All Chapters of Pejuang LDR: Chapter 11 - Chapter 20
110 Chapters
Part 10 Daniel Memeriksa Dissa
Daniel berjalan menyelusuri lorong jalan ruangan rumah sakit menuju satu ruangan teratas gedung. Setelah, dia sampai di depan pintu ruangan. Dia mengangkat tangan kanannya untuk mengetuk pintu di hadapannya, setelah mendengar perintah masuk dari dalam ruangan. dia membuka pintu tersebut.Daniel menatap keliling seluruh isi ruangan, ternyata benar dugaannya, dia datang terlambat menuju ruangan ini dan mau tidak mau dia harus meminta maaf kepada pemilik perusahaan industri terkaya kedua di dunia."Permisi tuan Dedi, maaf saya datang terlambat tadi saya sedang menangani pasien," jawab Daniel berjalan ke arah tempat tidur dan menatap kedua bola mata berwarna coklat milik Dedi."Tidak apa-apa, silahkan kamu periksa anak saya karena dia tidak bisa mengeluarkan kapas di katenbat yang menyangkut di dalam telinga anak saya," ucap Dedi menatap sinis ke arah dokter magang itu berdiri di sebelah kiri Daniel."Baiklah, saya izin periksaaa...," Daniel menoleh ke arah p
Read more
Part 11 Bertemu Mama Daniel
Setelah beberapa hari menunggu, akhirnya penantian Dissa tentang kabar baik dari terbitnya opini di koran nasional. Membuat si penulis formula sangat bersyukur. Dengan keyakinannya yang kuat, perjuangan tak akan mengkhianati hasil sudah terbukti saat ini.Dengan segera, Dissa mengklik camera pada ponselnya untuk menfoto lembar koran yang berisi tulisan opininya yang terbit di koran nasional. dia melihat hasil fotonya dan mengirimkan hasil foto tulisan opininya kepada dosen pengampu mata kuliah."Alhamdulillah, sudah selesai tugas remedialku. Oh iya, aku update status dulu di akun medsosku supaya teman-temanku tahu," gumam Dissa membuka aplikasi medsosnya.Baru saja, Dissa mengetik caption yang menarik untuk foto opininya. Namun, terdapat notifikasi pemberitahuan pesan masuk di ponsel yang dipegangnya. Dia membuka pesan itu dari seorang kakak tingkat dan betapa terkejutnya saat melihat terdapat satu buah foto yang berisi tulisan opininya yang di fotonya tadi dari
Read more
Part 12 Pria Yang Menyebalkan
Di sebuah ruangan yang dipenuhi oleh tata letak buku yang disusun rapi dan disinilah Dissa berada di perpustakaan umum. Semenjak, dia berhasil menulis opininya hingga terbit. Hal itu menjadi candu baru  baginya. Saat ini, dia sedang nengoprak-aprik isi buku yang dibacanya dan barulah dia mendapatkan ide yang cemerlang."Lebih baik aku catat dulu, beberapa ide permasalahannya. setelah itu, aku susun ide itu menjadi serangkaian kata menjadi setiap kalimat pada paragraf dan menulis referensi menurut pendapat para ahli," gumam Dissa seraya menulis di dalam buku kosong yang telah dia siapkan sejak pergi kesini.Dissa menyusun kembali beberapa buku yang dipinjamnya dan dia mengambil tas untuk bersiap-siap bertemu dengan Ayu di kampusnya.Saat dia berjalan keluar, dia bertemu seseorang yang menghujatnya dan sialnya dia berjalan berpapasan saat keluar dari pintu dan orang itu masuk ke arah pintu yang dia lewati."Kenapa harus bertemu dengannya?" tanya Dissa
Read more
Part 13 Daniel Mencintai Kekurangan Dissa
"Dia pernah apa? ayo lanjutkan?" tanya Ayu penuh selidik dengan temannya ini sepertinya ada yang tidak beres seperti biasanya kalo ada seorang pria meminta nomor ponselnya pasti dia sekedar bertanya tetapi tidak dengan pria satu ini."Pernah mengobrol dengan Jesika," jawab Dissa asal menatap wajah Ayu di sebelahnya."Oh begitu, Jesika dari dulu sampai sekarang suka banget sama si Reza. Makanya, kalo ada Reza, dia selalu ngintilin Reza kemanapun pergi. Dengar-dengar dulu, Jesika pernah menyatakan cintanya kepada Reza tetapi ditolak. Kata si Reza bukan tipe ceweknya tapi kamu tahu sendiri gimana sifat Jesika itu pantang menyerah sebelum menjadi hak sah milik orang lain dia tetap berusaha mendekatinya walaupun menyakiti dirinya sendiri," jelas Ayu panjang lebar."Oh," ucap Dissa singkat."Dissa, cobalah kalo bicara itu yang benar. Janganlah kamu membalas dengan jawaban Oh, Oke, Ya udah. Itu seperti tidak menghargai perkataanku dan rasanya tuh sakitnya disini
Read more
Part 14 Daniel Operasi
"Sayang, kenapa dibatalin lagi acara kencan malam nanti?" tanya Dissa menatap wajah Daniel yang sedang berdiri di hadapannya."Maafkan aku, seharusnya aku tidak merusak rencana kita lagi tapi pemilik perusahaan rumah sakit menyuruhku untuk ikut  bersamanya mengisi acara seminar malam nanti. Tolong sayang, mengertilah, aku berjanji tidak akan menunda lagi. Aku bekerja hanya untukmu, untuk masa depan kita. Aku sayang kamu, ku harap kamu mengerti dengan posisiku," jelas Daniel panjang lebar.Dissa menghela nafas dan mengerti "Baiklah,  aku mengerti sayang dan aku berharap ini adalah janji terakhirmu untuk tidak menunda acara kencan kita lagi," ucap Dissa tersenyum."Terima kasih sayang, kamu memang wanita terbaikku. I love you," ucap Daniel menarik tubuh munggil Dissa ke dalam pelukannya."I love you too," balas Dissa.Setelah melakukan perdebatan hebat tadi yang dilakukan oleh sepasang kekasih muda. Daniel meminta izin untuk pulang lebih aw
Read more
Part 15 Dissa Kecewa
Saat ini, Jesika duduk di samping ranjang sambil menggenggam tangan Daniel.“Apa pun yang terjadi, aku akan selalu berada di sampingmu, Dan. Aku ingin menjadi orang pertama yang kamu lihat ketika kamu sadar nanti. Aku mencintaimu, Daniel. Sangat, sangat mencintaimu.” ucap Jesika menatap wajah pucat Daniel yang masih setia menutupi kedua matanya dan dirinya dibantu oleh beberapa peralatan medis yang melekat di bagian tubuhnya.“Semua usahamu itu sia-sia saja, Jesika.”Jesika menoleh ke arah Budi. “Apa maksud kamu, Bud?” tanya Jesika selidik.Budi tersenyum tipis. “Kamu tidak perlu berpura-pura baik di depan semua orang lagi, Jes. Aku sudah tahu kebusukan hati kamu. Bahkan, aku juga tahu rencana kamu yang ingin menghancurkan hubungan Daniel dengan Dissa. Aku tidak menyangka kamu sekeji itu terhadap temanmu sendiri, Jes.” ucap Budi berjalan ke arah Jesika dengan tatapan tajam bak elang di hadapan Jesika.J
Read more
Part 16 Dissa Mencari Kebenaran
Dila segera menghentikan niat Dissa yang akan beranjak dari tempatnya. Dia menyentuh pundak Dissa. “Kamu mau ke mana, Sayang? Dengarkan Mama! Oke, Mama tidak tahu mana yang benar dan salah. Mama hanya bisa menduga-duga. Pesan Mama, kamu jangan berprasangka buruk dulu kepada Daniel! Terus hubungi Daniel, lalu tanyakan soal foto-foto itu dan kita dengar apa pendapat dia.” jelas Dila panjang lebar.“Mau sampai kapan aku harus menghubungi dia, Ma? Sudah beberapa hari, aku terus mencoba menelepon dia. Hasilnya tetap sama. Bahkan, dia tidak pernah sekali pun balik menelepon aku sejak dia berada di sana. Apa dia tidak merindukanku? Apa dia tidak mencemaskan keadaanku? Apa dia tidak memikirkan perasaanku? Lama-lama, aku merasa seperti pungguk merindukan bulan. Aku merindukan Daniel, tetapi tidak terbalaskan.” ujar Dila menatap kedua bola mata mamanya yang berada duduk di hadapannya.“Sekarang Mama mau tanya sama kamu. Sudah berapa lama kalian berh
Read more
Part 17 Dissa Sedih
Dissa mengangguk. “Sudah, Dok. Namun, nomornya selalu tidak aktif. Saya jadi khawatir. Oleh karena itu, saya datang kemari. Mungkin saja Dokter Agus tahu tentang keadaan Daniel selama di sana.” ucap Dissa.“Maaf, Bu. Sampai saat ini, saya belum mendapat kabar tentang Daniel. Yang saya tahu, masih terjadi perang susulan di sana dan banyak korban yang terluka.” jelas Agus menatap wajah Dissa.Degup jantung Dissa memompa cepat. Rasa cemas mulai menguasai hati dan pikirannya. "Daniel, apa kamu baik-baik saja di sana? Kenapa kamu tidak meneleponku lagi? Banyak hal yang ingin aku tanyakan padamu, termasuk soal foto-foto itu," Monolog Dissa pada dirinya. Berbagai Pertanyaan mulai menguasai pikirannya.Ketika Dissa sibuk menerka dalam hati, Agus mendapat telepon dari Budi.“Halo, Dokter Budi! Kebetulan sekali, Anda menelepon saya. Ada kekasih Dokter Daniel di sini. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan Dokter Daniel. Apa Dokter Bud bisa m
Read more
Part 18 Rencana Kepulangan Daniel
"Sayang ... dengerin Mama dulu. Pernikahan kamu masih beberapa minggu lagi, Sayang. Daniel pasti sembuh dan akan ingat janji kamu, Sayang. Daniel pasti pulang sebelum pernikahan kamu berlangsung," jawab Dia meyakinkan Dissa."Tapi, Ma. Kalau Daniel kenapa-napa gimana, Ma? Siapa yang jagain Daniel di sana?" Dissa menangis."Dissa, kamu harus sabar, ya. Ini ujian yang diberikan Tuhan kepada kamu dan Daniel. Daniel akan baik-baik saja di sana. Di sana juga ada dokter yang handal yang akan menjaga Daniel. Sekarang, kamu istirahat, ya."Dissa hanya mengangguk, lalu berbaring diatas ranjangnya.Hari demi hari, telah dia jalani. Tanpa kehadiran Daniel yang mendampinginya di saat dia jatuh sakit.Dissa yang masih berbaring lemas di atas tempat tidur, terus saja menangis. Dia memikirkan, bagaimana keadaan Daniel sekarang? Apa Daniel sudah siuman atau masih koma? Lalu, Bagaimana dengan pernikahannya yang beberapa bulan lagi dilaksanakan jika Daniel tidak bangu
Read more
Part 19 Dissa Sakit Hati
Daniel mencoba menelepon Dissa lagi, seperti yang diperintahkan oleh Budi. Ketika mendengar suara Dissa, Daniel sedikit lega. Daniel merindukan sesosok Dissa yang biasanya selalu memberikan senyuman sebagai bentuk semangat untuknya. “ Hallo,” sapa Dissa. “Halo, Sayang! Kamu baik-baik saja, kan? Kenapa nomor kamu tidak aktif tadi?” tanya Daniel. “Aku baik-baik saja, Daniel. Tadi ponsel aku low bat," balas Dissa. “Syukurlah, Dissa. Aku kira ada apa-apa sama kamu," ucap Daniel yang mengkhawatirkan Dissa. “Daniel, kamu masih ingat janji kamu, kan? Pernikahan kita sebentar lagi,” kata Dissa. “Aku masih ingat janjiku, Dissa. Secepatnya aku akan pulang," balas Daniel. “Aku rindu kamu, Daniel," ucap Dissa. “Aku lebih rindu kamu. Ya sudah, aku matikan teleponnya. Nanti aku hubungi kamu lagi," ucap Daniel mematikan teleponnya. Daniel berkeliling sekitar Gaza untuk memantau dan melihat keadaan masyarakat di sana. Keadaanny
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status