All Chapters of Pria Sampah Tak Terduga: Chapter 101 - Chapter 110
155 Chapters
101
Sudah ratusan tahun yang lalu  sejak Gentala menginjakkan ke dua kakinya di kota tanah merah ini.Kota yang  dulunya hanya berisikan puluhan gubuk yang di bangun menggunakan pohon bambu sebagai penompang gubuk tersebut dengan atap yang hanya menggunakan daun kelapa kering, tapi sekarang, kota ini sudah kembali menemukan kejayaannya. Dengan rumah-rumah yang  berdiri kokoh nan mewah, tak hanya itu saja, kota Tanah merah ini masih membudidayakan  warisan leluhur mereka dengan masih menggunakan serta memproduksi alat alat makan seperti piring serta barang lainnya  dengan menggunakan tanah merah sebagai bahan dasar . Tepat di alun-alun kota, terdapat sebuah patung manusia yang di perkirakan sudah ada di sana ratusan tahun yang lalu, meski patung tersebut sudah termakan usia, namun Gentala masih mengenali sosok dari patung tersebut yaitu Nayaka Gantari.  Jika di pikir kembali, sejak dirinya keluar dari segel it
Read more
102
Di malam yang dingin nan sunyi,  langit yang begitu  gelap dengan bertaburan bintang  serta sinar  rembulan yang menerangi  dan menemani derap langkah kaki Juan yang tengah berjalan-jalan seorang diri untuk sekedar mencari kantuk, yang entah kenapa rasa kantuk itu tak pernah datang menghampirinya, hingga netranya tak sengaja menangkap sosok  dari gurunya yang tengah termenung di menara pengawas seorang diri.   Langkah kaki Juan pun  terhenti, kepalanya menengadah menatap wajah sang guru yang terlihat  berdiam diri menatap langit tanpa ekspresi.   ' Apa yang guru lakukan di sana? ' batin Juan, tiba-tiba rasa penarasan mulai menghampirinya, ia pun akhirnya memutuskan untuk menghampiri Sang guru.   Sesampainya di atas menara pengawas, ke dua bola mata Juan begitu di manjakan oleh pemandangan Kota Tanah Merah yang begitu indah nan cantik dari atas sana. Ia pun berjalan menghampiri Gent
Read more
103
Setelah mengetahui semua itu hanyalah kesalahpahaman belaka, Mereka pun memutuskan kembali ke penginapan tentunya dengan perasaan yang sulit untuk di artikan, terutama Bajra Mahesa, ia begitu membeci Wuko karena membuatnya terkejut, selama perjalan menuju penginapan, netranya terus memperhatikannya dengan menatap tajam pada Wuko. Ternyata Wuko adalah seekor Kera raksasa api yang pernah Juan tolong di hutan dekat kampung Ilil. Ke dua bola mata Juan terbeliak, ia tak menyangka bahwa kera raksasa api itu bisa berubah menjadi sosok pria yang memiliki paras yang cantik seperti wanita. Wuko kemudian menjelaskan, setiap hewan spiritual yang sudah memasuki level tertentu bisa memiliki wujud manusianya sendiri, sama halnya seperti dirinya, namun tak berlaku pada Gentala yang berasal dari Klan Naga Istimewa yang sudah memiliki wujud manusianya saat menginjak di usia remaja. Kepala Juan pun mengangguk mengerti,
Read more
104
" Bagaimana dengan anda? Tuan Gentala. " ucapnya penuh penekanan di akhir kalimatnya. "  apa kamu masih mengejar si hitam? " tambahnya,  Gentala langsung mendelik tajam pada Wuko. " Jangan menatap ku seperti itu, aku kan hanya bertanya. " Lidah Gentala pun berdecih, kedua tangannya terlipat di dada seraya membuang muka sejenak. " Lalu bagaimana kamu bisa  dari perang saat itu? " " Apa?! Aku tak bisa mendengarmu? "  timpal Wuko setengah bercanda membuat mata Gentala kembali mendelik tajamn padanya, ia pun tergelak tak tahan menahan tawa, meski di masa lalu ia dan Gentala tak berada di kubu yang sama dengannya, tapi ternyata menggodanya sangatlah menyenangkan, jika saja ia tak berada  di posisi yang menyulitkannya, mungkin saja dirinya akan menjadi sekutunya dan melawan iblis itu bersama dengan lainnya. Tak tahan dengan sikap pria di depannya, tangan Gentala pun mengepal dengan sempurna, ia kemudia
Read more
105
" Hanya itu saja? " Tanya Gentala dengan setengah percaya dengan apa yang di katakan oleh Wuko, salah satu alisnya terangkat sebelah, awalnya ia berharap bahwa Wuko bisa memberinya sebuah petunjuk, walau pun itu hanya sebuah titik hitam namun, dirinya harus menelan pil kecewa karena terlalu berharap lebih padanya. " Apa tak ada lain lagi? " Kepala Wuko menggeleng. " Lalu bagaimana mana dengan iblis itu? " Tanya Gentala kembali. Salah satu tangan Wuko menggaruk lehernya yang tidak gatal, " Maaf, setelah aku meninggalkan istana itu, aku di sibukkan dengan penguasa gunung lain yang ingin membalas dendam terhadap ku. " Timpalnya secara hati-hati, ia tak mau jika pukulan milik Gentala kembali mendarat di bagian tubuh lainnya. "  Tapi Gentala masih meragukan perkataannya, ia pun menyipitkan kedua matanya, takutnya Wuko ini sebenarnya berpura-pura tak tahu, ia pun mencoba mengancam akan mengurungnya di
Read more
106
Meski Air terjun itu  bukan lah tempat yang patut untuk  di pertahankan seperti ini. Namun, Gentala sangat menghargai dan memuji ketulusan serta kepintaran dari Raden Brama Wijaya, ternyata dia sungguh-sungguh mengabulkan semua  permintaan nya. Sebelumnya, malam sebelum Gentala berangkat ke kerajaan Natu. Malam itu Raden Brama Wijaya mengajak dirinya  untuk  berbicara secara empat mata di kamar pribadinya. Sesampainya di sana, keduanya  terduduk saling berhadapan dengan sebuah meja kecil yang memisahkan jarak di antara keduanya. Salah satu alis Gentala berkedut, melihat penampakan kamar tidur Raden Brama Wijaya yang sangat berantakan, ada banyak  gulungan serta buku yang berceceran di mana-mana dengan Hadiyata yang meringkuk tertidur di atasnya. " Maaf, tempat ini sedikit berantakan. " Raden Brama Wijaya berkata seraya berusaha merapihkan kamarnya, namun malah berak
Read more
107
Sejak lepas dari cengkraman Wuko berkat bantuan Rengganis. Tiba-tiba perasaan Juan menjadi tak enak, ia langsung teringat dengan gurunya. Jika di ingat kembali, akhir akhir ini gurunya sering menghilang dari pandangannya, padahal sebelumnya dia tak pernah menjauh darinya. Ia merasa bahwa gurunya tengah menyembunyikan sesuatu darinya. " Ada apa? Apa ada sesuatu yang mengganggu mu? Sejak tadi, kamu hanya mempermainkan makanan mu. Apa itu tak enak? Jika iya aku akan meminta pelayan untuk menggantinya. " Tanya Ling ling beruntun. " Jika perlu akan memasaknya khusus untuk mu. " Tambahnya. Di sampingnya Rengganis mendelik tajam, sedangkan Wulandari, Kerta Putra, beserta Bajra Mahesa hanya menonton mereka, ke tiganya sudah mulai terbiasa dan tak memperdulikan dengan apa yang terjadi di depan mereka. Kepala Juan menggeleng keras, " Bukan apa-apa, " elaknya. " oh iya, apa kalian melihat guruku? " " Bukankah t
Read more
108
Kobaran api itu terus menyala dan semakin membesar.  Walau gelapnya malam telah menelan Sang Mentari. Tapi, cahaya redupnya mampu menyinari  wajah Gentala yang terlihat pucat. Meski kekuatannya sedang  melemah dari biasanya, tapi tubuh Gentala  tubuh tak  bergeming tak sama sekali. Dengan gagah ia bersama Widura berdiri melindungi Juan, dirinya sudah bersumpah pada dirinya sendiri bahwa ia akan melindungi muridnya apapun yang terjadi meski nyawanya menjadi  taruhan. " Guru, katakan pada ku, bahwa apa yang di katakan pria ini adalah sebuah kebohongan? "  Juan menatap lekat wajah gurunya, kedua tangannya mengepal dengan sempurna, kedua pelupuk matanya sedang menahan  air mata yang siap tumpah kapan saja. Tak ada niatan untuk menjawab, Gentala memilih membisu, walau Agri Brata mengungkap kondisi tubuhnya, namun, raut wajahnya tak berubah sama sekali. Netranya masih menatap Agri Brata
Read more
109
" Guru!! " Pekiknya seraya berlari dengan sempoyongan menghampiri tubuh Gentala yang tertunduk di atas tanah,  tangannya gemetar berusaha meraih wajah gurunya yang sudah tak berbentuk, air matanya mengalir membasahi kedua pipinya, dirinya masih tak percaya dengan apa yang di lihat oleh kedua kepalanya. Sosok hebat dari gurunya yang senantiasa memanggilnya dengan panggilan murid bodoh, kini tertunduk tak berdaya. Di belakang punggung Juan, Widura berdiri melindungi punggung tuannya. Seakan memberinya kesempatan, tubuh Agri Brata pun mundur, membiarkan pasangan guru dan murid itu untuk  bersama sejenak. " Guru, jangan tinggalkan aku. " tangan gemetar  Juan membelai pelan salah satu bengkak di wajah Gentala. Meski luka di tubuhnya amat berat, tapi sebagai sosok guru yang selalu di puja oleh  muridnya itu, Gentala berusaha sekeras mungkin untuk tetap  terlihat kuat. " Uhuk! Uhuk!
Read more
110
Setelah mengikuti arahan Agri Brata, mereka berdua  sampai di sebuah kereta kencana  berlapiskan emas yang terdapat di dalam kegelapan. Kereta kencana  itu juga di lengkapi empat ekor kuda putih beserta seorang kusir yang duduk di bangkunya seraya  memegang tali kekang yang siap membawanya  pergi kapan saja. Tak lupa ada ke empat prajurit  berdiri di sana yang masing-masing ada di setiap sisi kereta kencana tersebut. Melihat kendaraan yang begitu asing untuknya, membuatnya di landa penasaran, ' Apa aku sungguh harus menaiki benda ini? ' Juan pun menolehkan kepalanya lalu menatap pada Agri Brata yang  langsung mendapat anggukan kepala darinya. Karena sudah mendapat persetujuan, tanpa ragu, Kaki Juan pun melangkah masuk ke dalam kereta kencana tersebut yang tak lama di ikuti oleh Agri Brata, Sang kusir pun menarik tari kekangnya dan kereta Kencana pun melaju di dalam gelapnya malam dengan kecepatan sedang.
Read more
PREV
1
...
910111213
...
16
DMCA.com Protection Status