All Chapters of PERNIKAHAN TERLARANG DENGAN MUSUH KELUARGA: Chapter 11 - Chapter 20
160 Chapters
BERTEMU
Sera berada didalam mobil, ditemani oleh 2 orang asistennya yang tak lain adalah Rudi dan Anton menuju kediaman keluarga Giory. Sera sibuk melihat kearah jalanan, ia tak dikawal bodyguard takutnya wartawan curiga dan malah mengekutinya dari belakang. Mobil yang Sera naiki tergolong kecil, tidak sebesar biasanya.    Perempuan itu melihat-lihat HP, ada pesan dari nomor yang tak ia kenal. Sera membaca pesan itu, dikalimat terakhir tertera nama Arsya disana.    "Paman, berhenti didepan," ucap Sera, pesan tadi berisikan jika ia harus berhenti dijalan depan dan naik menuju rooftop gedung yang ada disana.    "Emang kenapa, nona?" tanya Rudi, ia mengurangi kecepatan mobilnya.    "Aku akan dijemput oleh Arsya," ucap Sera.    Rudi mengangguk paham lantas dirinya memberhentikan mobilnya tepat didepan gedung. Sera memakai hoodie oversize dan kaca mata hitam, ia seger
Read more
BODOH!
"Menikahlah denganku, atau perusahaanmu akan bangkrut detik ini juga."   Degg   Degg   Sera terpaku ditempat, berharap ia salah dengar. Otaknya seakan tak berfungsi, hening menyelimuti mereka selama beberapa menit. Semua diam dengan posisi masing-masing, Sera dengan wajah polosnya menatap Arsya. Sedangkan Arsya, lelaki itu menatap Sera dengan pandangan yang sulit diartikan.    "Jawab peryataanku Sera," ucap Arsya geram.   "Ha?" tanya Sera dengan mulut terbuka.    Arsya mengulangi ucapannya dengan menggunakan batin. Benar, Sera tak salah dengar lelaki itu mengajaknya menikah. Entah ucapannya benar atau hanya tipuan belaka.   "What? Kita musuh dan kau mengajakku menikah?, yang benar saja?!" maki Sera setelah ia sadar apa yang diucapkan Arsya tadi.    "Itu pernyataan bukan pertanyaan," tutur Arsya tersenyu
Read more
KEPIKIRAN
Sera mengerjapkan matanya, ia merubah posisinya yang semua tertidur miring menjadi duduk. Perempuan itu memutar-mutar kepalanya, Sial! Paha Arsya keras sekali sampai-sampai membuat kepalanya terasa pegal. Sera beralih menatap Arysa yang masih asik bergelung dialam mimpi.    Tangannya terulur untuk menyentuh rahang tegas milik lelaki itu, pahatan wajahnya sangat sempurna. Bibirnya merah membutikkan kalau Arsya bukan perkok, mungkin. Alis lelaki itu juga tebal dan jika tertidur wajahnya terlihat damai tak ada raut wajah menyeramkan yang biasanya ditampilkan oleh Arsya.    "Puas memandangiku?" Lelaki itu tiba-tiba membuka matanya.    Sera langsung membuang muka, ia merutuki dirinya mengapa bisa ketauan seperti ini?. Percayalah ia tengah malu sekarang, Arsya memergokinya?!. Siapapun tolong kasih Sera ilmu menghilangkan diri.   Arsya mengerakkan kepalanya yang terasa pegal ke kanan dan ke k
Read more
MEMINTA IJIN
Sera berjalan keluar dari arah lift, pagi ini ia menyuruh keluarganya untuk berkumpul di ruang keluarga. Ya.. Hari ini akan Sera sampaikan kepada mereka tentang Arsya yang mengajaknya menikah. Tentunya Sera tak akan bilang jika ia menerima tawaran Arsya hanya karena ingin mengetahui masalalu penyebab 2 keluarga bermusuhan hingga 5 generasi.   Bisa Sera lihat jika papa, mama dan opanya sudah duduk manis disofa. Perempuan itu duduk diantara mama dan papanya. Pagi ini ia tak ikut sarapan bersama mereka, karena dirinya mempersiapkan nyali untuk berbicara dihadapan mereka.    "Sudah makan?" tanya Citra, Sera mengangguk tadi ia sempat sarapan di kamar setelah maid mengantarkan makanan untuk dirinya.    "Era ... mau bicara serius sama kalian," tutur Sera, ia mencoba menormalkan detak jantungnya yang berdetak tak karuan.   "Ngomong aja sayang, ngapain minta izin?!" balas Rama, pria berusia setengah
Read more
SATU APARTEMEN
Setelah membicarakan tentang menikah kekeluarga masing-masing kini Arsya dan Sera berada diapartment milik, Sera. Tentu saja keluarga masing-masing tak ada yang tau jika mereka bertemu. Arsya sudah mematikan pelacak yang ada dijam tangannya supaya ayah dan kakeknya tak mengetahui keberadaannya. Begitu juga dengan Sera, keluarganya hanya tau jika ia berada dikantor guna melihat keadaan disana.  "Bagaimana yang kemarin?" Tabya Arsya, mereka duduk disofa dengan tv menyala. Tenang saja, mereka tak sendirian diapartment. Disana juga ada 1 orang asisten Arsya dan Sera yang berada diruangan berbeda. Masing-masing asisten mereka sudah mengetahui tentang rencana kedua tuannya. Tentunya Arsya dan Sera menyuruh mereka tutup mulut, untung saja mereka bisa diajak kerja sama.  "Ya, aku menerima ajakanmu untuk menikah. Tapi yang mendukung hanya mama saja." Balas Sera.  "Aku juga." Jawab Arsya, masing-masing hanya mendapa
Read more
SUDAH MENDAPATKAN RESTU
Kini Arsya sudah sampai dikantornya lelaki itu langsung turun dan masuk menuju ruangannya. Dan benar saja, kakeknya sudah berada disana duduk disofa dengan kaki diangat satu tengah menatapnya tajam. Arsya mencoba bersikap biasa saja, lantas ia duduk disebelah Wisnu.  "Kakek ngapain kesini?" Tanya Arsya basa-basi, sebenarnya ia sudah mengetahui tujuan Wisnu datang kesini.  "Tak boleh?" Tanya Wisnu balik.  Arsya menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Maafin sifat Arsya tadi kek, Arsya bener-bener ngak nyadar udah bentak kakek." Ucapnya, sengaja ia bilang seperti itu supaya Wisnu tak menanyakan kemana dirinya pergi tadi.  Wisnu menatap Arsya dari atas sampai bawah tak ada raut kecurigaan diwajahnya karena Arsya memakai setelan jas lengkap, "Cucu kakek tak pernah bersikap seperti itu." Sarkasnya.  "Maaf kakek, Arsya mencintai Sera. Apa kakek tak mau punya menan
Read more
PERSIAPAN
Cahaya matahari masuk melalui celah-celah korden, seorang lelaki terbangun karena merasakan tidurnya terusik oleh kilauan cahaya matahari. Ia melihat kearah jam yang tertempel didinding sudah menujukkan pukul 8 pagi. "Kenapa bisa telat bangun sih." Gumam lelaki itu yang tak lain adalah Arsya.  Dengan cepat ia bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas kekamar mandi. 20 menit kemudian Arsya sudah rapi dengan kemeja berwarna tosca, bukan tanpa alasan ia memakai baju berwarna tosca. Warna itu kesukaan Sera, karena hari ini ia dan keluarganya akan pergi kekediaman Louwen membicarakan tentang pernikahannya.  "Sudah siap?" Tanya Arsya saat dirinya sudah sampai diruang tamu.  Semua orang yang ada diruang tamu mengangguk, mereka sudah rapi dengan pakaian formal walapun wajah 2 orang terlihat datar yang tersenyum hanya bundanya saja. Tapi Arsya tak memperdulikan itu semua, yang terpenting pernik
Read more
MUNCUL SESUATU?
Kini saat-saat yang ditunggu Sera dan Arsya telah tiba, kedua keluarga itu berada didalam satu ruangan yang sama. Mereka berada diruang tamu mansion keluarga Louwen, ruangannya cukup besar. Masing-masing kepala keluarga saling melemparkan tatapan tajam membuat sang anak jengah dengan sikap itu. Yang bersikap ramah hanya Reta dan Citra saja.  Mereka duduk berhadapan disofa panjang, ditengah-tengah mereka terpadapat meja panjang yang diatasnya sudah ada camilan dan teh, tentu saja yang menyiapkan Citra. Bisa dibilang ini kali pertama kedua keluarga itu berada disatu tempat yang sama.  "Sampai kapan kalian akan diam begini?" Ucap Reta yang malas dengan situasi ini apalagi suaminya yang berada disebelahnya turut diam. Arsya tersenyum mendengarkan penuturan sang bunda.  "Tak usah berlama-lama, kapan cucumu menikahi cucuku?" Tanya Fikri kepada Wisnu.  "1 bulan lagi." Bukan Wisnu yang me
Read more
BERTANYA
Suara Arsya menggema diseluruh penjuru mansion, lelaki itu memanggil bundanya sembari berlari. Saat mendengar sahutan dari Reta, Arsya berlari menuju sumber suara. Ternyata bundanya berada di taman bunga yang tempatnya dibelakang mansion. Terlihatlah Reta yang sedang menyirami berbagai macam jenis bungga. Lelaki itu memeluk bundanya dari belakang, menaruh kepalanya dipundak Reta. Reta tak terkejut karena Arsya sudah biasa seperti ini, mungkin anaknya dalam mode manja.  "Ada perlu apa panggil, bunda?" Tanya Reta, perempuan berusia hampir setengah abad itu memindah posisi Arsya supaya berada didepannya.  "Mau ngomong penting sama bunda." Ucap Arsya. Reta mengangguk, ia mencuci tangan sebentar dan menarik lengan Arsya supaya mengikuti dirinya.  Kini mereka duduk dibangku yang menghadap langsung dengan bunga-bunga milik Reta. Arsya tiduran dipaha Reta, dengan tangan bermain HP. Reta sendir
Read more
DIHAJAR
Arsya berjalan dengan langkah tergesa-gesa, ia sampai mansion sudah malam sekitar pukul 7. Lelaki itu menatap kesegala arah, ia bernafas lega tak ada keluarganya keculai para bodyguard yang berlalu lalang. Namun saat dirinya ingin menaiki tangga tiba-tiba lampu yang semula redup menjadi terang, suara berat nan tegas milik Alif membuat ia tak lagi melanjutkan langkahnya.  "Kesini Arsya." Ujar Alif penuh penekanan. Arsya menghela nafas pendek lalu berbalik arah menuju tempat dimana Alif berada.  Bugh Arsya terjatuh kelantai karena Alif memukul tubuhnya secara tiba-tiba. Lelaki itu terbatuk sembari mencengkram perutnya yang terasa sakit, ia melihat kearah Alif. Ayahnya menatap dirinya dengan pandangan yang sulit diartikan. Arsya mencoba berdiri dengan tangan meraba meja yang berada disampingnya.  "SETELAH MEMBUAT BUNDAMU MENANGIS KAU BARU PULANG SEKARANG?!" Teriak Alif dengan nada penuh p
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status