All Chapters of Terjerat Cinta Sang CEO : Chapter 31 - Chapter 40
193 Chapters
Part 30
Seorang wanita berusia lima puluh tujuh tahun duduk di sofa, salah satu unit apartemen di California, menunggu seseorang yang lama tak pulang ke rumah. Klik ... Wanita itu menoleh ke arah pintu saat mendengar kunci pintu terbuka. Di sana menampilkan sang putra yang masuk dengan seorang wanita yang bergelayut manja di lengan putranya. “Richard!” seru Charlotte Andromeda. “Mommy?” Richard segera menghampiri Charlotte bersama Gracia. Richard melayangkan lirikan agar Gracia duduk di sofa lain.  “Kenapa Mommy tiba-tiba ke sini?” Charlotte tersenyum masam. “Kalau Mommy tidak ke sini, kamu tak akan pernah pulang ke rumah lagi. Kenapa? Kamu tidak mengijinkan Mommy datang? Iya?” ucap Charlotte dengan wajah memerah.  Bagaimana tidak! Putra kesayangannya sudah lama tak pulang ke rumah. Dan saat ia menyelidiki, ternyata Richard tinggal di apartemen dengan seorang wanita dan sering keluar masuk kelab malam. “Bukan begitu,
Read more
Part 31
Drrt .... drrt ... drrt ... Jenny yang baru saja membuka mata mengulurkan tangan untuk meraih ponselnya.  “Halo, Jim. Bagaimana?” >> “Semua bersih, gadis itu benar-benar tidak punya catatan buruk di mana pun, bahkan dia menjadi salah satu karyawan terbaik di salah satu perusahaan di California.” “Lalu?” >> “Dia bertemu Mr. Johnson di salah satu kelab malam, dan Mr. Johnson membawanya ke Palace Hotel, dan tidak ada apa pun yang terjadi di sana, berdasarkan rekaman CCTV yang berada di lorong kamar hotel, di mana Mr. Johnson membawa gadis itu masuk.” “Mana mungkin?” Jenny memijit pelipisnya. >> “Saya yakin, Nona. Semua bukti sudah saya kirimkan ke surel Anda, dan saya jamin keasliannya.” “Baiklah. Tapi ... kamu harus ingat! Jangan ada yang tahu apa yang kamu lakukan, termasuk Kakak dan Daddy.” >> “Saya akan selalu  ingat, Nona.” Setelah sambungan telepon terputus, Jenny mem
Read more
Part 32
“Makan dulu, Nak,” bujuk Maria kepada Alex yang kini duduk di luar ruangan ICU, di mana Adelia terbaring. Alex tak merespon ucapan Maria yang sudah ke sekian kalinya. Laki-laki dengan tampilan kusut dan berantakan itu bahkan tak memedulikan keadaannya saat ini. Yang ia pedulikan hanya Adelia yang sedang berjuang di antara jurang kehidupan. Vonis yang diucapkan Dokter kemarin, membuat dunia Alex runtuh dan hancur. Alex yang biasa berdiri dengan tegap, tegas dan arogan, kini tak lebih dari lelaki yang menyedihkan. Selama dua hari ini, ia tak beranjak dari depan pintu ruang ICU, menunggu Adelia bangun dan pulang bersamanya ke rumah. Mungkin semua itu hanya mimpi yang Alex inginkan, karena sampai hari ini, Adelia tidak menunjukkan perkembangannya. “Kapan Adelia bangun, Mom ?” lirih Alex yang kini berada di samping Maria. “Sabar ya, Sayang. Adelia pasti bangun. Dia, wanita yang kuat. Mommy yakin sebentar lagi dia akan bangun. Kamu tidak boleh menyi
Read more
Part 33
Alexander Johnson tak henti-hentinya mengembangkan senyuman ketika semalam dokter menyatakan ada perkembangan pada Adelia. Bahkan gadis yang kini masih dibantu beberapa alat- alat kedokteran itu, sudah bisa membuka kedua matanya. Alex pun di izinkan untuk masuk kembali menemani Adelia dengan memakai pakaian steril.  “Selamat pagi, Baby,” sapa Alex yang kini sudah duduk di kursi yang tersedia, dan menggenggam salah satu tangan Adelia. Adelia mengerjapkan kedua matanya saat mendengar satu suara familiar tapi terasa asing baginya.  ‘Dia siapa?’ gumamnya dalam hati. Adelia yang masih kesulitan berbicara hanya menggerak-gerakkan kedua bola matanya. “A-aku merindukanmu, Baby. Ayo segera bangun dan kita menikah!” ucap Alex antusias, mengingat Jenny sudah mengiyakan. Senyum di bibir Alex mengembang sempurna. “Kamu tahu, Jenny sudah menerima kalau kita menikah. Semalam, dia sudah memanggilmu ‘Kak Delia’. Ah, nanti aku minta dia masuk
Read more
Part 34
“Ini tempat tinggalku?” Alex yang baru saja selesai menaruh koper milik Adelia di dalam kamar menoleh ke arah pintu. “Iya, Baby. Tepatnya tempat tinggal kita,” jawab Alex tenang. “Apakah kita sudah tinggal bersama?” tanya Adelia. Alex mengangguk. Diraihnya lengan Adelia dan membawa gadis itu duduk di atas tempat tidur. “Istirahatlah, Baby. Nanti aku akan menceritakan hal lainnya padamu. Bagaimana?” bujuk Alex. Adelia menatap kedua bola mata biru Alex sejenak sebelum mengangguk. Alex segera membantu Adelia berbaring dan menarik selimut sebatas dada. “Kamu mau ke mana?” tanya Adelia mendapati Alex menjauh. “A-aku akan beristirahat di luar. Kamu bisa memanggilku jika butuh sesuatu,” ucap Alex menahan perasaannya. “Apakah selama kita tinggal bersama kita selalu tidur terpisah?”Pertanyaan Adelia membuat Alex terkesiap dan refleks menggelengkan kepala. “Tidak. Kita selalu tidur bersama, di atas tempat tidu
Read more
Part 35 (Mencari Sesuatu yang Hilang)
“Kamu benar mengizinkan aku pergi sendiri?” tanya Adelia untuk ke sekian kalinya.  “Iya, Baby. Untuk apa aku berbohong?” jawab Alex lembut.  Sejak Alex memberitahu perihal kerelaannya membiarkannya pergi sendiri, Adelia tak henti-hentinya bertanya untuk meyakinkan bahwa memang benar adanya. Alex pun dengan sabar menjawab setiap pertanyaan yang sama tanpa mengeluh.  “Aku sudah menyiapkan pesawat pribadi agar kamu bisa lebih nyaman. Selain itu untuk penginapan juga telah siap,” ucap Alex bangga.  Adelia menarik sudut bibirnya sekilas. “Terima kasih.” “Hanya terima kasih?” pancing Alex.  Adelia mendongak. Tanpa Alex duga sebuah kecupan Adelia berikan untuknya, membuat Alex semakin melebarkan senyumannya.Adelia bingung kenapa dirinya bisa melakukannya, ia hanya mengikuti dorongan hati yang menuntun untuk itu.  “Kita akan ke rumah Mommy sebelum kamu berangkat, besok,” Alex merengkuh pinggang Adelia
Read more
Part 36 (Permintaan Adelia)
“Apa kamu bilang? Adelia berangkat ke California?” tanya Tommy memastikan. Alex mengangguk.  “Kamu gila atau begok sih!” pekik Tommy geram. Bagaimana bisa sahabat songongnya ini membiarkan Adelia yang baru saja sembuh untuk bepergian jauh tanpa dirinya? Bukankah kejadian kemarin harus menjadi pelajaran untuknya?  Alex mengusap kasar wajahnya. Kedua tangannya merambat mengacak-acak rambutnya menjadi kusut masai.  “Mau bagaimana lagi, Tom?” desah Alex kesal. “Kalau dia bahkan tidak mengizinkan Gue ikut pergi!” “Dan kamu nggak berusaha membujuk  dia? Iya?” desak Tommy beruntun. Ada apa dengan sahabatnya ini? Kenapa semakin lama menjadi lemah? Ke mana sifat pemaksa yang selama ini dia miliki? Alex memejamkan matanya lelah. Semalaman ia tidak tidur dengan benar karena cemas memikirkan Adelia. Meskipun Vivi melaporkan semua aktivitas Adelia hingga gadis itu terlelap. Tapi, tetap saja berbeda.
Read more
Part 37 (Persiapan Pernikahan)
Suara desahan pria dan wanita yang kini sedang bertarung menggapai kenikmatan, memenuhi sebuah kamar hotel di New York. “AARRGGHH!!!” geraman seorang pria yang kini berada di bawah tubuh seorang wanita, yang tampak menaikturunkan pinggulnya, menggema. Menandakan sesuatu telah menghantam dirinya. “Bagaimana Gerald?” tanya Stella dengan nafas yang masih terengah-engah dan menjatuhkan diri ke dada berbulu milik Gerald Franklin. “Kau memang luar biasa, Honey. Aku berpikir, kau terlalu baik  untuk Alexander,” puji Gerald. Stella menyunggingkan senyumannya di dada Gerald mendengar pujian yang keluar dari bibir pria itu. Drrt ... drrt .... drrt .... Tangan Gerald terulur meraih ponselnya yang berada tak jauh darinya. Fiona Calling .... Gerald mengerutkan dahinya mendapati adik perempuan satu-satunya menghubunginya. Tanpa pikir panjang ia menarik tombol pada layar dan menyalakan loudspeaker.
Read more
Part 38 (Sore Pertama 21+)
Sebuah katedral dengan bangunan klasik yang terletak di kota San Diego, California menjadi pilihan Alex dan Adelia untuk mengucapkan janji suci pernikahan. Lamborgini Aventador merah yang dikemudikan Alex, berhenti tepat di depan katedral. Membawa sepasang calon pengantin yang sedang berbahagia. Seorang laki-laki dengan setelan tuksedo berwarna hitam, dipadukan dasi putih panjang, dengan tatanan rambut yang begitu rapi, turun lebih dulu, dari pintu sebelah kemudi. Dengan gerakan cepat, laki-laki berpakaian rapi itu membantu seorang gadis dengan gaun pengantin berwarna putih, yang membalut tubuh indahnya. Alex mengulurkan tangan untuk menyambut Adelia yang menerima dirinya untuk melangsungkan pernikahan mereka, sore ini, dengan senyuman yang tak pernah luntur dari bibirnya. Adelia tampak anggun dalam balutan gaun putih sederhana yang menjuntai, dan seikat bunga mawar yang berada di tangan kirinya. Adelia mengaitkan tangan kanannya ke lengan Alex, bersi
Read more
Part 39 (Euforia Pengantin Baru 21+)
Adelia melenguh dengan mata terpejam saat kecupan-kecupan basah mendarat di pundaknya yang masih polos. Setelah pergulatan panasnya semalam yang terjadi sampai pagi menjelang, membuat Adelia merasa letih dan lemas. Karena sang suami tak henti-hentinya menyiksanya dengan kenikmatan. Dalam hati Adelia bangga dan bersyukur karena yang berhasil memasukinya adalah suaminya sendiri. Sekarang ia jadi tahu kenapa mantan kekasih brengseknya memilih wanita lain saat dirinya tak mau melakukannya dulu. “Morning, My Wife?” sapa Alex dengan suara serak yang mengisyaratkan gairah di dalamnya. Adelia yang masih enggan berbalik dan membuka mata, tersenyum. “Morning, Husband?” Husband? Alex tak henti-hentinya tersenyum dan terus bersyukur. Akhirnya, ia bisa memiliki wanita pilihannya sebagai istri. Apalagi saat mendengar suara manja Adelia memanggilnya ‘Husband’, Alex merasa sangat bahagia. “Apakah kamu ingin berendam, Wife?” tanya Alex yang kini member
Read more
PREV
123456
...
20
DMCA.com Protection Status