Semua Bab Pejuang LDR: Bab 21 - Bab 30
110 Bab
Part 20 Jesika Kalah
Daniel langsung menuju tenda untuk segera merapikan barang-barangnya dan tentunya langsung ke Bandara setelah mendapatkan tumpangan dari salah satu rekan kerjanya.   Daniel juga memberitahukan perihal kepulangannya pada Dissa. Dia tersenyum ketika mendengar pekikan senang dari wanitanya itu. Bahagia sekali hanya mendengarnya.   Setelah menghubungi Dissa perihal kepulangannya, dia langsung berangkat siang itu juga. Sejujurnya kondisi tubuhnya di tentang keras untuk bepergian dengan pesawat. Namun, Daniel mencoba meyakinkan bahwa dia benar-benar bisa mengatasi soal tubuhnya itu. Perjalanan panjang yang ia tempuh hampir 24 jam perjalanan. Jakarta punya langit cerah yang mampu membuat Daniel rindu dengan suasananya. Dia menelepon Dissa bahwa dia sudah sampai di Jakarta. Pria itu memutuskan untuk menunggu sambil duduk di salah satu kafe yang ada di sana.   Dissa meneliti penampilannya dari pantulan cermin. Rambutnya d
Baca selengkapnya
Part 21 Membatalkan Acara Pernikahan
"Tapi, Jesika, bukankah kamu tidak dibolehkan pulang? Tugasmu di sana masih belum selesai." jelas Daniel.Wanita itu tertawa sumbang. "Tugasku itu mendapatkan hatimu, Daniel," batin Jesika.Wanita itu tersenyum singkat. Jujur saja, sulit sekali meluluhkan hati pria yang satu ini. Sudah berbagai cara dia lakukan untuk membuat Daniel melihat ke arahnya, namun yang dia lakukan rasanya hanya sia-sia. Dari kejauhan, dia melihat Dissa yang berjalan menuju ke arah mereka. Terbesit pemikiran untuk membuat Dissa marah. Setidaknya, sebelum menyerah, dia harus terlihat menang setidaknya sekali.Jesika menarik lengan Daniel, membuat pria itu menoleh dan Cup! Sebuah ciuman mendarat tepat di bibir Daniel. Pria itu membulatkan kedua bola matanya, sedangkan Jesika melirik ke arah Dissa untuk melihat ekspresi wanita itu.Dissa membeku di tempatnya. Awalnya dia mendekat karena ingin memastikan siapa wanita yang bersama calon suaminya itu. Namun ketika mendekat, yang Dissa
Baca selengkapnya
Part 22 Heron Marah
Di taman wisata kota, terlihat seorang wanita cantik yang duduk termenung menatap nasibnya yang memiliki cinta tapi tak terbalaskan. Wanita itu adalah Jesika yang berusaha melepas penat yang Pernah dilaluinya mulai ditinggalkan pergi oleh Heron sewaktu ia duduk di bangku sekolah menengah atas. Heron yang merupakan cinta pertamanya, justru memilih Dissa yang termasuk sahabatnya sejak kecil. Walaupun Jesika lebih tua 2 tahun dari Dissa, itu bukan dijadikan permasalahan untuk berteman. Sebenarnya Jesika telah melupakan permasalahan itu dan sudah membuka lembaran baru untuk menyukai pria lain yang bernama Reza, tetapi Dissa datang mengacaukannya. "Sakit... Sakitnya tuh disini," keluh Jesika memegang hatinya dengan tangan kanannya. "hiks... Hiks... Kamu jahat Dissa," Jesika  menangis di depan taman yang dipenuhi oleh kolam mini yang berisi ikan hias dan menatap seorang anak kecil yang sedang bermain berlarian bersama kakaknya. Jesika yang melihat pema
Baca selengkapnya
Part 23 Penawaran Jesika
"Heron tunggu!" panggil Jesika, berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menyusul ke arah Heron. "kau kenapa?" tanya Jesika yang berdiri di hadapan Heron. "Kau itulah kenapa? Mengabaikan keberadaan aku, Jangan-jangan, sekarang kamu sudah ada lelaki yang lain selain aku!" bentak Heron. Jesika mengangkat tangan kanannya untuk menyentuh wajah tampan Heron. "Jangan bilang seperti itu, kau janganlah meragukan hatiku. Di hatiku hanya milikmu seorang, tidak ada orang lain yang mampu menaklukkan hati ini selain dirimu," ucap Sarah menatap sayang ke arah kedua bola mata Heron. "Benarkah?" tanya Heron, dengan mata berbinar. Jesika mengangguk dan membuka kedua tangannya untuk siap memeluk Heron. Heron membalas pelukan Jesika dan membelai puncuk kepalannya dengan sayang. "Jesika kamu memang wanita baik dan polos tapi sayang aku tidak bisa mencintaimu, hatiku hanya mengi
Baca selengkapnya
Part 24 Hati Yang Kau Sakiti
"Benarkah?" tanya Jesika dengan mata berbinar dan mulai memeluk Budi. "Terima kasih... terima kasih Budi, sungguh kau itu teman yang baik. Kau selalu saja tahu apapun yang aku sukai, contohnya tawaranmu saat ini," ujar Jesika."Iyalah, aku tahu kau itu temanku yang merupakan seorang dokter cantik," sahut Budi di hadapan Jesika yang masih tersenyum menatapnya.Wanita itu tersenyum singkat. Jujur saja, sulit sekali meluluhkan hati pria yang satu ini. Sudah berbagai cara dia lakukan untuk membuat Daniel melihat ke arahnya, namun yang dia lakukan rasanya hanya sia-sia. Dari kejauhan, dia melihat Dissa yang berjalan menuju ke arah mereka. Terbesit pemikiran untuk membuat Dissa marah. Setidaknya, sebelum menyerah, dia harus terlihat menang setidaknya sekali.Jesika menarik lengan Daniel, membuat pria itu menoleh dan Cup! Sebuah ciuman mendarat tepat di bibir Daniel. Pria itu membulatkan kedua bola matanya, sedangkan Jesika melirik ke arah Dissa untuk melihat ekspresi
Baca selengkapnya
Part 25 Daniel Menenangkan Dissa
Di sebuah taman yang di penuhi oleh orang-orang yang sedang berlibur bersama keluarga ataupun pacarnya sedang menikmati masa bersamanya tetapi tidak dengan Jesika yang duduk termenung mengingat segala masa lalunya."Hey kamu," ucap seorang lelaki yang berdiri di belakangnya."Bolehkah aku duduk disebelahmu," ucap Budi dengan wajah datar.Jesika menghela nafasnya dan membiarkan Budi duduk di sebelahnya."Ada apa kamu kesini?" tanya Jesika tanpa basa basi."Tentu saja menemuimu," balas Budi yang telah duduk di sebelah Jesika dan menatap datar ke arahnya."Aku tahu itu dan cepatlah katakan maumu," ucap Jesika cetus."Aku mau kamu bersikap bijak dan berjanji tidak akan menggangu hubungan Dissa dan Daniel lagi," sahut Budi yang memastikan semuanya sudah baik-baik saja."Kau tidak perlu mengingatkan aku seperti itu, tanpa kau suruh pun, aku akan melakukannya. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri tidak akan melakukan kesalahan itu l
Baca selengkapnya
Part 26 Resmi Menikah
Dissa tertawa sumbang. Ia tidak tahu apakah ia harus percaya dengan perkataan Daniel atau tidak. Sebab, sudah banyak bukti yang dikirimkan Jesika jika mereka punya hubungan yang lebih dari sekadar rekan kerja. Ia sudah kehilangan kepercayaannya beberapa saat lalu. Ia sudah sabar dan terus menjaga komitmennya."Kenapa aku harus percaya kamu?" Pertanyaan Dissa membuat Daniel tahu jika Dissa sudah benar-benar kecewa padanya. Ia tidak menyalahkan siapa pun di sini. Tapi jika ada yang harus disalahkan, dialah yang pantas—dirinya sendiri."Kamu tidak harus percaya aku, Dissa. Kamu hanya perlu tahu kebenarannya. Soal kamu akan percaya atau enggak, itu bukan kehendakku, karena kamu, perasaanmu, emosimu, itu milikmu sendiri," kata Daniel.Tak lama kemudian, pintu terbuka. Dissa bisa melihat calon suaminya itu masih duduk di depan pintu. Daniel berdiri—menatap Dissa yang wajahnya sembap, matanya merah. Sungguh pemandangan yang tidak Daniel suka. Pria itu menga
Baca selengkapnya
Part 27 S2. Bertemu Budi
Pagi telah menjelang, di sebuah kamar yang penuh dengan hiasan oleh berbagai dekor bunga merekah nan indah dipandang, terlihat seorang wanita cantik sibuk merapikan beberapa peralatan Pakaian dan alat make up yang dibutuhkannya.   "Apakah semuanya sudah selesai?" tanya Daniel yang keluar dari kamar mandi.   "Iya," jawab Dissa singkat. Ia masih membereskan beberapa peralatan Daniel yang akan dimasukkan ke dalam satu koper besar berwarna gold miliknya.   Daniel menatap gerak-gerik Dissa yang berada di sampingnya, yang ia tahu betul bahwa Dissa bersemangat dengan rencana pergi bulan madunya, hari ini. Tanpa terasa ia sibuk mengambil semua pakaiannya dan Daniel.   "Sayang, kamu beneran mau mengisi semua pakaian kita? Jangan terlalu banyak bawa barangnya, cukup bawa pakaian yang bisa kite gunakan selama 1 minggu saja dan jika kurang kita bisa membelikan pakaian yang baru," ujar Daniel dengan ekspresi data
Baca selengkapnya
Part 28 S2. Bulan Madu
Setelah menempuh perjalanan menuju Paris, kini memakan waktu kurang kurang lebih 3 jam, akhirnya pesawat pribadi milik Dissa yang ditumpangi oleh Dissa, Daniel dan 2 pilot telah mendarat di bandara Paris Charles de Gaulle Airport ( GDG ). Daniel dengan santainya membantu Dissa untuk turun dari pesawat. sementara, mereka meninggal Zico yang masih tertidur di dalam pesawat. Zico revando, adalah sepupu lelaki dari adek mama Dilla. Sejak Dissa masih kecil, Zico lah yang menjaganya kemanapun dan kapanpun tetapi Zico yang lebih tua 3 tahun dari Dissa dan saat Dissa menginjak ke banggu SMP, Zico terpisah dengan Dissa. Zico yang lebih mementingkan tentang dunia pendidikan, ia memilh meneruskan SMA luar negeri dan saat Dissa dan Daniel pergi menuju bandara. Mereka bertemu dengan Zico yang sedang menunggu temannya yang akan pulang ke kota kelahirannya. Tanpa sengaja, ia bertemu dengan adik kesayangannya dan saat ini, sikapnya yang posesif menjaga adiknya ikut pergi bersama bulan madu
Baca selengkapnya
Part 29 S2. Dissa Pingsan
Berbeda dengan suasana di dalam pesawat, disana, terlihat seorang lelaki tampan terbangun dari tidur nyenyaknya. Zico menatap ke seluruh ruangan pesawat yang terlihat kosong dan tidak ada siapapun. Zico dengan wajah binggungnya, ia mengaruk kepalanya yang tidak gatal. “Jangan bilang, aku ditinggalkan sendirian di pesawat,” gumam Zico dalam hati, ia berjalan keluar pintu pesawat dan dia menatapi keselilingnya yang ternyata ia sudah sampai di Paris. “Kurang ajar, mereka benar-benar meninggalkanku. Dasar tidak punya perasaan, aku yang super tampan begini ditinggal sendiri di dalam pesawat!” umpat Zico. “Bagaimana kalo aku diperkosa oleh tante girang tadi, aku kan rugi nanti tak perjaka lagi,” ujar Zico menghela nafas berat. Ia mengambil tas kpoer miliknya dan tidak lupa, ia memakaikan kacamata hitam kesayangannya dan pergi meninggalkan pesawat pribadi Dissa. “Dissa, dimana kamu? Apakah kamu baik-baik saja, hidup dengan seorang dokter kejam seperti Daniel
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status