Lahat ng Kabanata ng Om Duda!: Kabanata 21 - Kabanata 30
55 Kabanata
Chapter 21: Kepergok
Devan menundukkan wajahnya, memperhatikan kedua tangan Disya yang sedang memasangkan dasi untuknya.Suara seorang perempuan dari layar iPad terdengar, Disya mengikuti setiap instruksi yang di buat oleh si perempuan. Video tutorial itu sudah di putar berulang-ulang kali, namun Disya tetap belum selesai juga. Videonya hanya berdurasi kurang lebih tiga menit, tapi Disya sudah melakukannya lebih dari lima belas menit."Biar saya saja!" kata Devan menepis tangan Disya."Disya bisa kok," kata Disya, tangannya terus mengotak-atik dasi hitam milik Devan."Meating saya nanti telat!"Disya memanyunkan bibirnya, dia akhirnya menyerah. Devan menatap pantulan dirinya di cermin, lalu mulai menyimpul dasinya sendiri.Tadi, Disya punya inisiatif untuk memakaikan dasi di leher Devan. Supaya kaya di adegan film-film romantis yang pernah di tonton, katanya. Namun, karena tidak bisa, Disya mencari tutorial di internet. Dan tetap saja itu tidak berhasil.
Magbasa pa
Chapter 22: Bukan Istri Devan, katanya.
Apa kalian pikir seseorang seperti Devan tidak punya rasa malu? Kalau berpikir seperti itu, kalian salah besar! Hanya karena muka lempengnya saja, jadi raut malunya tidak terlalu kentara sekali.Devan sangat malu tadi, adik dan sepupunya memergokinya saat sedang bersama Disya.Wajah malu Disya juga pipinya  yang bersemu merah, selalu berhasil membuat Devan gemas. Devan lelaki normal, dia tidak akan tahan jika tidak menyentuh Disya, apalagi Disya sudah berstatus sebagai istrinya. Devan boleh melakukan apapun kepadanya, bukan?Kejadian tadi bukan yang pertama kalinya, Devan pernah melakukan itu sebelum-sebelumnya."Pak Devan ... udah!" kata-kata Disya selalu memaksa kegiatan Devan untuk tidak melanjutkannya terlalu jauh.Walaupun tidak berbicara, dan berterus terang. Tapi, Devan mengerti jika istrinya itu memang tidak mau melakukan itu—ah lebih tepatnya belum mau melakukan hal yang lebih 'intim'Devan harus lebih banyak bersabar sep
Magbasa pa
23: Long Night
Disya membuka aplikasi microsoft word di laptopnya. Tidak ada yang sedang ia kerjakan, hanya mengetik random.Sesekali matanya melirik suaminya yang sedang duduk di kursi kerja dengan jemari-jemarinya yang bergerak di atas keyboard, ada banyak sekali kertas-kertas dan buku-buku yang bertebaran di atas meja. Pandangannya juga tetap fokus menatap layar monitor di depannya.Kali ini Disya membuka aplikasi YouTube, mengklik salah satu video yang berada di urutan paling atas yang ada di berandanya. Ia sengaja menambah volumenya."Kamu tidak tuli, 'kan?" sindir Devan.Disya semakin memanyunkan bibirnya, ia mendelik menatap suaminya, lalu menekan tombol pause, sehingga tayangan video terhenti. Sudah berbagai kode ia lakukan untuk mencari perhatian, namun hal itu tidak di gubris oleh Devan."Pak Devan ...." rengek Disya."Hm." Devan hanya berdehem, matanya masih terus fokus menatap laptopnya."Disya bosen banget!""Tidur saja kalau beg
Magbasa pa
Chapter 24: Your My Wife
Hari ini tiba, entah ini kebetulan atau bagaimana. Devan akan bertemu dengan keluarga besar Disya, setelah kemarin lusa Disya bertemu dengan keluarga besar Devan di acara pertunangan Syiren dan Diky.Sekali lagi, helaan napas berat Disya hembuskan. Devan melepaskan safety belt, lalu melirik Disya yang ada di sampingnya. "Ayo!"Devan keluar dari mobil, begitu juga dengan Disya yang tidak lama menyusul.Devan menyerahkan kunci mobil kepada seorang lelaki untuk memarkirkan mobilnya. Tempat ini sudah sangat ramai banyak orang.Devan menarik pundak Disya agar gadis itu sejajar dengannya. Disya mendongakkan wajahnya menatap Devan dengan tatapan muram.Lelaki itu tersenyum, mendekatkan keningnya dengan kening Disya. "Wajah muram itu tidak cocok denganmu," kata Devan pelan.Disya membalas senyuman suaminya. Lalu keduanya berjalan masuk. Disya bisa merasakan jika banyak sekali pasang mata yang menatap ke arahnya juga Devan. Orang-orangnya tentu lebih
Magbasa pa
Chapter 25: Melamar?
"Ini hasil ulangan kalian Minggu lalu," kata Devan. Menatap Alif, seolah mengerti Alif berdiri dari duduknya dan menghampiri Devan untuk mengambil tumpukan kertas itu yang akan dibagikan kepada teman-temannya."Mana punyaku," kata Disya semangat, menyodorkan tangannya untuk menerima kertas hasil ulangannya. Mata Disya berbinar menatap nilai yang ada di kertas itu.Sembilan puluh dua, menakjubkan!Senyumnya langsung mengembang, gadis itu menggerak-gerakkan kakinya bahagia."Waw! Kenapa engga dari dulu Sya, kamu kaya gini," kata Fani yang ikut mengintip hasil nilai ulangan milik Disya.Disya menatap Fani lalu terkekeh. Setelahnya ia menggeser pandangannya menatap Devan yang juga sedang menatapnya, jangan lupakan senyum bahagia yang terus merekah dari bibirnya."Bahagia banget," sindir Alya.Disya memutuskan kontak matanya dengan Devan, lalu melirik Alya. "Iya dong!"Pembelajaran sudah berakhir, ada beberapa mahasiswa yang sudah k
Magbasa pa
Chapter 26: Pasar Malam
'Aku mencintai kamu'Kata itu, dan semacamnya tidak pernah keluar dari mulut Devan. Walaupun begitu, sifat Devan lambat laun sudah berubah—maksudnya lelaki itu tidak sedingin dulu. Kadang dia juga selalu tersenyum kecil, terkekeh, dan juga tertawa jika Disya melakukan sesuatu hal yang lucu atau bertingkah menggemaskan.Tapi ... saat menjadi dosen, tetap saja dia galak!"Saya harus profesional," kata Devan saat itu.Jangan kira punya suami dosen macam Pak Devan itu, selalu dapat nilai A. Makalah, jurnal, dan sejenisnya tidak di revisi."Kamu mahasiswi saya di kampus, kenapa harus di beda-bedakan?" tanya Devan, kepada Disya yang sedang merajuk karena di suruh merevisi jurnalnya saat itu.Walaupun begitu, Devan memberikan bocoran materi apa yang akan diajarkannya di kelas, kepada Disya saat malam harinya. Setidaknya Disya bisa mempelajari itu terlebih dahulu daripada teman-temannya, dan selain itu Devan memiliki banyak sekali buku-buku ya
Magbasa pa
Chapter 27: Not Special Night
Devan mengecup kening Kai lembut, lalu menyelimuti dan mematikan lampu kamar. Setelahnya berjalan keluar dari kamar anak lelakinya dan masuk ke kamarnya.Devan melihat Disya sedang menata boneka-boneka yang di dapatnya malam ini, di atas kasur."Saya pergi, Disya."Disya turun dari kasur, lalu berjalan menghampiri Devan yang masih berdiri di dekat pintu. "Mau ke mana?" tanya Disya, gadis itu melirik sebentar jam digital yang ada di atas nakas, lalu kembali menatap Devan. "Ini sudah malam," lanjutnya.Devan mengalihkan pandangannya, tidak ingin menatap manik mata Disya, yang selalu menatapnya lembut. "Saya ada urusan," kata Devan singkat."Urusan kerja? Ya udah engga papa, nanti Disya tidur di kamar Kai, soalnya kalau Disya tidur di kamar ini sendirian, Disya takut ...," ucap Disya sedikit terkekeh."Pulangnya kapan?""Nanti saya kabari.""Oke."Devan mengangguk samar, lalu   berbalik dan melangkah untuk ke luar
Magbasa pa
Chapter 28: Menjadi yang ke-2
Devan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Jalanan memang tidak sepi, masih banyak kendaraan hilir mudik walaupun suasana sudah sangat larut malam. Tidak heran, di kota besar memang seperti itu, kendaraan hilir mudik tanpa kenal waktu.Semua kontak Fatya sudah di blokir oleh Devan, itu alasan Fatya menghubungi nomor Disya. Devan tidak tahu perempuan itu bisa mendapatkan nomor Disya dari mana. Untung saja Devan yang membaca pesan itu, juga yang menjawab telepon dari Fatya. Jika Disya, pasti semuanya akan kacau!"Kau gila, Fatya!" teriak Devan saat dirinya baru saja memasuki apartemen.Fatya berdiri dari duduknya, menampilkan senyum lebar lalu menghampiri Devan."Apa aku harus menelpon dan memberi pesan kepada istrimu, supaya kamu datang ke sini?"Devan sudah berkacak pinggang, lalu mengalihkan pandangannya menatap sekeliling unit apartemen dengan wajah marah."Apa mau kamu, hah?!"Fatya kembali berjalan menghampiri
Magbasa pa
Chapter 29: Mencintai Bukan Sebuah Kesalahan
"Pak Devan?"Suara Sasya berhasil membuat Devan membuyarkan lamunannya."Iya?"Sasya mengangkat satu alisnya. Bosnya terlihat berbeda hari ini, sudah beberapa kali Sasya memanggil nama bosnya karena saat Sasya sedang memberi tahu schedule, Devan terlihat melamun dan tidak memperhatikan."Ada apa? Bapak terlihat tidak fokus?"Devan menggeleng. "Buatkan saya teh," titah Devan.Sasya mengangguk, perempuan itu berjalan keluar dari ruangan bosnya.Devan memijit pelipisnya, punggungnya dia senderkan di senderan kursi sambil memejamkan matanya. Kata-kata Fatya terus terngiang di kepalanya, walaupun Devan sudah menolaknya tapi ada perasaan aneh yang muncul di hatinya.Sudah tiga hari semenjak kejadian malam itu. Devan belum menemui Disya maupun Kai—lelaki itu belum ke rumah sampai sekarang.'Saya tidak akan ke rumah beberapa hari ini.' Pesan seperti itu yang Devan kirim kepada Disya. Tanpa menaruh curiga apapun, Disya tida
Magbasa pa
Chapter 30: Menyerah?
"Naisya, kenapa bisa seperti ini?" tanya Doni mengelus pipi perempuan yang sedang berbaring di atas brankar.Perempuan yang di panggil Naisya itu hanya diam, menatap ke arah lain dengan mata yang sudah berkaca-kaca, perempuan itu seperti enggan menatap Doni."Papah minta maaf, sayang ...."Tidak ada suara yang di keluarkan perempuan itu.Doni menarik bibirnya tersenyum. "Baiklah, yang terpenting sekarang kamu baik-baik saja, itu membuat Papah lega. Kamu sudah makan?sudah minum obat?" Doni memberikan banyak pertanyaan kepada putrinya.Namun hanya anggukkan kepala yang menjadi jawaban dari perempuan itu."Papah bawain permen jelly kesukaan kamu," ujar Doni semangat, tangannya merogoh paper bag yang berisi banyak permen jelly."Tapi, apa kamu boleh makan ini? Nanti Papah tanyain dulu sama Abang Sam ya ... eum kalo sedikit sepertinya boleh," kata Doni tersenyum, lalu tangannya membuka bungkus kemasan permen jelly itu."Ayo di makan
Magbasa pa
PREV
123456
DMCA.com Protection Status