All Chapters of Shewolf: Chapter 31 - Chapter 40
115 Chapters
bonus
“Deltha Lunar, sekarang jadwal jagamu di perbatasan tenggara, ya!” Lunar mengangguk pelan mendengar perintah dari gamma yang bertugas memberitahukan jadwal jaga. Padahal, dalam hatinya Lunar telah bersorak gembira. Tidak mungkin, kan, ia balas dengan antusias? Bisa-bisa, gamma tadi menyelidiki tentang perubahan hatinya. Perbatasan tenggara, tempat di mana ia dan Davian bertemu untuk pertama kali. Di tempat itu pula, ia mengikat janji kepada Davian bahwa ia bisa menemuinya jika sedang dalam penjagaan perbatasan. “-dan kau akan bertugas sediri. Alexa sedang bertugas di tempat lain,” imbuh gamma itu. Lunar semakin merasa bahagia. Itu artinya, ia bisa leluasa melakukan apa pun dengan mate-nya. Tentu, melakukan apa pun dalam hal ini adalah hanya berbincang banyak hal. Bukan yang lain. Apa lagi mating. Hey! Ia masih cukup waras untuk tidak melakukannya. Ia percaya akan ada saatnya nanti ia mengenalkan Davian ke pemimpin pack. Tidak untuk saat ini. I
Read more
s2 kesatu
“Lunar, aku mencintaimu. Hiduplah dengan baik, Mate.”Lunar tak bisa menahan tangis saat ia melihat tubuh Davian yang perlahan meringkuk dengan sebuah pedang yang menembus jantung hingga ke punggung. Tubuh tegap yang dulu pernah merengkuhnya dalam dekapan itu kini bermandikan darah. Lunar tak sanggup melihatnya. Ia ingin memalingkan muka atau menutup mata akan keadaan Davian, tetapi yang ada ia tak mampu melakukannya. Ada hal tak kasat mata yang seolah membuatnya tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya.“Argh!”Lunar berusaha berteriak dengan lantang. Anehnya, tak ada suara yang keluar sama sekali dan hal itu membuatnya teramat frustasi. Ia juga menangis, hanya saja air mata itu sama sekali tak bisa Lunar rasakan alirannya. Ia bisa merasakan jika ia menangis karena matanya terasa buram dan kembali jernih ketika ia berkedip.“Moon Goddess, mengapa menjadi seperti ini?” bisiknya. Ia menatap lekat-lekat pedang yang selalu
Read more
kedua
Kaki jenjang berbalut rok lipit lima senti di atas lutut itu bergerak dengan ritme yang sama. Tak terlalu lambat, juga tak terlalu cepat. Seolah hawa dingin yang mulai merebak sama sekali tak menganggu kulit putih itu. Akan tetapi, disadari atau tidak, hawa dingin tak akan berpengaruh padanya selama ia dalam keadaan tubuh yang sehat. Dia manusia serigala, dan udara dingin sama sekali tak akan berpengaruh padanya.“Tidak adakah hal istimewa yang terjadi padaku hari ini?” bisiknya.Lunar mendecak sebal karena lama-lama ia bosan pada kehidupannya yang monoton. Bangun tidur disambut sinar matahari sebentar, bersiap, sarapan, lalu berangkat menuju sekolah. Tak ada yang berbeda, hanya untuk setiap akhir pekan saja ia bangun lebih siang karena malam harinya ia bekerja.Sudah beberapa bulan terakhir Lunar tidak bekerja sebagai pramusaji di café yang dulu guide bernama Alice kenalkan padanya. Hal itu dikarenakan ia telah memiliki pekerjaan yang menghas
Read more
ketiga
“Jadi, Gadis Kecil, kau siap?” lanjutnya.“Aku siap!” ujar Lunar mantap.Pria yang berprofesi sebagai wasit itu tersenyum mencemooh. Siap? Maksudnya siap dengan apa? Bertarung hanya menggunakan hoodie dan rok pendek seperti itu?Lunar yang menyadari jika ia salah kostum, tersenyum mengejek. Bukan pada pria di hadapannya, melainkan mengejek dirinya sendiri yang bisa-bisanya menantang seseorang bertarung dengan menggunakan rok seperti ini.Namun, seolah mengingat sesuatu, ia mendongak dan menatap tajam ke dalam manik pria yang masih memegang mikrofon itu. “Aku memakai celana pendek. Kalian tidak perlu khawatir celana dalamku akan terlihat. Jadi, bisa dimulai?” tanyanya.Baiklah! Tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan untuk sekarang. “Malam ini, kita bisa melihat pertunjukan yang lain dari malam-malam sebelumnya. Di sini, kita akan sedikit cuci mata karena kehadiran gadis kecil yang akan mewarnai malam kita ka
Read more
keempat
Lunar akui, ketahan tubuh pria kekar di hadapannya tergolong baik untuk ukuran manusia. Beberapa menit sudah terlewati, dan pria itu masih menunjukkan kekuatan yang sama. Sial! Jika seperti ini, Lunar mulai khawatir. Khawatir karena bisa saja ia menggunakan kekuatan yang lebih banyak untuk menghadapi pria kekar itu. Sebagai mantan warrior, Lunar memiliki banyak pengalaman dalam bertarung. Meski tidak sebanyak warrior lain, tetapi untuk hal ini seperti ini adalah bukan hal baru lagi untuknya. Ingat statusnya! Sebagai status langka, ia terbiasa bertarung dengan kondisi tubuh manusianya. Jangan heran, di tubuh kecil yang mereka pandang, terdapat jiwa mengerikan yang bisa membunuh mereka begitu saja. Penonton yang mulai bosan berteriak agar mereka segera mengakhirinya. Kebanyakan, dari pendukung pria kekar itu. Sedang dari pihak pendukung Lunar, kebanyakan dari mereka terdiam, seolah menunggu sesuatu yang menarik. Seolah mereka sudah tahu hasilnya seperti apa.
Read more
kelima
Ya sudah, mau bagaimana lagi. Lunar harus berpuas diri hanya dengan hadiah sepertiganya itu.Akan tetapi, meskipun hanya sepertiga, nominalnya bisa membuat Lunar tersenyum. Ia bisa menghitung dengan cepat jika uang itu bisa ia gunakan untuk menutupi kurangnya biaya hidup dalam dua bulan ke depan. Juga, ia bisa menabung lebih banyak.Sejak itu, Lunar telah memantapkan hatinya untuk bekerja di sini. Tak masalah jika ia keluar dari café tempatnya bekerja. Jika ia bisa mendapatkan penghasilan lebih banyak, akan ia ambil. Lagi pula, dengan ia bekerja di sini, ia akan memiliki waktu lebih banyak untuk belajar.“Ano, Paman, bolehkah aku bertanya?”Beberapa orang di ruangan itu menoleh. Meski sudah tak sebanyak tadi, setidaknya ruangan tidak hanya berisi Lunar dan pemiliki tempat. Sang wasit dan beberapa orang yang bertaruh sudah meninggalkan tempat. Hanya tersisa pemilik gedung, Lunar, dan tiga orang yang bertaruh dan menunggu oembagian hasil
Read more
keenam
Jadi, apakah Lunar hanya bisa bertarung satu malam ini saja tanpa malam-malam berikutnya?“Aku memberikan penawaran padamu, yakni, hanya mengikuti pertandingan dua kali dalam satu bulan,” tambah pria itu.Lunar menimbang, dua kali dalam satu bulan sepertinya bukan hal yang buruk. Ia bisa menganggap jika pekerjaan di sini hanya sebagai sampingan. Pekerjaan di café akan ia lanjutkan saja. Ia bisa menggunakan uang hasil bertanding sebagai tambahan untuk menambal kekurangan biaya hidup. Juga, jangan lupakan gaji dari café.“Baiklah, aku terima.”Kedua pria itu saling berpandangan dan mengangguk kecil karena jawaban Lunar. Ia tahu, bukan hal yang sulit untuk membuat Lunar menyetujui tawaran mereka. Ia mengerti jika gadis di hadapan mereka ini sama sekali bukan gadis sembarangan. Jadi, satu-satunya hal yang terpikirkan oleh mereka berdua adalah membuat Lunar muncul seminim mungkin dalam waktu satu bulan.Tanpa Lunar
Read more
ketujuh
“Ya, aku baru enam belas tahun. Aku meninggalkan rumah beberapa bulan yang lalu.” Alex berdecak kesal. Jujur saja, ia ingin tahu bagaimana rupa bibi dan paman yang membiarkan gadis itu berkeliaran di usia enam belas tahun. Seharusnya, mereka bisa menahan lebih lama lagi hingga gadis itu berusia dua puluh tahun. “Lalu, bagaimana kehidupanmu saat ini? Kau bilang, kau bekerja?” “Aku bekerja sebagai pramuniaga di salah satu café dekat flat. Temanku yang merekomendasikan aku untuk bekerja di sana. Paman tahu, gaji di sana sebenarnya lumayan. Hanya saja aku merasa masih kurang untuk membayar sewa flat, sekolah, membeli keperluan dan untuk makan. Sesekali aku meminjam terlebih dahulu pada atasan untuk menutup biaya lainnya. Lalu, membayarnya saat gajian tiba.” “Jadi karena itu kau nekat mencari tambahan uang dan berakhir di tempat itu?” Lunar mengangguk dan berkata, “Ya. Sebenarnya aku sudah mencari hingga sebulan lebih. Hanya saja, kebanyakan pekerj
Read more
kedelapan
Setelah titik balik itu, hidup Lunar mulai berubah. Kini ia bisa memakai sepatu yang lebih nyaman dipakai karena harganya sedikit lebih mahal dari yang ia gunakan sebelumnya. Juga, sebuah senyuman yang terbit kala ia melihat nominal saldo di rekening bank-nya. Lunar tak menyesal jika ia telah menandatangani kontrak yang berisi bahwa ia terikat nama Nath di arena itu. Selain itu, ia akan mendapat denda jika memakai nama itu di arena lain. Untuk tambahan, Lunar di wajibkan memvariasikan gerakannya untuk menumbangkan lawan di setiap ia tampil agar penonton tidak bosan. Bagi Lunar tak masalah. Ia bisa memakai banyak teknik menumbangkan yang ia peroleh dari pelatihannya dulu. Ternyata, mengambil kontrak di arena itu sebanyak dua kali dalam sebulan tak buruk juga. Ia bisa merasa lebih tenang karena memiliki tabungan karena bayarannya sekali tampil terpatok tinggi. Hal itu tentu dibarengi oleh kinerjanya yang selalu bisa mengalahkan banyak lawan yang kuat dan telah
Read more
kesembilan
“Aku sudah memaafkanmu,” ujar Lunar.Lucas tersenyum sumringah. Langkahnya terasa lebih ringan setelah mendengar Lunar telah memaafkannya.“Tapi bukan berarti aku mau masuk lagi ke klub itu,” lanjutnya. Lucas yang sebelumnya telah tersenyum sumringah langsung menunduk dan membuat langkahnya lebih lambar dari Lunar. Lucas tidak tahu jika luka yang ia buat bisa menjadi sebegini dalamnya. Sudah banyak hal yang ia lakukan demi mendapat maaf dari Lunar. Namun, sayangnya semua itu hanya sia-sia belaka. Lunar tak seperti kebanyakan teman wanitanya yang mudah luluh dengan berbagai hadiah.Jujur saja, semakin mendekati dan mengetahui kepribadian Lunar, Lucas semakin yakin jika ia telah jatuh cinta padanya. Hal yang sejak dulu tak pernah Lucas bayangkan. Ia memang dikelilingi banyak wanita sebagai penggemarnya. Tak jarang, beberapa dari mereka juga dengan berani mengatakan menyukainya.Akan tetapi, sejak Lunar menyelamatkannya malam itu dari
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status