Semua Bab Mendadak jadi Ibu: Bab 21 - Bab 30
191 Bab
Bab 21
"Kalung-"Iya kalung apa," tanya Nio."Kalung saya sewaktu kecil pak, kalung permata ungu."Nio menghela nafasnya, diusapnya puncak kepala Sabrina dengan penuh sayang."Tenang aja, kalungnya aman sama saya."Sabrina merasa lega, tubuhnya yang tegang kini terasa lemas seketika. Dan beruntung Nio sigap menopangnya hingga tak sampai membuat Sabrina terjatuh."Hati-hati," serunya panik."Makasih pak," lemahnya."Istirahat aja dikamar, nanti bibi yang bawa sarapan kesini.""Nggak, saya harus temenin Sasa kesekolah pak.""Nggak! Saya yang akan bicara sama Sasa, saya nggak mau kamu pingsan dijalan."**Dikampus, Aldo terlihat mengawasi setiap gerak-gerik mahasiswa yang berlalu-lalang. Rey teman satu genk nya merasa heran dengan sikap temannya."Loe lagi nyari siapa sih bro," melihat apa yang dilihat Aldo."Gue nyari cewek kemarin," ucapnya."Cewek apa lagi sih.""Udah diam loe!"
Baca selengkapnya
Bab 22
"Setelah ini datang keruangan saya."Santai Nio berucap, namun Sabrina meresponnya dengan sangat kesal. "Matanya nanti keluar loh," ledek Nio membuat Bulan terkekeh geli."Nanti diganti mata sapi," ketus Sabrina."Enak tuh digoreng." "Ihhh, bikin kesel aja!"Meninggalkan ruang tengah, Sabrina membawa Sasa masuk kedalam kamarnya. Dengan penuh hati-hati mengobati luka putrinya penuh dengan kasih sayang. Sasa yang kelelahan menangis tertidur dipangkuan Sabrina, penuh perhatian Sabrina mengusap pipi gadis kecilnya."Mama sayang banget sama Sasa," gumamnya tak ingin membangunkan anaknya."Sasa juga sayang sama mamanya."Sabrina terkejut mendengar Nio menyahuti ucapannya. Sejak paka laki-laki itu disana ? Itu adalah pertanyaan pertama yang terlintas dalam pikirannya.Nio melangkah masuk, mendudukan dirinya dengan santai ujung ranjang putrinya."Tukang nguping," ketus Sabrina."Buka
Baca selengkapnya
Bab 23
Sabrina menatap lembaran kertas diatas meja milik Antonio, dahinya berkerut saat membaca tulisan yang tertera diatas kertas. "Dokumen pernikahan," gumamnya. Antonio hanya melipat tangan juga menganggukan kepalanya. "Maksudnya ini apa ?" "Udah jelas masih aja nanya, dasar aneh," cibir Nio dengan nada kesalnya. "Pak Antonio, bisa jelaskan dokumen apa ini," menunjukkan lembaran dokumen tepat dihadapan Nio. Dengan kasar Nio merebut kertas tersebut, kemudian ditempelkannya didahi Sabrina sambil berkata," Cepat isi dokumen ini." "Nggak!" "Oh jadi kamu lebih suka digosipin ya," ucap Nio dengan tak jelas. "Nggak usah bertele-tele deh pak, langsung aja," kesal Sabrina mendudukan dirinya dikursi. "Kamu nggak tahu ya jadi bahan gosip diarea rumah?" "Gosip? gosip apa memangnya," herannya penuh rasa ingin tahu. Antonio kemudian menjelaskan semuanya pada Sabrina, termasuk soal dirinya yang dianggap simpana
Baca selengkapnya
Bab 24
Sabrina mengisi dokumen itu dengan pengawasan Nio yang setia berdiri di sampingnya. Mata tajamnya itu tak lepas dari tangan Sabrina yang tengah fokus menulis. "Yang bener kalo ngisi," seru Nio dengan jahilnya. "Brisik banget!" Nio tersenyum mendengar gerutuan Sabrina terhadapnya, ia merasa seperti remaja yang tengah dimabuk asmara. "Lama banget deh ngisinya, keburu kantornya tutup nih," seru Nio. "Yang diisi itu banyak pak, jadi sabar dan jangan ganggu saya." Nio menggaruk kepalanya yang tak gatal itu, ingin rasanya ia terus menggoda wanita disampingnya melihat wajah lucu yang akan diperlihatkannya. Namun ia tak lupa jika wanita disampingnya juga bukan wanita lembut yang diam saja saat digodanya. "Nih," menyerahkan lembaran kertas yang telah diisinya. Nio meneliti semua isi dokumen yang Sabrina isi, senyum mengembang dari bibirnya saat merasa puas dengan apa yang dibacanya. Dikecupnya kepala Sabrina dan berlari keluar d
Baca selengkapnya
Bab 25
Antonio berhasil menyerahkan dokumennya, ia pulang dengan wajah puas juga bahagianya. Namun ia tak tahu jika dirumah semua orang tengah menunggunya dengan perasaan kesal."Kemana anak itu, lama sekali perginya," omel Bulan tak sabar."Duduklah dulu mah, sabar dikit mungkin masih dijalan," ucap Darma menenangkan istrinya."Mana bisa aku tenang pah," mendudukan dirinya."Itu papa," seru Sasa girang mendengar deru mobil Antonio.Dengan langkah riang Nio masuk kedalam rumahnya, menyapa seisi rumah yanga terdiam dengan kehadirannya."Apa yang kamu lakukan Nio," tanya Darma.Nio menatap sekilas Sabrina yang duduk terdiam menundukkan kepalanya, bayangan hal buruk memenuhi pikiran Nio hingga membuatnya dilanda rasa panik tiba-tiba. Ia tak memperdulikan pertanyaan papanya, hanya Sabrina yang menjadi fokus utamanya."Ada apa, apa ada yang menyaktimu?" tanya Nio."Hei bocah tengik, maksudnya apa itu pertanyaannya," kesal Bula
Baca selengkapnya
Bab 26
Ketika malam tiba dan semua larut dalam tidurnya, Sabrina terjaga dalam malam. Duduk termenung ditaman seorang diri, ia memikirkan apa yang akan dilakukannya dengan semua rencana pernikahan yang sudah ditetapkan. Setelah pembiraan tadi sudah diputuskan jika pernikahan dirinya dengan Antonio akan diadakan dalam waktu  dua minggu lagi. Ada sebuah beban yang mengganjal dihati juga fikirannya, apalagi jika bukan tentang wali nikahnya. Ia adalah seorang perempuan, ia membutuhkan sosok papa untuk menikahkannya. Tapi kondisinya tak mungkin terjadi, disaat ia sudah tak  memiliki siapapun namun namanya masih dalam daftar keluarga Taulin. "Sabrina," gumam Darma yang baru saja dari dapur. Darma berjalan mendekati Sabrina, semakin dirinya dekat semakin ia bisa melihat ada raut wajah gusar pada Sabrina. "Apa yang kamu fikirkan nak," tanyanya mendudukan diri disebelah Sabrina. "Pah, kenapa belum istirahat," tanyanya. "Tadi masih ke
Baca selengkapnya
Bab 27
Antonio begitu terkejut dengan apa yang diutarakan Sabrina,  bahkan rasanya detak jantungnya sempat terhenti karenanya. Ditariknya Sabrina lebih dekat dengannya, saling menatap satu sama lain mencari rasa nyaman. "Ada apa, kita sudah sejauh ini dan bahkan semua dokumen sudah masuk," tanya Nio. "Saya nggak bisa pak, jangan paksa saya," berusaha melepas cengkraman Nio pada bahunya. Nio mengeratkan cengkramannya, ia membuat Sabrina menatap dirinya lalu berkata," Apa ini masalah wali nikah kamu ?" Sabrina sempat terkejut namun ia segera mengontrol dirinya dan bersikap tenang. Tak bisa dipungkirinya jika itu adalah masalah yang tak bisa ia lepaskan dari fikirannya. Antonio berasal dari keluarga terpandang, sedang dirinya hanyalah anak adopsi yang bahkan terbuang. "Katakan," seru Nio. "Apa lagi, bukankah bapak juga sudah tau alasannya." "Tapi saya rasa bukan hanya itu yang kamu fikirkan saat ini," tebaknya. Sabrina hanya
Baca selengkapnya
Bab 28
Semua telah dibicarakan, Sabrina tetap akan menemui Max secara langsung untuk meminta restunya. Antonio yang posesif melarangnya, ia takut jika hal buruk kembali menimpa calon istrinya apalagi luka bakar terakhir kali bahkan belum juga kering. Dan sore ini setelah menemani Sasa bermain, Sabrina bergegas menuju kediaman keluarga Taulin. Tak bisa dipungkirinya jika masih ada rasa takut saat menginjakkan kaki kembali kerumah itu, rumah yang menjadi ketakutannya selama ini. "Nggak gue harus bisa, gue harus berani," serunya menyemangati dirinya sendiri. Tanpa diketahuinya, Nio telah meminta beberapa anak buahnya untuk terus mengawasi Sabrina dari kejauhan. Ia tak ingin kecolongan lagi dan membiarkan Sabrina terluka untuk yang kesekian kalinya. Sabrina masuk kedalam rumah dengan perasaan takutnya, bahkan tubuhnya bergetar saat melangkahkan kakinya. Sabrina masuk disambut oleh tatapan tajam Syan yang sedang bermain ponsl diruang tengah. "Ngapain loe
Baca selengkapnya
Bab 29
Sabrina keluar dari dalam rumah Max dengan senyum penuh kesedihannya, ia yang selama ini bersikap baik dan bahkan menerima semua perlakuan mereka harus menelan rasa kecewanya. Sabrina selalu berharap akan ada waktu dimana mereka semua benar-benar menganggap dirinya seorang suadara, tak banyak yang dimintanya dan hanya itu saja. "Sia-sia sudah semua rasa yang gue tahan selama ini, berharap mereka sadar malah gue dibuang," ucapnya tersenyum kecut. Dan pada akhirnya Sabrina pulang dengan rasa kecewa yang teramat dalam, bahkan rasa kecewa itu telah mengikis semua rasa sayang yang dulu dimilikinya untuk mereka. Rasa yang dulu pernah dimilikinya untuk mereka kini sirna tak tersisa. Dalam perjalanan pulangnya Sabrina terus saja memikirkan tindakan Max juga keluarganya, ia yang paham hanya anak adopsi merasa tak pernah disayangi. Lantas ia mempertanyakan untuk apa dulu dirinya diadopsi. Antonio masih menunggu kepulangan Sabrina dengan perasan was-was, wal
Baca selengkapnya
Bab 30
Pagi ini semua nampak sibuk dengan aktifitasanya, Sabrina tak dulu di ijinkan oleh Antonio untuk kembali ke kampus. Dan sebagai calon istri yang baik, Sabrina hanya bisa menuruti ucapannya. Arga mendatangi Sabrina yang sedang menyuapi anaknya makan, duduk disebelahnya kemudian ia berkata," Sayang-sayangnya papa lagi ngapain ini." "Pah, jangan deket-deket mama aku," protes Sasa pada Antonio Sabrina hanya tersenyum menanggapi celotehan Sasa, Antonio bukannya mengalah namun ia malah menjadi menggoda anaknya. Dengan usilnya Nio memeluk erat tubuh Sabrina, menjauhkan tubuh wanita itu dari jangkauan anaknya. "Papa minggir, lepasin mamaa," mencoba melepaskan tangan Nio dari Sabrina. Tak mau mengalah, Nio malah menghujani Sabrina dengan banyak kecupan diwajahnya. Sasa merasa kesal dengan tingkah papanya, namun ia tak tahu harus berlaku apa untuk membalasnya alhasil gadis kecil itu menangis dengan begitu kencangnya. Bulan datang dari belaka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
20
DMCA.com Protection Status