Semua Bab HOT NIGHT: Bab 51 - Bab 60
329 Bab
BAB 51 GELAP, BADAI, DAN PETIR
Hujan dan badai kembali turun menjelang tengah malam, kamar Mara masih gelap gulita. Mara meringkuk di dalam selimut untuk mencari kehangatan tanpa pernah sadar jika dirinya sedang dalam bahaya karena menyimpan seorang pria di sebelah kamarnya, di malam seperti ini, dan membuat pria yang lain terbakar hangus hingga ikut gelap mata dan otaknya. Kilat dan petir yang kembali menyambar membuat Mara yang sudah setengah terlelap ikut berjinkat. Mara menarik lagi selimutnya hingga menutup kepala dan menggosok-gosokkan telapak kaki ke betisnya yang merinding dingin meski kamarnya sudah berpenghangat. Suara derap hujan yang menimpa atap membuat Mara tidak bisa mendengar apa-apa, rasanya seperti tenggelam. Suara badai yang berpusar-pusar beberapa kali terdengar ikut membuat ranting pohon patah dan mungkin juga ada pohon yang tumbang. Cuaca seperti ini masih akan berlangsung sampai salju menutup semua permukaan tanah dan melenyapkan kehangatan dari paru-paru yang mengering. Mar
Baca selengkapnya
BAB 52 SETELAH BADAI
Setelah hujan dan badai semalam beberapa pohon ikut tumbang dan sebagian ambruk menghalangi jalan. Para pekerja bekerja sama menyingkirkan pohon tumbang di samping halaman rumah utama karena menghalangi pintu garasi. Mara duduk di teras bersama Tobias menikmati minuman panas yang baru dibuatkan bibi Carolina sambil melihat aktifitas pekerja di pagi hari yang masih agak berkabut dan dingin. Suara gergaji mesin yang digunakan Gerik memotong batang kayu sudah menjadi satu-satunya sumber kebisingan sejak pagi. Sementara Gerik memotong batang kayu yang lebih besar pekerja yang lain  membantu dengan alat seadanya untuk memotong dahan-dahan yang mencuat dan sedang tak berdaun, ada yang memakai parang dan kampak untuk memotong dahan yang lebih kecil. "Bagaimana tidurmu semalam?" tanya Tobias setelah menyeruput minuman panasnya dan meletakkannya kembali ke meja di sebelah mereka.
Baca selengkapnya
BAB 53 DARAH LOGHAN
Tobias  terlihat membantu Mara memasukkan beberapa barang ke bagasi mobilnya. Sepertinya mereka berdua akan pergi. Para pekerja istal yang tadi pagi juga ikut menyaksikan pertengkaran Mara dan Jared juga ikut memperhatikan kepergian nonanya yang terlihat tergesa-gesa. "Sepertinya kau sudah mendapatkannya?" Felix mengangguk-angguk sendiri sambil menggosok janggutnya yang kasar. Jared cuma ikut memperhatikan mereka dari depan istal tidak berkomentar apa-apa, pemuda itu terlihat lebih fokus pada balok kayu yang sedang dia gergaji, padahal pikirannya sedang tidak bisa tenang sama sekali. Mara tidak mau membalas pesan atau teleponya bahkan nomornya langsung diblokir, sepertinya wanita itu memang benar-benar murka. "Lebih panas mana, tamparannya atau saat di atas ranjang?" nampaknya
Baca selengkapnya
BAB 54 PEMBEBASAN
Tangan Mara sudah tidak sabar mengetuk-ngetuk permukaan meja menunggu berkasnya keluar dari mesin printer. "Sudah kubilang, aku akan membiayai semuanya kau tidak perlu repot seperti ini," kata Tobias yang lebih banyak jadi penonton kesibukan Mara beberapa hari ini. "Aku akan tetap membuat Veronika menandatangani ini semua!" tegas Mara seperti biasa tidak bisa dibujuk atau dinasehati. Sifat Mara yang keras kepala dan tidak mau kalah kadang juga membuat gemas tapi sekaligus menantang untuk pria seperti Tobias. "Apa aku boleh ikut?" tanya Tobias pada Mara yang sibuk membereskan berkas-berkasnya untuk dia bawa pada Veronika. "Tentu karena aku akan menggunakanmu agar ibu tiriku yang
Baca selengkapnya
BAB 55 WASHINGTON
Tobias benar-benar membawa Mara ke Washington untuk dia bawa pulang ke rumah keluarganya. Kebetulan Geby dan Jeremy juga sudah tiba sejak dua hari yang lalu. Geby datang membawa kelima putrinya, Lily, dan bayi laki-lakinya yang baru berumur beberapa bulan. Jeremy memang sudah berjanji akan selalu membawa Geby untuk menghabiskan akhir tahun bersama keluarganya dan ini adalah tahun ke dua untuk kelima si kembar menghabiskan akhir tahun bersama keluarga. Walaupun Washington tidak kalah beku di pertengahan Desember tapi kehangatan keluarga yang sedang berkumpul membuat Mara ikut merasa hangat. Tobias memperkenalkan Mara ke pada mereka semua dan mendapatkan sambutan yang sangat antusias karena sepertinya mereka menyukai gadis yang Tobias bawa kali ini. Kedua anak laki-laki tertua keluarga  masih belum bisa ikut berkumpul tapi mungkin nanti menjelang akhir baru bisa berkumpul semua. Mara
Baca selengkapnya
BAB 56 MUSUH
 Sebenarnya Tobias ingin menemani Mara pulang tapi Mara menolak. Mara tidak ingin menganggu masa liburan Tobias untuk berkumpul keluarga di akhir tahun. Mara tetap nekat untuk pulang sendiri, padahal kemarin rencananya mereka masih akan menghabiskan musim dingin bersama dan semua rencana itu gagal karena ulah Veronika yang Mara tahu sengaja ingin membalasnya. Bukanya langsung ke peternakan Mara malah mendatangi Veronika ke Lexington. Mara langsung masuk ke dalam rumahnya mendorong pintu dengan kasar dan langsung mencari Veronika sipengecut licik yang memang tidak akan berhenti untuk membuat keributan dengannya. Veronika terlihat tersenyum menyunggingkan senyum sinis kemenangannya ketika melihat Mara kembali. Veronika tidak akan membiarkan Mara bersenang-senang menghabiskan libur akhir tahunnya berama dengan Tobias Harlot.  
Baca selengkapnya
BAB 57 DOKUMEN
"Ayo!" ajak Jared setelah cuma menutup pintu pondoknya tanpa di kunci. "Kau tidak mengunci pintu pondokmu?" tanya Mara sekaligus mengingatkan. "Tidak ada yang berharga di dalam pondok pria miskin sepertiku," sarkas Jared utuk kembali mengingatkan Mara pada kata-katanya sendiri jika dia hanya pengurus istal miskin tanpa masa depan untuk dipertimbangkan Jared sudah berjalan lebih dulu dua langkah di depan Mara. Diam-diam Mara jadi memerhatikan punggung pemuda itu ketika ia berjalan mengekor di belakang. Mara cuma tidak menyangka jika setelah itu Jared menangkap tangannya untuk ia gandeng. Anehnya Jared dapat menangkap tangan Mara dengan tepat meski tanpa menoleh. "Lepaskan!" Mara menyentak pergelangan tangannya.
Baca selengkapnya
BAB 58 BADAI DAN GAIRAH
Badai masih berdesing keras hingga ikut membawa butiran es sebesar kelereng bergemeletuk di atas kap mobil Mara yang ringsek ke tepi jalan dengan kontur tanah miring. Mara kembali sadar dan pelan-pelan membuka matanya, meski kepalanya masih tertahan balon udara tapi hempasannya tetap sangat keras dan membuat dahi Mara nyeri. Mara sadar jika mobilnya sudah tidak akan bisa bergerak dan mungkin akan segera terkubur di dalam salju jika badainya tidak juga berhenti. Mara coba memeriksa tubuhnya, sepertinya tidak apa-apa tidak ada yang sakit kecuali dahinya yang agak berdenyut. Mara berusaha mencari ponselnya untuk mencari pertolongan, tapi benda itu sudah tidak ada di atas dashboard. Setelah mencari ke sekeliling, Mara baru melihat jika benda itu ikut terlempar di bawah jok, ia segera merunduk mengulurkan tangan kanannya untuk meraih benda tersebut dengan kepalanya yang ternyata nyeri ketika di gunakan untuk merunduk terjungkal seperti itu.
Baca selengkapnya
BAB 59 ORANG-ORANG YANG LICIK
Setelah menelepon bibi Carolina untuk memberitahukan kondisinya Mara dan Jared langsung melanjutkan perjalanan ke Lexington. Jared yang mengemudi untuk mengantarkan Mara ke kantor notaris keluarganya di pusat kota. Mara menyerahkan semu dokumennya dan merasa lega karena notaris yang sudah puluhan tahun bekerja pada ayahnya itu berjanji akan membantu Mara. Anehnya tidak tahu kenapa Jared kurang menyukai pria berkacamata minus tebal itu sejak kali pertama Mara mengenalkan mereka. Nampaknya pria itu juga kurang menyukai Jared dan agak terkejut ketika tadi Mara membawanya ikut masuk. Penampilan Jared memang agak mengganggu, terlihat kasar dengan tubuh tinggi besar serta gumpalan otot keras layaknya tukang pukul sewaan. "Percayalah padaku Nona Clark semuanya akan aman jika kita sudah memiliki semua dokumennya, Veronika tidak akan bisa berbuat apa-apa."
Baca selengkapnya
BAB 60 PERSEKONGKOLAN
"Oh, hentikan Jared! " pekik Mara pada pria yang terus menyarukkan dagu ke sisi lehernya. "Aku tidak mau ikut kotor! " Jared tetap mengacuhkannya dan malah mengigit daun telinga Mara sampai wanita itu menendang tang, menjatuhkannya ke lantai dengan suara berdenting nyaring. Mara geli dengan desisan napas panas Jared dari sela giginya. "Aku tidak suka saat kau bersama pria lain." "Kau tidak berhak cemburu padaku! " tolak Mara yang masih berbaring enteng menyepelekan. Jared mencekal pinggangnya kemudian mengangkatnya sedikit untuk merekat. "Kita hanya bercita tidak lebih!" tegas Mara.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
33
DMCA.com Protection Status