Share

Lara Dan Rasa
Lara Dan Rasa
Author: Lara Sandyakala

Bagian 1

Bagian 1

Cahaya, Aku lihat pacarmu berduaan sama cewek lain, nih!"

Baru saja kubaca pesan masuk dari Yulia, Sahabatku.

"Sekarang kamu di mana?" balasku cepat.

"Basecamp… Kedai Kopi AH," pungkasnya.

Tanpa banyak berfikir, aku langsung bergegas ke sana untuk memastikan apakah pesan dari sahabatku itu benar adanya, atau hanya prank semata??

Sesampainya di sana, aku berlari menuju rooftop yang berada di lantai 3, Yulia menghentikanku seakan mencoba menenangkan agar tidak berbuat macam-macam kepada mereka. Ku dorong Yulia hingga tersungkur, dan ku buka pintu di lantai 3 menuju halaman luar Rooftop.

Ternyata benar kekasihku sedang bermesraan dengan cewek yang masih satu almamater denganku waktu sekolah menengah atas. Ia asyik mengobrol dengan tangan memainkan rambut panjang cewek itu di depan umum. 

Aku bergegas, dan kutarik lengannya yang seketika membuat mereka terkejut akan kehadiranku.

"Kamu ngapain di sini?" ungkapnya lantang.

"Kamu yang ngapain di sini!?" bentakku, "Apa maksudmu mengelus rambutnya di tempat umum di tempat kita sering bersama!?"

Aku mengamuk tanpa belas kasihan. Ku bentak lantang di depan umum dalam keadaan kedai yang ramai pengunjung. Tanpa perduli pengunjung kiri, dan kanan, ku bentak dia sampai si cewek menangis menjerit.

Teriakanku keras, dan lantang.

"Dasar cowok kurang ajar!!!"

"Dasar cowok bajingan!!!"

"Kamu juga! Dasar cewek murahan!!!"

"Brengsek kalian berdua!!!"

Aku menampar kekasihku, dan aku berlari menarik rambut si cewek yang membuat seisi kedai histeris.

Sahabatku mendekatiku mencoba menenangkanku, tetapi aku makin menjadi-jadi sampai meronta-ronta, mencaci-maki selingkuhan kekasihku.

Ku jambak rambutnya, ku tarik makin keras sampai membuatnya berteriak. Tak sampai di situ saja, ku maki dia dengan suara lantang, "Dasar cewek nggak tau di untung! Murahan! Sini… Gua bayar lo! Gua masih sanggup bayar cewek murahan kaya lo!"

Si cewek hanya menangis, dan berujar pelan "Lepasin gua, dasar Cahaya sialan… Sayang… Tolongin aku."

Kekasihku datang membentakku, "Cewek sialan! Kelakuan lo tuh kasar!!! Nggak cocok sama kepribadian Gue! Kita putus aja. Gue muak punya cewek cerewet, tukang ngatur, kasar, dan brengsek kaya Elo!!!"

Aku memejamkan mata sejenak, dan membuka mata kembali.

"Elo yang kurang ajar!!! Dasar brengsek!!!"

"Dasar cowok bajingan!!!"

Aku terkejut… Ternyata Aku ada di kamar melihat Mama yang ada di hadapanku.

"Kamu kenapa, Kak?" tanya Mama.

Aku merasa malu karena berteriak keras dalam mimpi membuat Mama panik, "Nggak,Mah. Aku nggak kenapa-napa. Aku mimpi buruk aja kok, nggak ada yang perlu Mama takutin."

"Kamu cerita aja sini sama Mama, kamu mimpi apa?" lirih Mama dengan tangan lembutnya mengelus kepalaku secara perlahan.

Aku berteriak dengan isak tangis amat keras, ku peluk Mama dengan erat, makin erat, dan makin kencang suara tangisanku.

Mama tampak sabar menenangkanku, Ia berkata, "Nangis aja, Kak. Ungkapin apa yang kamu rasain. Mama akan selalu ada di sampingmu, selamanya."

Tangisanku makin kencang seperti anak kecil yang merengek meminta dibelikan balon warna-warni berbagai bentuk binatang.

"Udah, ini minum dulu susu panasnya."

Ku lirik ke arah Mama yang sangat sabar menenangkanku. Aku mencoba 'tuk diam, dan mengambil susu putih panas pemberian Mama.

"Aya mimpiin Bima lagi, Ma. Aya capek mimpiin kejadian itu terus. Setahun loh, masa iya Aya harus bermimpi tentang Bima terus-menerus."

"Aya bingung harus gimana?? Aya mau sembuh dari luka itu. Namun, selalu saja kejadian itu terngiang-ngiang di kepala Aya!? Bahkan sering muncul di mimpi kaya sekarang."

Mama seperti meneteskan sedikit air mata, tetapi ia menutupi dengan tangan yang mengelus kepalaku, dan memalingkan pandangannya melihat ke arah jendela kamar yang masih tertutup rapat.

Mama berkata,"Sabar. Insya Allah Kak."

"Sekarang, pelan-pelan nikmatin aja hidupmu. Kamu masih muda loh, lagian bentar lagi kan kamu sidang skripsi, Kak. Fokusin aja dulu, nanti kamu juga lupa sama rasa sakitnya," lanjut Mama tegas.

"Capek, Mah."

"Udah coba Move On, tetapi nggak bisa."

"Kak, kamu inget nggak waktu pertama kali Kamu mergokin Bima selingkuh?"

"Inget. Aku masuk Rumah Sakit," suaraku lirih.

"Waktu itu, kamu di Rumah Sakit tujuh hari, terus kamu juga konsultasi ke Psikiater 'kan?" lanjut Mama.

"Iya, Mah. Terus apa hubungannya Mama nanyain itu lagi?" ungkapku dengan lantang.

Mama pun berkata, "Kamu ke Psikiater selama tiga bulan loh ; untuk penyembuhan mentalmu. Kamu sebenarnya sudah Move On dari kejadian itu, tetapi Kamu sendiri yang belum menerima kenyataan pahit. Apalagi ketika Kamu bermimpi buruk!? Kamu seakan-seakan kembali ke masa lalu seperti saat pertama kamu masuk Rumah Sakit."

Aku mulai kesal, dan membantah Mama, "Lah namanya juga mimpi, apalagi itu nyata, dan pernah aku rasain! Rasa sakitnya itu masih terasa sampai sekarang, Mah!"

"Inget pesan Mama, Nih. Dengerin baik-baik,ya! Jangan masuk kuping kanan, keluar kuping kiri doang. 'Kamu bisa ngelupain orangnya, kamu bisa melupakan kisahnya, tetapi tidak kenangannya' jadi Kamu harus memahami itu. Sampai kapanpun Kamu tidak akan pernah melupakan kejadian mergokin Bima selingkuh. Namun, Kamu bisa berdamai dengan lukamu agar Kamu menjadi orang yang lebih kuat," akhiri Mama.

Tanpa basa-basi Mama pun pergi meninggalkan kamar, meninggalkanku sendirian yang terdiam, merenung sambil berfikir setelah mendengar ungkapan dari Mama yang langsung menusuk jantung hatiku paling dalam.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status