All Chapters of Lara Dan Rasa: Chapter 1 - Chapter 10
12 Chapters
Bagian 1
Bagian 1   Cahaya, Aku lihat pacarmu berduaan sama cewek lain, nih!" Baru saja kubaca pesan masuk dari Yulia, Sahabatku.   "Sekarang kamu di mana?" balasku cepat. "Basecamp… Kedai Kopi AH," pungkasnya.   Tanpa banyak berfikir, aku langsung bergegas ke sana untuk memastikan apakah pesan dari sahabatku itu benar adanya, atau hanya prank semata?? Sesampainya di sana, aku berlari menuju rooftop yang berada
Read more
Bagian 2
SEKARANG DAN NANTI   Setelah Mama pergi dari kamar, ku coba sandarkan setengah badan ke ujung spring bed dengan mata dan isi kepala yang belum sadar sepenuhnya. Aku tetap di posisi ini 'tuk berfikir apa yang sebenarnya terjadi?   "Kenapa ya? Kok mimpi itu datang lagi?" gumamku dalam hati, "Kenapa sih mimpinya selalu sama!?Bikin bad mood pagi-pagi!!"   "Astagfirullah Al-Azim. Bukannya mandi malah bengong! Mandi sana, lihat itu sudah jam berapa?" tunjuk Mama ke arah jam dinding di pojok kamar dekat jendela besar dengan
Read more
Bagian 3
BAGIAN 3   -Cling-   “Siang ini. Saya ada kegiatan rapat di luar kampus, untuk siapapun yang ingin bimbingan, saya tunggu sampai waktu makan siang."   Ku buka pesan itu, dan langsung berlari melewati lorong kampus menuju gedung pimpinan kampus berada.   tok-tok-tok “Assalamualaikum.”   “Waalaikumsalam. Silahkan masuk, pintunya tidak dikunci,” ujar Bu dosen yang langsung menyapa, ”Cahaya toh. Langsung duduk saja.”   “Iya, terima kasih, Bu.”   Ibu dosen pembimbing masih sibuk berkutak depan layar monitor, seakan meng
Read more
Di BALIK ALASAN
Lantai 1Ketika sampai di lantai 1, yuli dan cahaya menuju kursi depan meja bar. Mereka duduk untuk mengobrol dengan brian, yang kebetulan sedang sendiri di bar. “Silahkan duduk, sudah di siapkan bangku khusus depan bar untuk kalian,” sambutan hangat brian. Mereka berdua sudah duduk sebelum brian selesai berbicara. Cahaya langsung bicara, “brian, gua pengen beans yang itu tuh,” sambil menunjuk ke arah rak penyimpanan beans di samping alat penggiling biji kopi(grinder). “Ini, ‘kan?” brian memegang beans Brazilia Santos dengan tingkat kematangan tidak terlalu gelap(medium roasting), dan menunjukkannya ke arah cahaya. “Iya bener! Gw nggak pengen bikin sendiri. Hari ini maunya dibuatin yang hot. Pokoknya harus enak!”Ucap cahaya dengan lu
Read more
HARU DAN BIMBANG
"Halo semuanya! I'm coming," teriaknya keras mengejutkan kita semua. “Gua bawa hadiah untuk kalian semua loh," tambahnya. Ia mendekat menuju meja bar, dan menunjukkan plastik hitam besar berukuran 5 liter dengan wajah riang penuh gembira.  Dibuka secara perlahan namun pasti dengan penuh keyakinan.  Ia berujar, "Are you ready guys? Tiga, dua, satu, dan ..."  Cahaya, Yulia terkejut melihat isi plastik tersebut. Ternyata... Hanya berisi kopi mentah(green beans) sebanyak tiga kilo untuk brian.   Yulia terlihat sangat marah, melihat kelakuan orang tersebut. “Aya!!! Temen SMA lo tuh nyebelin banget anjir kelakuannya kaya elu sumpah! Gw nyesel kenal sama kalian berdua pokoknya! Udah penasaran. Kirain duit segepok hasil rampokannya, eh ternyata cuman kopi tiga kilo. Udah gitu mentah lagi! Emang nggak punya adab!” yulia mulai panas menghadapi sahabat cahaya zaman SMA yang kelakuannya sebelas
Read more
KEPUTUSAN
Cahaya memulai dengan segelas air putih sebelum berbicara,”Oke, gua tuh bingung tau, kuliah kan dua minggu lagi ujian, terus kalau latihan kompetisi emang cukup dua minggu?” “Kalau ragu-ragu mending gausah, buang-buang duit, buang-buang waktu, nyusahian brian yang ngelatih lu!”“Elu yakinin diri lu, bikin keputusan matang.”“Katanya lu nggak mau ngabisin uang buat nongkrong kagak jelas, ini kesempatan buat lu ngebuktiin.”“Gitu aja bingung, aneh lu.”Ucapan to the point di sampaikan alex yang mengejutkan cahaya. “Alex, sumpah mulut lu nggak punya saringan apa,” miya mulai geleng-geleng.“Alex benar juga sih, tetapi nggak gitu juga kali. Sekalinya ngomong nyakitin,” yulia ikut-ikutan. Cahaya menanyakan kepada brian. “Brian, pendaftarannya gimana? Buka pendaftaran kapan? Batas pen
Read more
PERLAHAN TAPI PASTI
POV CahayaPertama, aku gigit terus kunyah kopinya, biar ada gambaran suhu air, dan gilingannya seperti apa.“Aduh, gimana ya? belum pernah bikin kopi kaya gini lagi.”“Tenang cahaya, pelan-pelan pikirin.”Aku terus bertengkar dengan logika. “91… eh 92 deh… bentar takut kurang tinggi… 95 aja deh, sekali kali coba ah, orang ini terang banget kopinya” aku bergugam sendiri, untuk menentukan langkah menyeduh kopi.Aku langsung menimbang biji kopi di timbangan(scale), memasukkan kopi di grinder, kemudian mengatur tingkat kekasaran ke tingkat medium(menengah) di nomor 3,5 dari 7.ku giling kopi, lalu ku masukkan ke dalam gelas plastik, tak lupa ku tutup tissue. Selanjutnya ku ambil air, memanaskan sampai mencapai suhu 95 derajat, menggunakan teko(kettle) dengan suhu digital
Read more
MENCOBA DAN TERUS BELAJAR
Bagian 8. Mencoba Dan Terus Belajar Cahaya sudah membuat kopi dua kali, dan sekarang giliran brian yang menyimpulkan hasil latihan hari ini.Disaat yang sama ; cahaya sangat murung. Cahaya sepertinya kecewa karena gagal memenuhi ekspetasi rekan-rekannya yang tinggi terhadap dirinya. Cahaya mengatakan, “maaf kak brian. Seduhanku kurang maksimal.” Brian hanya diam setelah mendengar ungkapan maaf dari cahaya ; alex pun tertawa terbahak-bahak melihat cahaya. Alex menyindir cahaya, “Minta maaf mulu! Lebaran masih jauh,” alex meminum kopi cahaya perlahan dan melanjutkan ucapannya, “Salah boleh! Minta maaf boleh! Kalo salah mulu namanya kebangetan! Udah gitu salahnya sama terus! Kebangetan namanya.” Alex mengakhiri ucapannya dengan mimik wajah datar tanpa ekspresi penuh tatapan tajam melihat cahaya. Cahaya cemas melihat ekspresinya
Read more
RENCANA
Bagian 9. Rencana  Cahaya pun kembali ke rumah dengan wajah ceria yang terpancar cerah depan kedua orang tuanya, ia memberi salam, mencium tangan, dan tak lupa berpamitan menuju kamar seperti wanita pada umumnya. Papa dan mama yang melihatnya seakan merasa cahaya baik-baik saja tanpa ada beban ataupun masalah yang ia alami. Cahaya bergegas menuju kamar di lantai 2, mengunci kamar rapat-rapat. POV Cahaya“Aku jenuh…”“Aku muak…”“Aku benci keadaan…”“Kenapa aku harus bertingkah marah depan mereka semua, aku benci sama diriku sendiri yang disindir dikit aja langsung nangis…” Aku hanya menangis memeluk boneka yang lusuh dengan erat. Aku hanya bisa melakukan ini, karena aku lemah tak punya siapa-siapa untuk bercerita!? Beberapa jam kemudian…
Read more
REFLEKSI DIRI
Bagian 10. Refleksi Diri Berjalan perlahan menuju meja belajar kamar untuk duduk sejenak, dan membuka buku harian. Ia terlihat bingung memandangi buku tanpa melakukan apapun ; hanya diam membeku. Cahaya pun mengambil pena kemudian mulai menuliskan kata per kata dengan wajah serius tak bergeming, Sudah beberapa halaman yang ditulis hingga air matanya menngalir deras membasahi buku catatan hariannya. Tanpa dihiraukan ; ia melanjutkan menulis di buku yang terlihat basah karena air mata. Cahaya mengakhiri tulisannya, dan membacakan isi tulisannya seraya menyeka air mata.“ Catatan harian hari ini. Aku menulis dengan pelan sebuah kisah nyata yang ku alami. Setelah sekian lama aku putus dari bima, aku merasa lebih baik daari yang seharusnya. Sekarang aku sudah bisa mengobrol dengan lawan jenis, aku juga bisa lebih fokus pada hobiku kini.” “Aku yang
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status