Semua Bab Crescent Moon: Bab 51 - Bab 60
80 Bab
51. Quann vs Soleil
“Apa kau pernah mendengar tentang para vampir yang menjadi musuh bebuyutan kaum werewolf?” Aku sontak menggeleng, “Apa hubungan kalian memang seperti itu?” Aldrich mendesah dan menghela napas berat sesaat sebelum menjawab—sesuatu yang jarang dia lakukan sebelumnya, “Quann dan Marie meninggal di usia yang cukup muda.” Cukup muda? Yang benar saja, Aldrich membuat waktu seribu tahun terdengar seperti hanya setahun baginya. Pria itu kemudian kembali meneruskan, “Aku tidak tahu penyebabnya, tetapi dari cerita yang beredar di keluarga Black selama bertahun-tahun, Quann dan Soleil merupakan musuh abadi.” 
Baca selengkapnya
52. Klan Romanov
“Anggap saja sebagai salam perpisahan,” lanjut Aldrich lagi—kilat jahil sempat terlukis di raut wajahnya, tetapi mataku memilih untuk mengabaikan isyaratnya. “Aku tidak suka menerima lelucon tentang hidupmu, Aldrich. Jadi, berhentilah mencobanya.” “Kau menolakku lagi?” Air mataku kembali berderai menjadi isak tangis yang sontak membuat Aldrich panik, “Apa aku penyebab dari seluruh kekacauan yang terjadi di dunia kalian? Apa aku juga sama terkutuknya seperti makhluk air itu?”  “Tenanglah, Anna. Aku hanya bercanda. Aku baik-baik saja. Aku tidak akan bernasib seperti Quann dan Marie,” aku Aldrich sambil menyentuh kedua bahuku. 
Baca selengkapnya
53. Pembunuhan Misterius
“Kita harus pergi ke portal sekarang, Anna.” Kalimat itu terdengar seperti jemari yang baru saja menampar wajahku. Sudah lama aku tak pergi ke sana, aku bahkan tak mampu mengingat kapan terakhir kali aku menginjakkan kaki di lokasi magis itu. Aku yakin ada sesuatu yang buruk terjadi. Tingkah ganjil Aldrich yang sempat menarik perhatianku tadi seolah-olah menjelaskan semuanya. “Apa yang terjadi?” Aldrich menyahutiku dengan setengah berbisik, “Kau akan mengetahuinya segera.” “Tidak. Beritahukan saja padaku sekarang,” balasku yang bersikukuh untuk meminta penjelasan darinya. “Tidak ada waktu untuk itu, Anna
Baca selengkapnya
54. Sebait Mantra: 'Baik-Baik Saja'
“Ada yang terbunuh, Anna. Aku juga mencium aroma darah Xaferius.” Aku merasa darah berkumpul dan tersirap secara mendadak ke punggungku, lantas seketika surut dari sekujur tubuhku—kering, membuatku nyaris kehilangan kesadaran. Tenggorokanku tercekat, menimbulkan sensasi aneh yang mencekik hingga menyebabkan pasokan oksigen di kantong paru-paruku menyusut dalam sekejap. “Apa yang kau katakan?” cicitku tanpa sanggup menopang bobot tubuhku lagi—menjatuhkan sepasang lututku ke atas tanah dan menyerah pada ketidakberdayaan yang menyergapku. “Bangunlah, Anna. Mengapa kau bersimpuh di situ?” bisik Aldrich yang terkejut melihatku doyong. Aku membeku di tempat, seolah-olah Aldr
Baca selengkapnya
55. Mantra Yang Gagal
Selangkah lagi, maka aku akan mengetahui siapa yang tengah bersembunyi di balik sana. Namun, Aldrich mendadak meneriakkan namaku dengan intonasi nyaring. Nada sumbang yang serta-merta memekakkan kedua telingaku saat makhluk misterius yang mulanya mengintip itu lantas keluar dari cabang-cabang berakar dengan gerakan melompat ke arahku dan seluruhnya berganti menjadi hitam—warna gelap yang hanya ada di dalam kepalaku. Aku kehilangan kesadaran. Hanya selama dua atau tiga menit sebab mataku kembali terbuka setelah Aldrich dan wanita cantik itu terlibat aksi saling dorong-mendorong tak jauh dari hadapanku. Aku meringis selepas pergerakan yang kulakukan mengirim segenap reaksi lain di bagian belakang kepalaku—rasa pusing mendadak menyerang—melengkapi ketidakberdayaan yang melandaku sekarang. 
Baca selengkapnya
56. Janji
Keningku berkerut bingung, kemudian menoleh ke arah yang tengah wanita vampir itu soroti sekarang. Aku sontak mendapati gerombolan sosok yang kukenali berjalan mendekat pada kami—Xaferius dan kelompoknya. Pria itu dalam kondisi yang tak baik-baik saja. Dia terluka. Xaferius-ku. “Apa yang terjadi?” bisikku yang lantas mengambil posisi berdiri tanpa memedulikan jalanku yang masih sempoyongan. “Lihatlah, Aldrich. Manusiamu langsung bergerak ke arah Xaferius berada sekarang. Bukankah itu menakjubkan? Mereka saling merindukan satu sama lain,” komentar Pavla yang memancing emosi Aldrich naik ke permukaan. “Tutup mulutmu!” bentak Aldrich sambil menggertakkan giginya.
Baca selengkapnya
57. Komunikasi
“Dia akan baik-baik saja setelah istirahat,” ungkap Alastair yang mencoba menenangkanku. “Dia kurang tidur, Anna. Dia juga tidak makan dengan benar selepas kepergianmu,” sambung Matthew yang datang dari arah belakang. “Mereka benar. Biarkan dia istirahat. Berikan dia waktu untuk pulih. Itu saja,” tambah Simon yang ikut menimpali. “Baiklah, tetapi bagaimana dengan keadaan portal? Apa Pavla masih berbuat ulah di sana?” bisikku yang masih enggan mengalihkan pandangan dari Xaferius yang sedang tidur di kamarnya sekarang. “Ada Adaire dan yang lainnya. Mereka akan mengurus vampir pembuat onar itu,” sahut Simon dengan nada lembut yang memberikan pengaruh nyaman.
Baca selengkapnya
58. Terbongkar
“Itu Shaunn. Dia tahu kau pasti bersamanya.” Jadi, Shaunn yang mengirimkan kabar itu pada Aldrich. Entah apa yang sedang pria itu lakukan sekarang. Aku langsung meninggalkannya di portal setelah mendapati Xaferius tak sadarkan diri. Namun, kuharap dia tetap baik-baik saja. “Baiklah. Kami harus pergi sekarang,” ungkap Matthew yang mengangguk padaku. Aku kemudian balas mengangguk dan mengulas senyum tipis padanya, “Ya. Kalian berhati-hatilah. Kabari aku lagi.” “Kau tidak perlu khawatir mengenai hal itu.” Mereka bertiga melenggang keluar dari dalam ruangan dengan langkah panjang. Alastair berada di lini terdepan,
Baca selengkapnya
59. Hukuman
“Aku juga tahu perbuatan yang coba kau sembunyikan dariku, Anna. Aku tahu di bagian tubuhmu yang mana yang telah dia lihat dan sentuh,” sambungnya dengan tersenyum samar—tipis dan nyaris seperti bayangan—atau barangkali indra penglihatanku memang membuat kesalahan lain. “Be-benarkah?” “Itu benar. Bukankah sudah pernah kukatakan padamu? Kau tidak akan sanggup menutupi sesuatu dariku, dari kaum werewolf. Aku mencium bau Aldrich di seluruh tubuhmu.” Sial, pikirku. Semua karena Aldrich. Tidak. Bukan, sama sekali bukan. Aku tak boleh menyalahkan pria malang itu sebab kami melakukannya dengan kesediaan diri kami masing-masing. 
Baca selengkapnya
60. Posesif
“Kau milikku, Anna. Milikku. Tidak peduli apa yang terjadi, tidak akan ada seorang pun yang dapat mengubah status itu dariku.” Xaferius seketika menarik tubuhku dan menjatuhkannya dalam dekapan. Kami saling memagut dengan berjuta perasaan yang berkecamuk di benakku. Sulit mengingkari bahwa aku merindukan sekaligus mendambakan sentuhan yang lebih jauh daripada ini. “Aku akan menghilangkan bau sialan ini dari tubuhmu,” geram Xaferius yang mengangkat kepalaku ke atas—mendongakkannya ke arah wajahnya sendiri—dan menciumku dengan lumatan yang luar biasa. Bibir Xaferius mengecupku berulang-ulang kali. Dia merebut napasku dariku—membuatku limbung—nyaris memohon untuk dilemparkan ke dunia yang sering kali membutakanku. Aku terengah-eng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status