Semua Bab Pendekar Lembah Iblis: Bab 91 - Bab 100
107 Bab
Bab 91 Racun Halusinogen
Bixi langsung memutar tubuhnya kekiri, menghindari pedang yang ditebas lurus. angin pedang mengoyak lantai tanah, menciptakan lubang belahan menganga. seolah tidak hendak berhenti dan memberi jeda, serangan Amon kembali bergegas, angin tebasan pedang dirasakan demikian perih. Bixi berkelit dengan berguling-guling di tanah, lantas ketika Amon lengah, dicengkramnya sejumput tanah di lantai dan di lemparkan ke arah Amon. Mendapat serangan mendadak itu, Amon tidak sempat menghindar, tanah mengenai muka dan mata Amon. sesaat Amon kelimpungan karena kehilangan penglihatan.Bixi tidak menyia-nyiakan kesempatan, dia langsung melompat keluar dari pintu taman tersebut. satu-satunya yang terpikirkan oleh Bixi adalah pergi dan kembali ke Gerbang Api. dia tidak sudi berlama-lama ditempat Merope. Bixi bocah tidak pernah menyukai saudara seperguruan Bixi yang manapun. **Valta menatap Merope, "Kenapa kau yakin?"Merope langsung menggel
Baca selengkapnya
Bab 92 Jalan Rahasia
"Aku tidak Bohong!" seru Limey berkeras. Valta tersenyum sinis, dia membuka hoddy yang menutupi kepalanya. kini Limey bisa melihat raut wajah lelaki dihadapannya dengan detil. hidung yang mancung tinggi, tulang pipi yang menonjol, wajah yang kotak, alis mata yang tebal. lelaki ini memperlihatkan keindahkan khas orang wilayah timur."Di dunia ini, tidak ada manusia bermata biru, kalaupun ada orang itu hanya dongeng belaka," ucap Valta pada Limey. "Kenapa kau yakin. Aku adalah bukti bahwa ada manusia bermata biru.." jawab Limey. Valta tersenyum tipis, "Kau benar-benar keras kepala ya Nona." lalu Valta berdiri kembali, "Tapi tidak apa-apa. Aku orang yang sabar, nanti ada saatnya kau akan mengatakan kebenarannya. Tinggallah disini sampai kau merasa siap untuk mengatakan yang sebenarnya." "Kau tidak bisa menahanku disini!""Kenapa tidak?""Karena....Karena...Amon akan mencariku," LIme
Baca selengkapnya
Bab 93 Patung Patung Lilin
Limey Melongok ke dalam Lorong gelap dari pintu rahasia yang terbuka. Hatinya sempat kebat-kebit ketika berada dalam dilematik memilih antara masuk ke dalam Lorong itu, atau tetap tinggal. Ucapan Valta masih terngiang-ngiang dalam ingatannya.Kemudian Limey meraba sisi pinggangnya, mengeluarkan sesuatu dari balik pinggan, pemberian dari Radja. Benda itu digenggamnya, satu-satunya obat penawar untuk Sion.Kalau dia tidak keluar dari tempat itu, maka Sion akan terancam jiwanya, dan Limey tidak ingin itu terjadi. Gadis itu kemudian mengamati sekitar, matanya jatuh pada obor yang menari-nari menjadi penerangan dalam kegelapan tempat tersebut. Di dekatinya obor itu dan ditariknya benda tersebut dari pengaitnya. Limey menguatkan pengangan pada obor itu, menarik napas Panjang lalu kemudian menyinari bagian Lorong tersebut dengan obor itu.Cahaya menyinari bagian ruangan Lorong yang gelap, mempelihatkan undakan tangga pendek dan licin. Sisi dinding berlumut, namun anehn
Baca selengkapnya
Bab 94 Perjumpaan yang Buruk
Mata Limey terbelalak melihat wajah di dalam lapisan lilin tersebut. Dengan cepat dia menggali lilin di samping kiri dan kanan patung tersebut, sehingga wajah tersebut terbebas dari kepungan lilin. Limey juga melepaskan pipa bambu yang semula melekat pada lilin di dekat hidung wajah tersebut. Limey segera memeriksa napas orang di dalam patung lilin tersebut, dia masih merasakan napasnya. Limey turun, lalu memeluk patung itu, air matanya langsung runtuh, “Kakak….” Desis Limey. Patung itu ternyata adalah Kinan. Dengan memburu Limey mencoba menusuk tubuh di dalam lilin tersebut, namun balutan lilin di dalam tubuh lebih tebal sehingga sulit sekali untuk menggali dan membuat lilin itu pecah. Panik, mata Limey mengembara di seluruh ruangan, mencari sesuatu yang bisa dijadikan alat untuk memecah lilin yang melingkupi tubuh Kinan. Lalu, Mata Limey nanar memandang kea rah benda yang dipegangnya. Tempat obor, ke
Baca selengkapnya
Bab 95 Menyimpan Rahasia
“Tapi….Tapi, orang ini adalah orang yang berharga buatku. Dia kakakku….” Limey menjawab setengah ingin menangis. Radja kemudian berlari memeriksa ruangan yang tadi dimasuki Limey. Pemuda itu langsung terbelalak melihat ruangan yang berantakan. Kepala-kepala patung yang awalnya terbungkus oleh lilin kini sudah tercerabik dan wajah wajah itu keluar menyembul dari lilin. Lilin-lilin patah yang bertebaran di lantai. Bukan alang kepalang marahnya Radja melihat pemandangan tersebut, lalu kemudian dengan kesal di dorongnya Limey hingga gadis itu terjatuh ke samping. Dengan cepat, Limey memeluk sang kakak agar hanya dirinya yang menyentuh lantai. Kepala Limey terantuk dinding dan gadis itu merasa sakit. Radja seolah menyadari perbuatannya yang keterlaluan, lalu segera menghampiri Limey yang terjatuh di sisi dinding sambil memeluk sang kakak. Ada darah mengalir dari kepalanya. “Kau tidak apa-apa?&r
Baca selengkapnya
Bab 96 Keluar dari Sarang Macan
Limey mengulang ucapannya lagi, “Aku melakukan operasi pada guru untuk memperbaiki beberapa bagian syarafnya yang terputus.” terang Limey, mencoba menjelaskan ucapannya tadi Radja menatap gadis itu, seolah matanya menunjukkan ketidakpercayaan, “Kamu tidak berdusta?” tanya Radja dengan tatapan mata menginterogasi. “Iya, aku tidak bohong. Saat ini guru sudah pulih, dia sudah bisa bergerak seperti biasa.” ulang Limey. Mata gadis itu mengawasi kakak seperguruannya yang terlihat berbinar seolah terkejut. “Luar biasa,” Radja mendesis, “Apakah kau tahu, Operasi yang kau sebutkan itu pernah juga disebutkan oleh guru, namun itu hanya sebuah bayangan imajinasi guru. Guru memiliki ide, namun sulit sekali mewujudkannya karena kekurangan metode. Apa kau mewujudkan imajinasi guru begitu saja?” Radja menerangkan. “Berapa umurmu Dik?” Radja bertanya kembali.
Baca selengkapnya
Bab 97 Ucapan Selamat Tinggal
Melihat kepala Limey terjulur dari punggung Radja membuat Sion langsung berteriak, reflek SIon melompat untuk menangkap anak panah, namun anak panah itu melesat tanpa kendali dan sangat cepat. Hanya dalam hitungan detik saja, anak panah itu akan melubangi kepala Limey. Gilian yang melihat gadis kesayangannya berada di punggung lelaki itu dan menampakkan kepalanya langsung meliputi busurnya dengan imdok dan melempar benda guna menghantam anak panah tersebut. Busur mengenai anak panah dan benturan itu menciptakan ledakan. Sion yang melompat segera mendekat, tangannya pun terjulur menarik tubuh Limey yang berada di balik punggung Radja. Dengan kecemasan dan kelegaan yang meliputi perasaannya, Sion langsung memeluk tubuh Limey, dan kemudian meletakkan gadis itu di belakangnya. Sion sudah mengulurkan tongkatnya, memasang kuda-kuda hendak menyerang. Gilian melompat ke dekat Sion, juga ikut memasang kuda-ku
Baca selengkapnya
Bab 98 Obat terjahat
Bab 98   Berkat menggunakan ilmu meringankan tubuh, Limey dan Sion lebih cepat tiba di depan gerbang petir.   “Tempat ini tidak ada penghuninya, jadi kita bisa bergerak bebas di sini.” ucap Sion menjelaskan.   Limey sebenarnya tahu tempat apa itu, dia baru saja mengunjungi tempat itu beberapa waktu dan terpisah dengan Amon. Gadis itu memandangi gerbang tersebut yang sunyi dan beku, lalu dalam kepalanya seolah berkelebat semua kejadian dalam hidupnya. Pertemua dengan Amon, perpisahan dan pertemuan kembali. Seolah takdir membawanya ke lembah tersebut.   Sion sudah masuk ke dalam gerbang, namun langkahnya terhenti ketika melihat Limey berhenti di depan gerbang.   “Limey, kenapa?” tanyanya heran, “Kalau kau takut masuk ke tempat ini, jangan khawatir, penghuninya sedang tidak ada. Tempat ini kosong sudah lama.”   “Kosong sudah lama? Darimana kau dapat informasi it
Baca selengkapnya
Bab 99 Pengorbanan
Limey menghela napas, “Seperti yang tadi aku bilang. Bila kau yang terkena racun,maka yang harus meminum penawar ini adalah pihak perempuan, lalu kalian harus bercinta untuk memindahkan penawar itu ditubuhmu dan memusnahkannya.” wajah Limey sampai memerah ketika menjelaskan hal tersebut. Sion merasa kakinya mendadak lemas, dia langsung menjatuhkan diri pada salah satu kursi bambu ditempat itu. Wajahnya menjadi memerah karena malu mendengar penuturan Limey. “Kalau begitu berarti aku akan mati.” desis Sion dengan lemah. “Tidak, enggak bisa begitu! Aku akan membuatkan lagi pil dewa secepatnya, lalu kita akan cari lagi cara lain! Jangan putus asa!” seru LImey yang langsung mendekat ke arah Sion, berlutut di sisi lelaki itu sambil memegang lutut Sion. Sion menggeleng, “percuma Mey. Sudahlah, lupakan saja. Itu adalah obat terjahat yang pernah aku dengar….&rd
Baca selengkapnya
Bab 100 Menawarkan Racun
Sion terperangah, dia memperhatikan wajah Limey baik-baik, kebingungan. “Kau bilang apa?” Limey mengulang ucapannya, “Aku akan menjadi penawarmu.” jawab Limey. Sion menunduk, mengepalkan genggamannya, buku-buku jarinya menengang. Lalu dengan setengah bergetar lelaki itu berkata, “Kau tahu apa yang kau katakan? Kau tahu efek dari yang kau katakan dari Mey?” Limey mengangguk. Sebenarnya tangan gadis itu sudah gemetaran, ketakutan melanda hatinya seperti badai, tapi dia mencoba tegar dan menyembunyikan perasaannya yang kacau. Namun seolah paham, Sion langsung mengambil tangan gadis itu, dan merasakan getaran pada tangan itu, “Lihat!” seru Sion, “Kau gemetar….” Limey buru-buru menarik tangannya kembali, lalu berkata cepat-cepat, “Aku bukan gemetar karena takut padamu….aku hanya tidak pernah melakukannya…”
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status