Semua Bab The Hero of My Life: Bab 71 - Bab 80
139 Bab
70. Pertemuan Tak Terduga
Akhirnya perkuliahan mulai lagi. Kesibukan full dari pagi sampai sore, kembali digeluti. Kangen juga merasakan keseruan bersama teman sekelas yang unik-unik. Rindu celotehan dan candaan mereka yang kadang asbun, tapi membuat hari lebih ceria. "Apa kabar pasangan baru? Tahun baru ke mana?" Lintang menggoda Syifa. "Jalan berdua laa ... Ih, dia manis sekali. Aku rasa melayang, Lin." Wajah Syifa memerah karena senang. Lintang bertepuk girang dengar kabar dari sahabatnya itu. "Makasih udah bawa Bimo buat aku." Syifa memeluk bahu Lintang, menempelkan pipinya ke pipi Lintang. Pembicaraan mereka makin seru dan menyenangkan. Soal hubungan spesial Syifa dan Bimo yang tampak lebih serius. Hingga pertanyaan Syifa tentang rencana Lintang dan David yang akan married dalam beberapa bulan ke depan. Lintang menjawab tidak begitu bersemangat, membuat Syifa menjadi heran. "Kenapa?" Senyum Syifa seketika menghilang melihat Lintang yang jadi serius. "Mantan tunangan Kak Dave minta balikan," ujar Lin
Baca selengkapnya
71. Aku Malu Mau minta Maaf
Rasti meneruskan ceritanya. Karena pembantu Fani memilih pulang kampung, Praja dan Rasti akhirnya bahkan tinggal di rumah besar Fani. Dengan begitu mereka tidak tinggal di gubuk darurat. Praja bisa meneruskan ke SMA yang dia dambakan. Fani dan suaminya dengan lapang menolong Praja hingga bisa sekolah di sekolah idamannya itu. Bahkan Praja masuk Universitas Terbuka, dia bisa kuliah dan tetap bekerja pada keluarga Fani. "Senang sekali mendengar ini, Bu." Lintang tersenyum. Praja yang dari tadi hanya lebih banyak diam dan memperhatikan Lintang dan Wulan, akhirnya mendekati Lintang dan bicara pada gadis itu. "Lin, bisa kita bicara?" ujar Praja. Suaranya sudah berubah, suara pria dewasa. "Iya, ada apa?" Lintang memandang Praja. Praja berjalan agak menjauh, ke tempat yang sepi. Lintang mengikutinya. "Aku ..." Praja menatap Lintang, tampak dia tidak nyaman. "Kamu ingat waktu Pak Lurah ke rumah Pak Dokter dengan Mas Mito?" "Tentu." Lintang mengangguk. "Aku ... memang punya prasangka bu
Baca selengkapnya
72. Hargai Keputusanku
- Apa aku seburuk itu di mata kamu, Dave? Kamu bahkan ga balas chatku sama sekali. Kamu benar-benar ga punya hati. Apa salah aku cuma ingin bertemu dengan kamu?David membaca chat dari Listy. Jujur, dia makin geram saja. Listy ternyata masih berusaha mengejarnya. Apa kurang jelas yang David katakan waktu itu? Tak bisa didiamkan jika begini. Akhirnya, selesai melakukan kontrol pasien hari itu sekitar jam sebelas siang, David pergi ke rumah Listy. Dulu jika dia pergi ke rumah cantik itu hati David berbunga-bunga. Tapi kali ini, dia merasa enggan. Hanya saja dia harus menemui Listy. David masuk ke halaman rumah Listy. Ada motor lain yang diparkir di sana. Apa ada tamu? Mungkin ini bukan waktu yang tepat. David mengurungkan langkah kakinya. Sepertinya dia akan kembali lain hari saja. Terdengar suara orang bicara dari dalam rumah. David menoleh. Hesty keluar rumah, disusul seorang pemuda di belakangnya. "Ya, cepetan dikit, jangan sampai telat." Hesty berkata pada pria itu. Hesty mengan
Baca selengkapnya
73. Dia Akan Kembali Padaku
Di dalam rumah itu, tangis Listy makin jadi. Karena geram dan marah, dia menarik taplak meja di depannya. Vas bunga dan minuman gelas air mineral beberapa di atasnya berhamburan.Praannkk!!Hesty terkejut mendengar suara itu dan berlari ke depan."Uuhhuukkk ... huhuhukkk ... Dave ... beri aku kesempatan sekali lagi ... Dave, kamu hanya ingin aku luka karena meninggalkan kamu ..." tangis Listy. Dia memukul-mukul sofa berulang kali."Kak, sudahlah ... Kak, tenang, please ..." Hesty memeluk kakaknya, mendekapnya, dan berusaha membuat Listy tenang kembali.Sampai beberapa lama Listy mulai tenang. Hesty mengambilkannya minum. Listy meneguk beberapa kali air mineral di tangannya, sementara Hesty membereskan vas bunga dan semua yang berserakan karena kemarahan Listy."Seperti apa kekasih Dave sampai dia tak mau memberi aku kesempatan? Apa istimewanya?" kata Listy geram.Hesty kembali duduk. Ya, meskipun dia tahu siapa kekasih David, Hesty tidak pernah bilang apa-apa pada Listy. David juga buk
Baca selengkapnya
74. Tentang Lintang
Lintang menatap Syifa dengan sedikit gamang, tapi dia akui Syifa benar. Bisa jadi ini memang ujian kesungguhan David pada Lintang dan sebaliknya, sekuat apa sayang Lintang buat dokter itu. "Udah, orderan urusan bisnis. Urusan hati sisihkan dulu. Okey?" Syifa menepuk pipi Lintang. Lintang merangkul Syifa. "Makasih, Sahabatku yang cantik. Love you." Lintang harus menekan semua rasa tidak nyaman yang muncul. Itu hanya kekuatiran yang tak beralasan. Saat weekend, Wulan membantu Lintang menyiapkan semua pesanan. Wulan cekatan dan tangkas juga mengerjakan ini itu yang Lintang minta. "Kak, dari list masih lima tempat lagi yang belum disiapkan pesanannya." Wulan menunjukkan daftar pesanan yang sedang mereka siapkan. "Oke. Ini setengah jam lagi semua beres. Kamu cek lagi, semua alamat sesuai ga dengan yang pesan?" Lintang menjawab sambil tetap melihat kue yang masih di oven. Wulan pun mengulang cek pesanan yang siap dengan nama dan alamat pelanggannya. "Mau ue ... mama ... mau ..." Sua
Baca selengkapnya
75. Aku Tahu Kamu Pasti Suka
Masih sambil mengunyah kue, Mito menjawab pertanyaan Listy. "Kami dari desa yang sama.” "Oohh, jadi sudah lama kenal dia?" Listy makin penasaran. "Lumayan. Tapi ga kenal-kenal banget." Mito mengambil gelas air mineral di meja. "Aku minum dulu." "Apa dia ..." "Ayo, Mas. Aku sudah siap." Hesty muncul dengan kostum keren. Mau jadi MC pernikahan kali ini. Pertanyaan Listy urung tersampaikan. Ah, padahal kesempatan baik. "Wah, keren banget ... cantik, Nona!" Mito tersenyum lebar. "Adiknya Kak Listy, model ternama kita." Hesty ikut tersenyum lebar. Matanya melirik ke kakaknya. Listy tersenyum kecut dengan candaan itu. Setiap ingat dia pernah jadi model, rasa perih menyelinap di hati Listy. "Lha, emang iya. Masih sering gambar kamu dipasang di mana-mana." sahut Mito, seolah bisa membaca rasa tidak nyaman Listy. Mito berdiri, bersiap pergi. "Aku sudah pensiun," tukas Listy. Dia tegas mengatakannya. Dia mau Hesty tahu Listy tidak suka dengan candaannya. "Listy, thanks kuenya. Lain ka
Baca selengkapnya
76. Mengenal Lebih Dekat
Selalu muncul getaran di hati Lintang saat menikmati momen begini, apalagi tangan kuat David menggenggam jemarinya. “Kak, apa aku bisa jadi istri yang baik buat Kak Dave nanti?" Lintang menatap David. Ada sedikit rasa takut di sudut hatinya. Sekalipun mereka sudah bersama lebih dari dua tahun tetap saja akan beda jika sudah menikah nanti. "Kamu takut?" David melihat bening mata cantik Lintang. "Iya, sedikit," jujur, Lintang berkata. "Aku juga belum pernah jadi suami." David tersenyum. "Kita akan masuk pernikahan sama-sama sebagai orang yang ga tahu bagaimana nanti. Asalkan kita saling terbuka seperti sekarang, saling percaya, kita pasti bisa menjalani semuanya." Hati Lintang meletup. Karena tatapan David yang selalu membuat dadanya tak tenang. Tapi juga karena makin dekat hari pernikahan rasanya makin tegang. "Ternyata mau nikah ribet ya, Kak. Banyak yang diurus. Ga sesimpel yang aku lihat di fillm." Lintang menarik tangan kanannya, merapikan rambutnya ke belakang telinga. "Ten
Baca selengkapnya
77. Tidak, Aku Tidak Bercanda
"Lintang, aku terus terang saja, cukup terkejut setelah tahu hubungan kamu dengan Dave. Karena, ya … kamu begitu muda. Aku yakin kamu juga tahu kalau aku dulu pernah pacaran dengan Dave, bahkan mau menikah." Pembicaraan dimulai. Jantung Lintang mulai bereaksi. Ini kenapa tiba-tiba Listy begini? Ada yang menggelitik perut Lintang, membuat tak nyaman. "Ya, aku tidak berpikir panjang, sampai akhirnya kami berpisah," lanjut Listy. "Aku sangat kenal Dave. Aku hanya ingin memastikan dia memilih kamu karena dia sungguh sayang kamu. Dan juga ... aku yakin dengan kamu dia akan bahagia." Mata Lintang tak berkedip. "Ini apa maksud Listy berkata begini?" batinnya. "Kamu cantik dan baik. Aku senang. David mungkin tidak salah pilih. Setelah sekian lama denganku, ga mudah ya ... bisa beralih hati, tapi ..." "Hai!!! Aku pulang!!!" Listy dan Lintang menoleh ke pintu. Ada Hesty di sana. Di belakang Hesty, Mito mengikuti. Lintang menyapa Hesty sambil tersenyum. "Lintang antar kue lagi? Mau dong!"
Baca selengkapnya
78. Tepis Galau yang Mendekat
Lintang masuk dalam rumah. Masih terngiang semua yang Listy katakan tadi. Lintang sedikit merasa heran. Kenapa dia harus melakukan itu? Apa dia merasa Lintang bukan orang yang tepat buat David? Apa dia benar-benar memikirkan kebahagiaan David? Tapi kenapa dia dulu lebih memilih kebahagiaan dirinya? Lintang berjalan pelan masuk ke rumah, melepas sepatu di depan pintu. Lalu dia berjalan ke ruang tengah, duduk dan termenung di sana. "Lintang?" Diana menatap Lintang. Gadis itu bahkan tidak menyadari Diana duduk di depannya membaca sebuah majalah. *"Aku sangat kenal Dave. Aku hanya ingin memastikan dia memilih kamu karena dia sungguh sayang kamu. Dan juga ... aku yakin dengan kamu dia akan bahagia." "Kamu cantik dan baik. Aku senang ... David mungkin tidak salah pilih, setelah sekian lama denganku, ga mudah ya ... bisa beralih hati, tapi ..."* Kata-kata Listy masih terus saja bertalu-talu, beredar-edar di kepala Lintang. Dia masih menatap lurus ke lantai, seperti sedang tidak ada di
Baca selengkapnya
79. Menuju Hari Istimewa
"Wulan, minggu ini ujian selesai?" Lintang bertanya pada adiknya yang sedang serius belajar. "Iya, Kak. Lalu libur, tunggu lulusan." Wulan melihat kakaknya sekilas lalu balik memelototi buku di tangannya. "Sudah besar adikku. Bukan anak kecil lagi." Lintang memencet hidung Wulan. "Aauhhh! Sakit, Kak ..." Wulan kaget juga, refleks mengusuk hidungnya. "Ga terasa kamu segede ini sekarang." Lintang memandang Wulan yang makin mirip ibu mereka. "Kakak kenapa, sih?" Wulan mengangkat mukanya, heran dengan kakaknya. "Ga apa-apa. Seneng aja lihat kamu uda remaja." Lintang tersenyum. "Kalau kayak gini Kakak tuh, kelakuan kayak ibu-ibu. Bukan kayak kakak aku," tandas Wulan. Lintang terkikik. Wulan benar juga. "Ya uda, lanjut saja belajarnya." Lintang mengusap kepala Wulan dan keluar kamar. Lintang duduk di ruang tengah. Dia membuka laptop dan mulai cek tugas untuk akhir semester yang sudah di depan mata. Senangnya kuliah tata boga, tidak banyak ujian teori. Lebih banyak praktek dan semua
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status