Lahat ng Kabanata ng Involved Love: Kabanata 21 - Kabanata 30
55 Kabanata
Cemburu
Sinar bulan telah menyingkir, bergilir tipis-tipis menjadi cahaya hangat mentari pagi. Embun pagi masih menempel pada jendela maupun dedaunan. Dua sudut bibir Cherry bergeser sempurna menyapa langit cerah. Merentangkan tangan ia menarik napas dalam menikmati udara segar menyapa masuk melalui lubang hidung, melewati kerongkongan sampai ke paru-paru. Hah, sangat nikmat dan lega.  Paru-parunya kembali bersih terasa ringan. Manik Cherry berbinar mengikuti arah tamu imut tak diundang pagi ini. Kupu-kupu mungil cantik berwarna jingga mampir, hinggap di tepi meja samping tas kerja Cherry. Gadis manis itu melangkah mendekati meja  samping ranjang meraih ponsel. Buka aplikasi kamera dan klik .... "So pretty." Senyum Cherry kian merekah sempurna. Membuka aplikasi Stargram upload foto cantik tersebut dengan caption 'nice morning, keep smile!'
Magbasa pa
Tidak tahan
Ares mengurut kening. Rapat pertemuan dengan para investor kali ini cukup menguras pikiran. Perbandingan rasio yang akan perusahaan raih pun tidak sesuai. Pintu ruang kerja terbuka, Cherry datang membawa kopi pesanan. "Silahkan," ucap gadis itu sopan setelah menaruh kopi. Tangan Ares terulur mencengkeram gagang cangkir, menyeruput cairan pekat sedikit demi sedikit. "Cherry," panggil Ares. Gadis menoleh, sempat merasa aneh saat namanya dipanggil oleh bos besar. Ini kali pertama Ares menyebut namanya. Selama ini Ares tidak pernah memanggil nama. "Ya, kau perlu sesuatu?" tanya Cherry lemah lembut. Kepala Ares terangguk sekali. "Ambil dokumen serta catatan hasil rapat tadi di ruangan Luke?" Cherry mengerjab mata, kalimat yang baru saja ia dengar begitu adem di telinga. Bukan sebuah perintah mutlak menyebalkan seperti biasa.  "Kamu baik-baik saja?" Tentu Cherry harus bertanya. Apalagi melihat raut kusut bos Ares
Magbasa pa
Ciuman pertama
Gaun indah nan mahal rancangan desainer ternama melekat pada tubuh Early. Cantik dan penuh pesona kesan yang diterima kala semua mata pria tertuju padanya, memuja si Gadis dari keluarga Thomas penuh kagum. Early memasang senyum manis layaknya bidadari. Kondisi sama selalu ia dapatkan saat sedang menghadiri sebuah pesta atau di mana saja ia berada. Sang Ibu tercinta, Merlin Thomas memberi senyum pada setiap insan menyapa. Ho... ho... tentu saja Merlin berbangga hati saat putri tercinta menjadi pusat perhatian. Ia tahu betul, banyak para pria seringkali membicarakan Early dibalik punggungnya. Early yang cantik. Early yang mempesona. Early yang sempurna. Semua kalimat berbentuk sanjungan kerap kali masuk menggelitik rungu. Lagi pula siapa yang tidak menginginkan putri cantiknya untuk menjadi pendamping hidup. Merlin bahkan beranggapan jika putri kesayangannya terlalu sempurna untuk dimiliki oleh para pewaris perusahaan
Magbasa pa
Berpisah
"Bagaimana tidurmu?" Ares merutuki diri saat pertanyaan aneh itu kerap muncul membayang dalam kepala dan meluncur tanpa hambatan tepat depan Cherry. Pagi ini Ares sengaja menunggu gadis manis itu depan gedung apartemen. Berangkat kerja bersama dan gugup sendiri. "Hm, yah... aku pulas." Dua insan dalam mobil itu terlihat sangat lucu. Cherry sama gugupnya. Jantung gadis itu terus meronta berdegub kencang nyaris melompat keluar. Mengerjab mata beberapa kali ia sengaja membuang manik mata ke jendela samping. Delusi hangat ciuman semalam terus mengikat dalam benak. Cherry maupun Ares sama-sama menahan degub irama lain dalam dada serta aliran darah. Ares membersihkan tenggorokan, mengerling sekilas dari ekor mata. "Kau sudah sarapan?"  papa gemes mencoba membuka lagi pertanyaan dari kegiatan pagi. Cherry menoleh padanya memberi senyum singkat dan men
Magbasa pa
Berkhianatkah?
Bahu Cherry merosot drastis sesaat dirinya tenggelam dalam lamunan panjang. Menarik napas lantas menahannya serta-merta menghitung mundur dari sepuluh sampai ke angka satu. Melepas karbondioksida saat ini paru-paru gadis manis terasa sangat sesak. Cherry menyatukan tangan depan dada, mulai menutup mata, ia berdoa. "Tuhan, beri aku kesempatan terbaik dalam hidupku, Amen," Kelopaknya terbuka, berharap suatu hari doa sederhana miliknya dapat terwujud. Cherry telah berulang kali memikirkan matang-matang hal ini. Berawal dari perkara Early yang tiba-tiba datang ke tempat kerja mencemooh dirinya depan banyak karyawan, lalu pada sebuah lowongan pekerjaan dari Leon, membuat Cherry harus mengambil keputusan bijak guna kelangsungan hidup miliknya. Semuanya. Tangan Cherry meraih ponsel, mencari sebuah nama dan berhenti sekadar menatap. Ares—kontak yang kini ia amati dalam diam. "Maaf," cicit Cherry lemah. Menahan gejolak lain hadir semaki
Magbasa pa
Sial
"CHERRY," Baritone tegas milik Ares berteriak sekencang-kencangnya. Napas pria itu tersengal-sengal hebat seolah baru saja lari maraton berpuluh-puluh kilometer. Bulir bening penuhi dahi juga pelipis Ares. Obsidian hitam papa tampan mengedar ke seluruh penjuru ruang kamar, mengamati lamat-lamat tempatnya bernaung. Kedua telapak lebar Ares mengusap wajah kasar, beralih menyibak rambut ke belakang. Ia masih mengatur napas sangat berantakan, meneguk liur payah Ares merasa tenggorokannya teramat kering sedikit sakit. "Sial!" maki papa tampan menghajar ranjang hotel kencang. "Mimpi sialan," maki Ares lagi tak terima dipermainkan, seolah mimpi tadi begitu nyata. Sejauh itu pikirannya melayang sampai bermimpi tentang Cherry sedang bercumbu dan berselingkuh di balik punggungnya. Tidak. Tidak mungkin,  Cherry bukanlah gadis nakal yang bisa mematahkan hati seseorang, ia yakin pria yang bersama Cherry hanyalah seorang kenalan dekat bukan kekasih ataupun tun
Magbasa pa
Buruk
Baru saja tungkai panjang Ares turun dari pesawat, sebuah siluet ekspektasi kehangatan hadir sangat membuncah dalam dada, seiring irama gairah muncul dalam desiran hasrat. Pria tampan itu  membayangkan bisa langsung bertemu Cherry. Kelopak Ares turun sejenak menikmati dalam khayal. Menyalurkan sejuta rindu membawa gadis pujaan hati ke dalam pelukan. Mempererat dekapan dan saling bercumbu lebih dari sekadar serbuk heroin mampu membuat sekujur tubuh mereka meramang, merintih, melayang terbakar sensasi panas sangat memabukkan. Ares membuka mata rasanya tidak sabar ingin segera berjumpa, sampai-sampai pria itu terlalu berhalusinasi serta lupa diri kala ia merasa harus menekan napas yang sulit dikendalikan.  Namun realitanya senyum menawan Ares seketika luntur, sebab mendapati kehadiran seseorang berdiri tak jauh dari hadapan memakai pakaian motif bunga-bunga melambai serta tersenyum padanya. Seseorang yang tidak pernah ia harapkan masuk ke dalam hidupnya, kini
Magbasa pa
Runyam
"Lebih baik tenangkan pikiranmu, bukan sok bijak, tapi memang kau butuh melepas pikiran dari hal yang memberatkan hati." Sebuah kalimat dari Luke mencoba memberi pengertian. Prediksi lelaki itu tepat, kemarin saat turun dari mobil Ares. Ia langsung menghubungi Eric menceritakan dari awal karena ia merasa janggal lalu pada sebuah informasi dari Eric yang cukup mengejutkan tentang absennya Cherry. Sedari pagi setibanya di kantor, Ares tampak tidak bersemangat memulai kerja. Ketidakhadiran Cherry semakin memperburuk keadaan. Sudah pasti Ares bertanya pada Eric tentang Cherry. Chef ganteng itu secara gamblang bercerita, Eric terakhir melihat Cherry pada hari yang sama saat Ares dan Luke berangkat ke Jepang. Eric mengaku tidak lagi bertemu Cherry keesokkan hari sampai detik Ares dan Luke kembali. Eric mendengar kabar dari salah seorang karyawan kalau Cherry bertemu seseorang yang mengaku sebagai calon istri bos besar Ares, w
Magbasa pa
Pantai
Leon melepas napas lelah ke udara bebas. Pemuda itu menikmati angin malam. Duduk di ruang terbuka cafe pinggir jalan dengan segelas kopi Americano panas yang baru saja mendarat di atas meja. Leon menyadari seberapa kuat pengaruh konversasi antara dirinya dengan sang Ibu beberapa waktu lalu.  Gelisah, muak serta marah bukan kombinasi pas untuk terus menetap di hatinya. Kilas bayang Cherry, kakak tersayang menangis lantaran tersakiti, ikut menebar luka di hati pemuda itu. Air mata Cherry bukti nyata bahwa gadis itu menyimpan rasa untuk pria bernama Ares Allan. Malam pesta amal di mana pertama kali mereka bertatap muka, Leon mengira arti tatap Ares pada Cherry menyiratkan cinta tulus bukan sebatas perasaan main-main. Sialannya, pria itu justru memilih bertunangan bahkan menikah dengan Early tanpa bantahan. Apa itu arti cinta dalam hidupnya? Cih, mencampakkan Cherry seperti membuang bungkus permen ke tong sampah. Hati Leon benar-benar tidak bi
Magbasa pa
Mencari gadisnya
Bel alarm rumah mewah milik keluarga Allan berbunyi. Terry mengernyit namun tampak tidak terganggu membiarkan maid membukakan pintu untuk tamu yang datang berkunjung. Ibu dari Ares sedang sibuk membuat kudapan ringan berupa kue kukis cokelat bertabur kacang almond. Manik hitam wanita paruh baya bergulir sekilas ke arah pintu utama rumah yang jauh dari dapur. Satu loyang telah terisi kurang lebih 26 kukis ukuran kecil. Masih ada sisa adonan ia lakukan hal sama pada loyang berikutnya. Terry mendesah, saat kacang almond dalam mangkuk super mini habis, membuka lemari kaca ambil toples berisi persediaan kacang almond menuangkannya ke dalam mangkuk kecil tadi. "Tante aku merindukanmu," Sapaan lembut mengajak Terry angkat kepala dari mangkuk. "Ya Tuhan, mimpi apa aku semalam!" Terry berseru bahagia merentangkan tangan menyambut hangat kedatangan keponakan tercinta. "Harum sekali pasti lezat," cicit keponakan Terry memuji. "Aku beruntung datang hari ini," imb
Magbasa pa
PREV
123456
DMCA.com Protection Status