Mas, aah..." Heera mendesah merdu, merasakan sesuatu yang ingin membuncah dalam dirinya ketika jemari Sean bermain di dalam gaun selutut yang Heera kenakan malam ini.Sean melempar senyum puas, melihat wajah kemerahan Heera yang menikmati setiap sentuhan jemari besarnya di area sensitif gadis itu.Dengan posisi setengah duduk dan setengah berbaring, Heera melebarkan pahanya. Sementara satu tangan Sehun menahan paha Heera untuk tetap terbuka agar tangan satunya lebih leluasa memberi kenikmatan pada gadisnya.Erangan Heera kembali lolos, lebih panjang dari sebelumnya. Bibir Heera yang setengah terbuka tak kuasa mengundang bibir Sean untuk menyambarnya, memanggutnya singkat sebelum merambat ke leher jenjang Heera yang sedikit berkeringat, menambah kesan seksi gadis itu.Napas Heera tersenggal, namun Sean masih berusaha untuk membuat gadis manis itu mencapai puncaknya.
Read more
108. Pillow Talk
Ternyata beneran nonton film, kok. Iya, tapi yang nonton cuma Heera doang karena Sean lagi sibuk sama laptopnya di sofa sana. "Ck!" Sean berdecak, merasa jengkel kepada bawahannya yang tiba-tiba mengirim laporan dan harus segera ia cek. Padahal di ranjang sana ada Heera yang rebahan manja sambil fokus ke layar TV LED berukuran 65inch di depannya. "Semangat ya, mas!" kata Heera mengandung ejekan. Tubuhnya ia miringkan ke kanan, menunjukan lekuk pinggulnya yang menggoda iman Sean. Sebenarnya Sean beneran memancing gadis itu untuk berbuat yang iya-iya. Tadi pas Heera masuk ke dalam kamar, tiba-tiba saja Sean menyambar bibirnya hingga badan Heera dihimpit di antara dinding dan badan besar Sean. Untung ponsel Sean segera berbunyi, pria itu mendapatkan panggilan dari bawahannya dan berakhir sibuk di depan laptop. Dengan berat hati harus memusnahkan nafsusaurus nya yang menggebu. Sean menyeringai, menatap Hee
Read more
109. Sebelum Berubah Pikiran
Gara-gara ketiduran di rumah Sean semalam, habis Heera di ejek Jessi. Bukan cuma Jessi, tapi teman dari kamar lain juga, tapi sudah pasti mereka tahu dari Jessi, sih lambe kosan. "Siap-siap deh lo dikit lagi di nikahin, gak aman pasti kalau mainnya sampe nginep-nginep segala." Jessi masih belum berhenti menyuarakan ejekannya. Gadis itu berdiri di depan pintu kamar Heera, mengemili chiki sambil memandang Heera yang duduk frustasi di bawah lantai. "Udah gak usah takut, Ra, masa depan lo terjamin sejahtera kalau nikahnya sama pak Sean." Anin menimpali, ikut menontoni Heera dari depan pintu. Heera mendengus kesal, memincing tajam ke arah dua gadis menyebalkan itu. "Gue panik bukan masalah nginep. Gue seriusan tidur sendirian di kamar mas Sean. Yang bikin gue panik soalnya darah haid gue tembus di seprei! Gue malu, anjir!" Heera menjambak rambutnya sendiri, melampiaskan kekesalannya. Tadi
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status