All Chapters of Lelaki Tanpa Kasta Mengguncang Dunia: Chapter 91 - Chapter 100
116 Chapters
Part 91. Rangkulan seorang ayah.
Pagi itu halaman dan koridor rumah sakit agak terlihat sesak. Kebanyakan orang yang datang adalah dari insan pemburu berita. Kemunculan Tuan Junara dan Tuan Besar Sudarta yang terjadi dengan cara tiba-tiba membuat dunia seakan tersentak. Kedua sosok lelaki ini memang merupakan figur kesayangan di semua kalangan. Mereka dikenal sebagai pengusaha yang sangat ramah dan rajin berbagi.Tidak sedikit pula diantara mereka yang datang meneteskan air mata, menangis dan berdoa agar keluarga Tuan Junara segera lepas dari permasalahan yang tengah membelenggu kehidupan keluarga mereka.Karena pengunjung semakin membludak, itu tentu sangat mengganggu kegiatan dokter dan pasien di rumah sakit itu. Dengan segala pertimbangan yang matang akhirnya pihak rumah sakit membuat keputusan untuk menutup sementara pintu utama rumah sakit tersebut. Para awak media diberikan tempat disisi halaman rumah sakit itu. Disana didirikan tenda sementara dan beberapa puluh kursi palstik. Bagaimanap
Read more
Part 92. Ungkapan dosa.
Tuan Junara masih merasa enggan melepaskan rangkulannya dipundak Mohzan putranya. Ingin ia lepaskan seluruh beban rindu yang ia tanggung selama lebih dua puluh tahun lamanya.Perlahan Desma mendekat, ia berjalan perlahan sambil menundukkan kepalanya.“Mas Juna...! Maafkan Desma..!” Hanya itu yang mampu ia katakan setelah ia berada didekat Tuan Junara dan Mohzan.Tuan Junara memalingkan wajahnya yang ia benamkan dibahu Mohzan kepada Desma. Ia lepaskan rangkulan tangannya dibahu putranya itu dengan perlahan. Sejenak ditatapnya wajah Desma yang sembab karena uraian air mata.“Desma..?!”Desma mengangkat wajahnya yang tadi ia tundukkan. Rasa bersalah terukir nyata lewat pandangan matanya.“Desma istriku...!!!” Seru Tuan Junara tertahan dan memeluk Desma dengan erat.Desma juga membalas pelukan Tuan Junara. Mereka menangis dalam kebahagiaan yang telah nyata menjelma.“Semua ini bukan salah Desma..! Tapi ada
Read more
Part 93. Bertemu Dika dan Jery.
Tuan Besar Sudarta tersenyum melihat Tuan Junara datang menggandeng Mohzan. Wajahnya kini sudah terlihat segar walau masih agak lemah.“Papa..!!” Tuan Junara menyalami dan mencium punggung tangan Tuan Besar Sudarta.“Papa sudah kelihatan sehat.” Sambung Tuan Junara sumringah.“Iya.. alhamdulillah.” Sahut Tuan Besar Sudarta lirih.Mohzan mengulurkan tangan menyalami Tuan Besar Sudarta. Ia juga mencium punggung tangan lelaki tua itu.“Kakeeek..!!” Ujar Mohzan dengan suara serak.Tuan Besar Sudarta mengangkat tangan kirinya dan mengusap kepala Mohzan. Dua anak air mulai merembes dari kedua ruang matanya.“Mohzan cucuku..!!” Ucapnya lirih dan haru.“Kakek cepat sembuh yaa..” Kata Mohzan tersenyum lembut menatap Tuan Besar Sudarta.“Yaaah... Sebentar lagi Kakek akan sembuh dan bisa berkumpul dengan kalian.” Jawab Tuan Besar Sudarta penuh semangat.Tuan Bes
Read more
Part 94. Naira ditangkap polisi.
"Hahaha... Kau pikir kau bisa melawan aku hah..??? Dasar anak pungut tak tahu diuntung..!” Hardik Naira sambil menendang tubuh Alpan yang tergolek dilantai.Alpan kaget mendengar kata anak pungut yang dilontarkan oleh Naira kepadanya. Rasa penasarannya terjawab sudah. Pantas Naira tega ingin menghabisinya.“Katakan siapa orang tuaku sebenarnya.” Tanya Alpan lirih dengan mata menyipit yang ia sembunyikan ke lantai.Ia pura-pura seakan sudah benar-benar tidak berdaya.“Orang tuamu...???”“Buat apa kau menanyakan itu, toh sebentar lagi kau akan mati..!” Naira mendesis sinis melototkan matanya kepada Alpan.“Baik..! Jika kau tidak memberi tahu siapa orang tuaku, maka aku juga tidak akan memberi tahumu dimana aku menyembunyikan dokumen-dokumen milik Kakek.” Sahut Alpan memancing. Padahal ia sebenarnya juga tidak tahu dimana dokumen-dokumen itu kini berada.Waktu Naira dan anak buahnya mengejar diriny
Read more
Part 95. Kunjungan Alpan ke Tuan Satya.
"Ada tamu untukmu..!” Tuan Satya menggangguk lalu mengikuti langkah petugas polisi yang membawanya keruang khusus untuk menerima tamu bagi para tahanan.Tuan Satya memang masih menempati ruang tahanan polisi karena harus menunggu persidangan terakhir untuk mengetahui nasibnya.“Alpan..???” Tuan Satya kaget begitu melihat siapa yang datang menjenguknya. Selama ia ditahan, baru ini pertama kalinya Alpan datang menjenguknya.Alpan mengangkat wajahnya yang tadi tertunduk menatap meja tempat ia melipat kedua tangannya.Tuan Satya menarik kursi didepan meja dan duduk berhadapan dengan Alpan.“Apa kabarmu..?” Tanya Tuan Satya nampak kaku.Semenjak ia mendengar berita bahwa Alpan telah bekerja sama dengan Naira merebut harta keluarganya, Tuan Satya merasa hatinya sudah tidak nyaman kepada Alpan.“Alpan sudah tahu Pa... Kalau Alpan bukan anak Papa. Alpan bukan siapa-siapa dalam keluarga besar Sudarta
Read more
Part 96. Sebuah kejujuran.
Bab 95. Sebuah kejujuran.“Tolong izinkan kami masuk...! Kami ingin bertemu dengan Tuan Junara..!” Seorang lelaki terlihat memohon kepada petugas yang menjaga pintu rumah sakit. Ia datang membawa seorang wanita dan seorang anak lelaki berumur sekitar 10 tahun. Kemungkinan itu adalah anak dan istrinya.“Maaf Pak..! Untuk sementara waktu kami membatasi jumlah pengunjung yang memasuki ruangan rumah sakit. Ini demi kenyamanan pasien..!” Jawab petugas keamanan rumah sakit itu mencoba menjelaskan.“Tapi ini sangat penting Pak..! Tolonglah..! Berilah kami izin sebentar saja..?” Mohon lelaki itu berulang kali.Setelah berembuk dengan rekan-rekannya akhirnya petugas itu mengizinkan lelaki tersebut dan anak istrinya masuk kedalam rumah sakit untuk bertemu dengan Tuan Junara. Ia juga memberi sedikit pengarahan dan petunjuk jalan menuju ruang tempat Tuan Besar Sudarta dirawat.Lelaki itu segera memasuki rumah sakit dengan menggandeng
Read more
Part 97. Sorak sorai pekerja.
"Yaa.. ya Tuan...! Saya akan langsung kesana dan bersih-bersih rumah..!” Ujar Ratmi sangat gembira mendapat berita dari Tuan Junara yang menyuruhnya kembali bekerja dikediaman Tuan Besar Sudarta. Mereka sedang berbicara lewat saluran telepon. Ratmi sudah mengabdi dikeluarga Tuan Sudarta lebih dari sepuluh tahun lamanya.“Alhamdulillah... Badai akhirnya berlalu. Aku bisa kembali lagi bekerja..?” Seru Ratmi dengan wajah sumringah. Ia segera berkemas dan bersiap berangkat kerumah majikannya itu.Satu jam kemudian setelah beberapa kali naik turun angkot, akhirnya Ratmi sampai juga di kediaman keluarga Tuan Besar Sudarta. Didepan pintu gerbang sudah berdiri Hardi dan Kisno yang terlihat menjaga pintu gerbang kediaman yang bagaikan istana itu.“Haii Bik Ratmi... Alhamdulillah kita bisa ketemu dan berkumpul kembali..! Sapa Hardi sumringah ketika Ratmi baru saja sampai.“Alhamdulilkah Mas Hardi .. Mas Kisno. Akhirnya kita punya pekerjaan lag
Read more
Part 98. Kembali kekediaman.
Sebuah van memasuki halaman kediaman Tuan Besar Sudarta. Begitu pintu van itu terbuka turunlah Tuan Besar Sudarta, Tuan Junara, Mohzan, Desma, Astuti, ibu Aisyah dan Dika serta Jery.Dihalaman sudah berdiri Ratmi dan Kisno serta Hardi yang tergopoh-gopoh datang bergabung setelah menutup pintu gerbang.“Selamat datang Tuan..!!”“Selamat datang Nyonya..!!”Sambut mereka bertiga dengan gembira. Mereka bersalaman dan berangkulan satu sama lainnya.Tuan Besar Sudarta sejenak memandang kediamannya dari halaman. Kerinduan pada bangunan yang sudah sekian lama menaungi hidupnya tersebut tergambar jelas dimatanya. Hari sudah menginjak malam tidak menghalangi pandangan matanya untuk mengenali setiap sudut pekarangan yang luas dan dihiasi banyak sekali tanaman hias.Hal itu juga dirasakan Tuan Junara dan Astuti. Mereka sangat bersyukur bisa kembali kerumah itu.Sedangkan Desma hanyut dalam kenangan masa silam. Terbayang dalam benaknya semua yang telah terjadi 25 tahun yang
Read more
Part 99. Hilang dalam kegelapan.
Sementara itu Alpan yang duduk bersembunyi dibawah pohon hias disebuah taman komplek itu mendengar teriakan Mohzan. Ia semakin sedih.“Aku bukan Mas mu Mohzan... Aku bukan kakak lelakimu..huhuhu..!” Jawab Alpan yang tak mungkin didengar Mohzan yang terus memanggilnya.“Mas Alpaaaan...!!” Mohzan terus berteriak. Mohzan terus berusaha mencari Alpan namun hanya gelapnya malam dan lampu taman yang ia temukan.Mohzan akhirnya duduk disebuah bangku taman. Keringatnya bercucuran membasahi t shirt yang ia kenakan.“Mas.. dimana kamu Mas Alpan... Maafkan Mohzan kalau Mohzan lalai memperhatikanmu. Kita semua tengah sibuk mengurus Kakek... Bukan berarti kita melupakan Mas Alpan..” Mohzan bicara sendiri dikeremangan taman. Ia meratap dengan rasa bersalah.Alpan yang duduk dibawah sebatang pohon hias mendengarkan rintihan pilu Mohzan yang duduk disebuah bangku persis disamping pohon yang melindungi tubuhnya.“Tidak Mohzan...
Read more
Part 100. Percobaan bunuh diri.
Mohzan dan Dika serta Jery berjalan gontai memasuki kediaman keluarga Sudarta.“Kami tidak menemukan Mas Alpan Kek..!” Ujar Mohzan begitu Tuan Besar Sudarta yang menyambut kedatangan mereka bertiga. Dika dan Jery juga mengangguk dengan tertunduk.“Tidak apa.. Jangan menyalahkan diri kalian.. kalian sudah berusaha sekuat tenaga.” Jawab Tuan Besar Sudarta dengan tersenyum arif.Astuti yang sedang duduk disebuah sofa lalu berdiri dan mendekati mereka yang tengah berbincang sambil berdiri.Ruangan itu nampak sepi. Tuan Junara dan Desma sudah masuk kekamarnya. Ibu Aisyah juga sudah terlelap didalam sebuah kamar yang diperuntukkan untuknya.“Mohzan..! Naiklah keatas dan beristirahatlah.. bawa Dika dan Jery..! Ratmi sudah menyiapkan kamar kalian masing-masing..!” Perintah Astuti.“Iya Nek...!” Sahut Mohzan lalu memenuhi perintah Neneknya. Mohzan mengajak Dika dan Jery menuju lantai atas rumah itu.Dika dan J
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status