Share

Bagian 2

SEKARANG DAN NANTI

Setelah Mama pergi dari kamar, ku coba sandarkan setengah badan ke ujung spring bed dengan mata dan isi kepala yang belum sadar sepenuhnya. Aku tetap di posisi ini 'tuk berfikir apa yang sebenarnya terjadi?

"Kenapa ya? Kok mimpi itu datang lagi?" gumamku dalam hati, "Kenapa sih mimpinya selalu sama!?Bikin bad mood pagi-pagi!!"

"Astagfirullah Al-Azim. Bukannya mandi malah bengong! Mandi sana, lihat itu sudah jam berapa?" tunjuk Mama ke arah jam dinding di pojok kamar dekat jendela besar dengan gordyn yang masih rapat. Ia pun meninggalkanku dengan tangan di kedua pinggul, disertai mulut yang masih mendumel pelan, tak lupa tatapan ia sangat tajam penuh kekesalan.

"Aku mandi dulu," teriakku seraya menutup pintu cukup keras! 

-Brak-

Menjengkelkan…. Itulah kata yang cocok menggambarkan kondisi pagi ini, yang membuat ku terpaksa membuka gordyn, membuka jendela selebar-lebarnya, hingga membereskan selimut berantakan, spray tak berbentuk, dan bantal-guling yang berserakan dimana-mana. 

Aku bergegas mandi secepat kilat lalu memakai outlife style casual apa adanya untuk hari ini, dengan make up asal-asalan asal jadi tanpa memikirkan cocok-cocokan penampilan yang sempurna seperti mahasiswi pada umumnya.

Aku pun sudah siap pergi. Tak ketinggalan kubawa tas brand lokal limited edition pemberian mantan saat Anniversary tahun ketiga.

-Krek-Krek-

-Tep-Tep-Tep-

Papa:"Hebat! Punya anak perawan satu bangunnya jam delapan."

Aku bodo amat dan meneruskan menuruni anak tangga.

Mama:"Jangan gitu, Pah! Dia udah bangun pagi jam enam. Itu pun Mama bangunin paksa sih! Tadi Kakak teriak-teriak pas mimpi mergokin mantannya selingkuh dulu,"

Papa:"Sini cepetan!"

Aku duduk persis di depan Papa.  

-Sret-

Mama:"Bisa nggak sih pelan-pelan? Bikin malu Mama sama Papa, dikira Orang tua nggak pernah ngajarin etika tata krama."

"Iya, Mah. Maaf, lupa ; nggak inget."

Papa, Mama makan sangat lahap menu ayam goreng lalapan dengan sambal goreng terasi karya Mama, sedangkan Aku memilih roti oles selai yang kumakan penuh kebencian dengan tatapan melotot tajam.

Papa memulai obrolan,"Kenapa gagal sidang seminar pas semester tujuh kemarin?"

"Aku gagal karena belum kelar."

"Oh gitu… Yaudah kalo semester delapan ini kamu telat sidang seminar, bahkan gagal skripsi sampai tidak lulus tepat waktu. Papa langsung jodohin Kamu sama anak temennya papa!"

-Brak-

-Gebrak meja-

"Maksudnya apa!" bentakku.

"Papa sudah biayain Kamu ke Psikolog, sudah ke Psikiater juga! Pengobatan sudah dinyatakan selesai. Kenapa masih gagal seminar? Ini keputusan sudah bulat! Mau nggak mau, suka nggak suka ; Selesaikan kuliahmu!" bentaknya dengan lengkingan yang amat keras.

"Jodoh ditangan Tuhan, tetapi Aya nggak mau dijodohin dengan cowok yang Aya nggak kenal!" bentakku kembali.

"Begini ya, Setelah Kamu ditinggal nikah. Kamu fokus nyembuhin luka, tetapi Kamu tidak fokus memperbaiki diri, Kamu juga tidak fokus dengan hidup Kamu sendiri. Kamu malah fokus dengan hal-hal yang tidak jelas."

"Papa tidak mempermasalahkan Kamu punya hobi sebagai penyeduh kopi rumahan. Papa tidak mempermasalahkan Kamu beli alat kopi untuk menyeduh kopi di rumah. Kamu punya hobi itu kan setelah kamu hancur. Papa seneng kamu punya hobi positif, tapi Papa kecewa karena kamu fokus healing sampe ngorbanin kuliah."

"Intinya satu. Gagal lulus tepat waktu langsung Papa Jodohin!" akhiri Papa.

-Brak-

-kraaang-

"Sabar Pah jangan banting piring," teriak Mama dengan tatapan berkaca-kaca.

"Kalian semua nggak pernah ngertiin anak! Dasar Orangtua egois!"

Aku berlari menuju luar gerbang, dan memesan ojek online dengan linangan air mata yang membuat mataku terlihat sembab.

Perlahan ku usap dengan tissue yang selalu ada dalam tas sampai tak terlihat habis menangis.

"Dengan Mbak Cahaya Puteri Utami," ucapnya.

"Iya Pak. Sesuai aplikasi ke Kampus dekat perbatasan," sahutku pelan.

Aku pun pergi menuju kampus.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status