All Chapters of Lelaki Tanpa Kasta Mengguncang Dunia: Chapter 81 - Chapter 90
116 Chapters
Part 81. Mohzan dipanggil polisi.
Pagi itu hari minggu langit cerah. Dua orang gadis nampak sedang berbincang santai diatas bangku besi panjang yang terletak disebuah taman kota.Mereka adalah dua siswi sebuah SMU yang baru saja melakukan kegiatan lari pagi. Kedua sahabat itu selalu melakukan kegiatan lari pagi berdua dihari libur. Lalu seperti biasanya pula mereka duduk ditaman sambil menyeruput soft drink.“Aku ingin sekali ikut acara naik gunung itu Sal... Tapi aku takuuuut...!!” Salah seorang gadis terdengar berbicara rada-rada manja. Nampaknya mereka tengah membahas tentang sebuah kegiatan mendaki gunung.“Eeeh ngapain takut Diana.... Kan ada romeo yang jagain kamu... Cieeee... Cieee... Baru jadian udah mau jalan-jalan kepuncak gunung..!” temannya nampak menggoda. Gadis yang dipanggil Diana itu sontak memerah wajahnya.“Iiih... Kamu bikin aku malu Salsaa..!” Diana sedikit berteriak lalu mencubit lengan sahabatnya yang bernama Salsa itu.Salsa tertawa
Read more
Part 82. Pembalasan yang nyata.
Tulang Alpan serasa remuk. Arus sungai yang deras menghempaskan tubuhnya kemana saja bahkan ke batu.Tubuhnya dingin dan pasi karena beberapa jam sudah ia terendam air yang dingin dan berbau.Dengan sisa tenaganya Alpan berjalan menuju pinggir sungai. Gelap malam dan kesunyian kota membuat dirinya terasa asing.Perutnya terasa sangat lapar karena sudah satu hari ia tidak sadarkan diri terdampar dipinggir sungai. Dan kini hari sudah kembali berganti malam.Alpan segera memeriksa kantong celananya untuk mengambil dompet yang tadinya masih tersisa beberapa ratus ribu rupiah.Sial... Dompet itu sudah tercecer dan pasti sudah hanyut dibawa arus air yang deras.“Oooh Tuhaaan..!!! Apa yang harus aku lakukan sekarang..?” Alpan berteriak dimalam buta. Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan Alpan. Kini ia harus berjuang sendiri untuk mempertahankan hidupnya.Seumur hidupnya baru kali ini ia mengalami tidak punya uang sepeserpun. Selama ini hidup
Read more
Part 83. Hari Natal
Hari itu kesibukan nampak sedikit meningkat di asrama. Arya dan beberapa anak lainya sibuk menata sebuah ruangan yang akan digunakan untuk perayaan natal dua orang penghuni asrama. Ya... Heru dan Danius adalah dua orang adik angkat Mohzan yang beragama kristen.Walaupun mereka masih kecil namun Mohzan tetap menghargai keyakinan mereka berdua. Mohzan tidak pernah mempengaruhi apalagi memaksakan agar kedua anak itu mengikuti keyakinannya. Mohzan menerapkan jiwa saling menghargai dan saling menyayangi sesama manusia. Karena itulah Heru dan Danius tidak merasa asing tinggal bersama saudara-saudara senasib dengannya yang mayoritas beragama islam. Bagi mereka, masalah keyakinan adalah urusan hamba dengan sang pencipta. Sebagai manusia kita wajib menyayangi semua ciptaan tuhan dimuka bumi ini. Hamblum minnanas hablum minnallah.Arya dan beberapa orang anak terlihat tengah menghias sebuah pohon natal. Heru dan Danius menatap dengan mata berbinar. Sekali-kali mereka nampak mengajuk
Read more
Bab 84. Pulang kerumah.
“Woooi banguuun...! Udah siang gini masih aja molor. Nggak bisa jalan niih...!” Seorang pemung menendang tubuh Alpan yang melintang dipintu hingga menghalangi lelaki itu untuk keluar.Alpan merasa tulang rusuknya mau patah ditendang laki-laki yang tidak ia kenal itu. Tapi untuk menggeser tubuhnya ia tidak sanggup. Hanya desah nafasnya yang terdengar berat menandakan ia masih hidup.Astuti sedang bersiap-siap untuk pergi mengemis. Dari luar ia mendengar suara sedikit ribut-ribut. Ia bergegas keluar ingin tahu apa yang terjadi. Sesampai disana ia melihat sebatang tubuh tergolek. Tubuh itu membelakangi Astuti. Dari pakaiannya yang menyebarkan bau tidak sedap Astuti membaca tulisan “cleaning service”.“Masih hidup nggak tuuh..??” Seorang pemulung lagi bertanya.Mereka kemudian membalikkan tubuh Alpan.Begitu Astuti memperhatikan dengan seksama, ia lalu menjerit histeris.“Alpaaaaan....!!”“Oooh, dia
Read more
Part 85. Hari persidangan Tuan Satya.
Ruang sidang riuh seketika saat Tuan Satya digiring dua orang perugas kepolisian. Ratusan orang berdemo didepan kantor pengadilan itu. Mereka meneriakkan tuntutan mereka agar Tuan Satya dihukum mati.Mohzan duduk dibarisan paling depan. Ia nampak gelisah mendengar suara massa yang terus menyuarakan tuntutannya. Ia tahu bahwa itu adalah bentuk simpati masyarakat kepadanya dan juga kepada para korban lainnya.Padahal disisi lain Mohzan sebenarnya telah memaafkan kesalahan pamannya itu. Tapi ia tentu tidak boleh pula mengenyampingkan suara masyarakat yang menuntut keadilan.Wajah Tuan Satya nampak kuyu. Tubuhnya jauh lebih kurus dari yang biasanya. Ia kini sudah duduk dikursi terdakwa dengan memakai pakaian seragam tahanan.Sidang sudah berjalan lebih dari satu jam. Arus pendemo terus meningkat dan membludak. “Saudara terdakwa..! Apakah saudara mengakui semua tuntutan yang dibacakan oleh saudara jaksa..?” Terdengar hakim ketua memberikan pertanyaan setelah
Read more
Part 86. Pertengkaran Naira vs Vion
“Saya mempunyai berita penting buat anda Nyonya..!!” Seorang lelaki terdengar berbicara diujung telepon.Naira mengangkat alisnya. Ia tidak mengenal suara itu.“Katakan apa beritamu..?!” Jawab Naira cepat.“Saya mengetahui keberadaan putramu Alpan. Jika anda masih membutuhkan informasi ini maka saya mau bekerja sama dengan anda Nyonya.” Sambung lelaki itu jelas dalam kode bahasa penjahat.Wajah Naira yang tadi tegang langsung berubah senang. Ia memang selalu mencari keberadaan Alpan. Karena Alpanlah satu-satunya harapan baginya untuk dapat mengambil alih semua harta kekayaan keluarga Tuan Sudarta.“Katakan padaku dimana dia..!!” Ujar Naira sudah tidak sabar.“Eit.. tunggu dulu Nyonya Naira yang cantik...! Kita harus buat kesepakatan harga terlebih dahulu.”“Huuuh...!” Naira mengomel sendiri. Tapi ia tidak mau melepaskan kesempatan ini.“Baik... Baik..! Berapa harga y
Read more
Part 87. Menjawab Tantangan Mr. Vincen.
Seorang lelaki dengan langkah agak terburu-buru berjalan diteras asrama seperti tengah mencari seseorang.Kepada seorang anak iya bertanya.“Nak, Bang Mohzan nya ada disini..??”“Ada Pak..! Bang Mohzan masih dikelas.”  sahut anak itu sambil menunjuk sebuah ruangan.Lelaki berpakaian rapi itu mengucapkan terima kasih dan menuju ruangan yang ditunjuk oleh anak tadi. Disana ia agak terpaku untuk menimbang, apakah ia harus menunggu atau mengetuk pintu dan permisi menemui Mohzan sebentar.Setelah berfikir sejenak, lelaki itu nampaknya memutuskan untuk menunggu saja. Ia duduk disebuah bangku panjang yang tersedia didepan ruangan itu.Didalam ruangan terdengar aktivitas belajar dan mengajar. Sekali-kali terdengar peserta bimbingan belajar bertanya kepada Mohzan. Dan Mohzanpun menjawab dan menjelaskan soal yang ditanyakan anak tersebut.Tak lama proses belajar mengajar usai. Para peserta bimbingan belajar menghambur keluar.
Read more
Part 88. Kecurigaan Jery.
“Sudah lebih dari dua minggu kita mencari Tuan Junara, tapi kita belum menemukan apa-apa.” Ujar Jery kepada Dika ketika mereka tengah beristirahat siang. Mereka duduk di bawah sebuah pohon yang cukup rindang di halaman samping cucian motor tempat mereka bekerja.“Sabar Jery... Kita pasti akan menemukan Tuan Junara dan keluarganya. Nanti malam kita akan coba lagi menyusuri beberapa tempat. Mana tahuan nasib baik kita bisa menemukan Tuan Junara.” Sahut Dika menghibur Jery yang terlihat mulai putus asa.Jery membuang pandangan agak jauh kedepan. Disana penglihatannya menangkap sesuatu yang membuat hatinya curiga.“Ada apa Jer..???” Dika heran melihat mata Jery melotot ke suatu arah.“Lihat Bang, sepertinya Jery mengenal ibu itu..!!” Jawab Jery sambil menunjuk seorang wanita yang tengah berbicara dengan dua orang lelaki. Tangan wanita itu menunjuk ke arah sebuah rumah.“Yang mana...??” Dika makin penasa
Read more
Bab 89. Kebakaran.
 “Baaang..!!!  ada kebakaran Baaang...!!” Teriak Jery histeris memanggil Dika.“Kebakaraan..?! Kebakaran dimana Jer..??”“Diseberang jalan Baaang..! Teriak Jery kembali berlari keluar.Dika tersentak kaget. Nasi bungkus yang tengah dia buka ia tinggalkan begitu saja. Dika segera berlari menyusul Jery yang sudah lebih dahulu keluar dari mess mereka bekerja.“Ooh, apinya sudah sangat besar.” Dika dan Jery terlihat ikut panik.Hiruk pikuk suara terdengar dari tempat kejadian yang berseberangan jalan dari tempat pencucian motor tempat Dika dan Jery bekerja.Jeritan minta tolong terdengar jelas dari dalam rumah yang terbakar itu.Lalu dua sosok tubuh manusia nampak selamat keluar dari rumah yang makin dikobari si jago merah tersebut. Sementara rumah itu kini sudah dikelilingi api. Tiupan angin yang cukup kencang menambah cepat api itu membesar.Orang yang datang tidak ada yang berani te
Read more
Bab 90. Tiga jiwa diambang kematian.
Tiga ambulan berkejaran dengan waktu. Tiga jiwa tengah berada diambang kematian. Sirine berteriak membuat malam itu semakin terasa mencekam. Tak lama berselang ketiga kendaraan ambulan tipe minibus itu terparkir di halaman rumah sakit yang luas. Para perawat berhamburan keluar menjemput tiga pasien yang tengah sekarat. Dengan sigap mereka menaikkan ketiga tubuh yang tergolek tak berdaya itu ke atas kereta dorong lalu membawa mereka ke ruang ICU.Memang tidak ada luka bakar yang berarti ditubuh masing-masing korban, namun nafas ketiga pasien itu hanya tinggal satu-satu. Gerakan dada mereka juga terlihat sangat lemah.Wajah-wajah para pengabdi medis terlihat tegang dan terus berusaha sekuat kemampuan yang ada. Mereka mengambil bagian tugas masing-masing untuk mempertahankan nyawa Tuan Besar Sudarta dan Dika serta Jery.Tuan Junara segera menyusul ambulan itu dengan sepeda motornya. Sedangkan Astuti dan Alpan diantar dengan sebuah mobil oleh seorang tetangga yang berbaik
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status