All Chapters of Lelaki Tanpa Kasta Mengguncang Dunia: Chapter 101 - Chapter 110
116 Chapters
Part 101. Aksi nekat.
“Alpaaan....!!! Turun Alpan..!!” Astuti berteriak histeris.Alpan tersentak kaget begitu menyadari sudah banyak orang yang berkumpul diatas jembatan menengadah memandang ke arahnya bahkan meneriakinya.Terlihat juga Astuti menangis meraung-raung dan terus memanggil Alpan yang siap untuk bunuh diri dengan melompat dari sebuah jembatan, dimana jauh dibawah jembatan itu terdapat selat yang terkenal dengan arus yang ganas.Mohzan memutar otak bagaimana cara menyelamatkan Alpan yang terlihat sudah benar-benar depresi. Alpan terlalu larut dalam tekanan perasaan sehingga akal sehatnya kini tak lagi bisa ia gunakan.“Ayah... Ibu... Alpan ingin bertemu kalian. Alpan mau kita berkumpul dialam sana..” Alpan tak henti meratap sambil terus memanjat tiang yang tinggi menjulang diatas jembatan. Sekali-kali terlihat kakinya hampir terpeleset dan itu membuat orang-orang dibawah berteriak histeris dan keadaan semakin menegangkan.“Apa yang harus
Read more
Part 102. Ikrar janji.
“Tuan..! para tamu undangan telah menunggu diruang rapat utama..!” Seorang pegawai Tuan Besar Sudarta memberi tahu.“Baik.. kami akan segera kesana...!”“Hmm... Berapa persen tamu yang hadir..?” Sambung Tuan Besar Sudarta sebelum pegawainya itu berpamitan pergi.“101 persen Tuan..!” Sahut lelaki berpakaian rapi itu membungkuk hormat kepada Tuan Besar Sudarta dan Tuan Junara.“101 persen..??” Tuan Besar Sudarta dan Tuan Junara mengerutkan dahinya.“Iya Tuan... Ada tiga orang perwakilan dari perbankan. Mereka belum kami beri izin masuk keruang rapat karena tidak memiliki undangan.” Ungkap lelaki itu.Tuan Besar Sudarta dan Tuan Junara berpandangan sejenak.“Biarkan mereka masuk... Rapat ini memang diperuntukkan untuk orang-orang dari luar perusahaan.” Tuan Junara memberi perintah.“Baik Tuan..!” Pegawai itu kemudian undur diri.Setelah bersiap be
Read more
Bab 103. Sidang terakhir Tuan Satya.
Berita siang...“Pemirsa...! Hari ini adalah hari yang menggembirakan bagi seluruh para pekerja yang bernaung dibawah perusahaan-perusahaan yang tergabung di Sudarta grup. Mereka mulai kembali bekerja setelah hampir tiga bulan lamanya mengundurkan diri ketika perusahaan-perusahaan tersebut diambil alih kuasa oleh Nyonya Naira.“Tuan Besar Sudarta dan putranya Tuan Junara telah resmi membuka kembali semua pabrik-pabrik, studio patriot televisi dan beberapa proyek yang sempat vakum.”“Alhamdulillah kini semua kembali berjalan seperti semula.” Ujar Astuti yang tengah bersiap menikmati makan siang bersama Desma dan ibu Aisyah. Mata mereka tertuju kelayar televisi yang menempel didinding ruang makan itu.“Alhamdulillah Ma... Badai sudah berlalu dalam keluarga kita.” Sahut Desma sambil menyendokkan nasi kepiring Astuti.Sedangkan ibu Aisyah terlihat ikut tersenyum bahagia dan Desma kemudian juga menyendokkan nasi kepiring
Read more
Part 104. Berkumpul kembali.
“Alhamdulillah, akhirnya mereka berkumpul kembali. Semoga mereka akan rukun dan damai selamanya.” Ujar Santi yang turut menyaksikan jalannya persidangan dari channel youtube disebuah laptop yang ditaruh diatas meja.“Iya Ma, akhirnya Bang Mohzan berhasil menyatukan keluarganya.” Sahut Ramona yang duduk disamping Santi. Mereka berdua selalu mengikuti perkembangan kabar keluarga Mohzan dari berita-berita online.“Sebenarnya mereka semua adalah orang-orang yang baik. Namun kehadiran Nyonya Nairalah yang membuat semuanya menjadi kacau balau.” Sambung Santi mengemukakan pendapatnya.Ramona menganggukkan kepala tanda setuju dengan pendapat ibunya. Matanya masih setia memperhatikan layar laptop yang masih menayangkan siaran langsung persidangan Tuan Satya di Jakarta.Disana masih terlihat Tuan Satya menyalami beberapa orang yang hadir dalam persidangan itu. Tubuh Tuan Satya terlihat lebih kurus dan pandangan matanya tidak lagi kejam s
Read more
Part 105. Setangkai mawar buat Desma.
Malam itu cuaca sangat cerah. Dilangit terlihat bulan bersinar terang bagaikan baginda malam yang tengah duduk disinggasana.Tuan Junara dan Desma duduk berdua disebuah bangku panjang yang ada ditaman samping kediaman mereka. Mereka telah bisa menarik nafas lega setelah masalah demi masalah telah terlewati dengan baik.“Desma...!” “Iya Mas..!Tuan Junara merapatkan tubuhnya ketubuh Desma dan menggenggam tangan wanita itu dengan lembut. Desma membiarkan Tuan Junara memeluk tubuhnya dan iapun menyandarkan kepalanya kedada Tuan Junara.“Kita telah menghabiskan begitu banyak waktu dengan tinggal terpisah. Saat ini Mas tidak ingin kita berpisah lagi untuk selamanya.” Bisik Tuan Junara ditelinga Desma.“Iya Mas, semoga saja tidak ada lagi perpisahan diantara kita.” Sahut Desma lirih.“Desma, kamu adalah wanita yang paling cantik yang pernah Mas temui didunia ini. Mas bersyukur bisa menjadi suamimu.&rd
Read more
Part 106. Sebuah cincin berukir dua nama.
“Saya mau yang itu Mbak..!” Ujar Mohzan menunjuk sebuah cincin yang terbuat dari emas putih.“Yang ini Bang..?” Pelayan toko emas itu mengambil cincin dari etalase dan memberikannya kepada Mohzan.Mohzan menganggukkan kepalanya dan menerima benda kecil itu lalu beberapa saat mematutnya.“Iya Mbak, saya mau yang ini saja. Berapa harganya Mbak..?”“Perlu ditulis nama dibelakang cincinnya Bang..?” Tanya gadis itu.Mohzan mengangganggukkan kepalanya lalu gadis tersebut memberikan secarik kertas dan pena lalu menyuruh Mohzan menuliskan nama yang akan diukir dibelakang perhiasan mungil itu.“Ini Mbak..!” Ujar Mohzan mengembalikan secarik kertas itu berikut penanya setelah ia menulisnya.Gadis itu menerimanya dan membaca sejenak nama yang ditulis Mohzan dikertas itu.“Beruntung sekali gadis yang telah mengikat hati lelaki gagah ini.” Sungut gadis itu dalam hatinya. Dengan ekor ma
Read more
Part 107. Cinta bersemi dilapangan bola.
Sorak sorai bergemuruh dilapangan yang berada dihalaman depan gedung tua yang menjadi tempat tinggal anak-anak jalanan sebelum pindah keasrama.Alpan dan Jery berada dalam satu tim, sedangkan Mohzan dan Dika menjadi lawan mereka. Arya memilih untuk menjadi wasit.Kedua kesebelasan sudah mulai berhadapan dan kini melakukan kick of pertama.“Ayo Jery... Oper sama Angga... Teriak Alpan menyemangati timnya. Alpan bertindak sebagai kapten di kesebelasannya. Dika berusaha merebut bola dari kaki Angga dan ia berhasil mengoper bola kepada Wahyu lalu Wahyu mengoper lagi kepada Dika dan...“Goool...!!”Gol pertama tercipta dari kaki Dika setelah kedua kesebelasan itu berjibaku hampir 25 menit lamanya. Penonton mulai berdatangan dan menyoraki kedua tim yang bertarung. Dania dan Chen serta Soraya sudah tiba pula ditempat itu. Mereka ikut bersorak memberikan semangat.“Ayooo Jery..! Balaaas...!” Terdengar suara seorang gadis
Read more
Part 108. Tangisan Khalista.
“Alhamdulillah, kita sudah bisa kembali kerumah kita Lista.” Ujar Danar setelah  selesai beres-beres rumah. Khalista baru saja pulang dari sekolah.“Iya Pa, syukurlah Tuan Satya kini sudah berubah baik. Kalau tidak entah apa nasib kita selanjutnya.” Jawab Khalista yang ikut merapikan beberapa barang diruang tamu. Sepertinya rumah itu dibiarkan kosong begitu saja, buktinya tidak ada barang yang berpindah tempat. Hanya debu tebal menutupi dimana-dimana.“Pa, Lista rindu sama Mama Santi dan Ramona. Kalau mereka ada disini tentu akan lebih ramai dan menyenangkan.” Kata Lista menghentikan pekerjaannya. Ia duduk bermenung diatas sofa.“Hmmm...!!” Danar menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya ia juga sangat merindukan istri dan anak tirinya itu. Tapi ia tidak tahu dimana mereka berada.Danar berjalan lalu duduk disamping Khalista. Pikirannya juga ikut menerawang kemasa-masa dimana mereka masih tinggal bersama
Read more
Part 109. Pertemuan Khalista dengan Ramona.
“Ya sudah kalau begitu Bu Anggi. Tidak apa-apa kalau Khalista main disini dulu. Asal Bu Anggi tidak direpotkan.” Sahut Danar sangat sopan.“Wuuuiiih... Inikah yang disebut dengan tobat..? Bertanyalah Anggita kepada dirinya sendiri. Ia menyoroti punggung lelaki yang baru saja berbalik badan menuju pintu pagar rumahnya lalu menghilang.Anggita memutuskan untuk kembali keruang tamu rumahnya. Ia belum puas untuk mengintrogasi anak orang. (Hmm.. kepo juga nih si Ibu..πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€)“Tadi Papamu menanyakan kamu Lista..!” Ujar Anggita memberi tahu Khalista. Namun sepertinya gadis itu tiada bergeming. Ia malah menatap sebuah foto berbingkai indah yang terpajang didinding ruang tamu Anggita.“Berliana... Seandainya kamu masih ada, aku pasti bisa curhat kepadamu. Semakin besar ternyata beban hidup bukan semakin ringan Liana.” Ratap Khalista kepada foto Berliana yang merupakan teman bermain kecilnya.Anggita jadi sedih mendengar ratap
Read more
Part 110. Persiapan pertandingan.
Sabtu pagi dikediaman Tuan Besar Sudarta.Kesibukan terlihat diruang makan pagi itu. Seluruh keluarga Tuan Besar Sudarta berkumpul mengelilingi meja makan. Ratmi terlihat sibuk melayani dengan menata hidangan diatas meka dibantu oleh Desma dan ibu Aisyah.Sebuah televisi dengan layar lebar puluhan inci tergantung didinding menayangkan berita pagi.Mohzan duduk berdampingan dengan Alpan dan Tuan Satya berdekatan dengan Tuan Junara. Disamping Tuan Junara ada Desma lalu ibu Aisyah. Sedangkan Tuan Besar Sudarta berdampingan dengan Astuti istrinya yang kini tengah malayaninya dengan mengoleskan slai mangga kepotongan roti yang merupakan kesukaan Tuan Besar Sudarta.“Bagaimana Mohzan..? Mohzan sudah siap menghadapi Mr. Vincent malam ini.?” Tanya Tuan Junara kepada Mohzan yang sibuk memotong roti dengan pisau kecil diatas piring datar.“Insya Allah Pa !” Jawab Mohzan tenang setenang ia mengunyah makanan dimulutnya.“Pemirsa.. hari
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status