Semua Bab HATI ADINDA: Bab 11 - Bab 20
63 Bab
Tertangkap basah
“Papaaaa!”Dinda lantas terbangun, ketiganya tertidur diatas sebuah ranjang, Dinda memeluk Kairo dan Edgar berada dikaki Dinda nyaris terjatuh.“Edgaaar!” Dinda segera duduk membuat Edgar ketengah dan tidur lagi, Dinda menatap heran bagaimana dia bisa dikamar ini.Cklak“Khai bangun sudah pagi—“Suara pintu yang terbuka tiba-tiba dan panggilan seorang ibu yang masuk membuat Dinda yang tengah kebingungan semakin bingung.“Kairo?” Wanita itu terperangah melihat Dinda disana diranjang, Kairo berposisi ditengah jelas sekali pasti mereka tadi tidur dalam posisi yang sangat intim tadi, sementara sang anak dibawah sana.Dinda segera bangkit ia menggeleng tidak mengerti namun
Baca selengkapnya
Berikan saya 20 ribu
Dinda tidak bisa keluar kamar, seluruh keluarga Kairo yang ada dirumah tante Miranda benar-benar membuat Dinda tidak berkutik, dia tidak dihardik hanya saja menjadi santapan dakwaan didepan anggota keluarga Kairo, tante Miranda juga dua adik Kairo lainnya.Dinda introgasi banyak hal mulai tentang, orang tua, keluarga, kuliah hingga keadaannya dikos-kosan, sungguh Dinda sangat takut memberitahukan bahwa dia punya kakak di Jakarta.Dinda terpaksa berbohong banyak hal, tentanag dia hanyalah anak rantauan dan hanya tinggal dikos-kosan, malam tadi dia datang bersama Indah rekannya ikut-ikut saja.Dinda tidak mungkin menghubungi mama atau kakaknya, belum mampu bahagiakan Mama malah sudah membuat hal buruk seperti ini, pasti mama akan sangat terpukul mendengar kabar Dinda dan bisa-bisa ia serangan jantung mendadak.Berkali-kali Dinda
Baca selengkapnya
Hidup kamu
Kairo meminta Dinda diam dengan jemarinya yang ia letakkan dibibir, “Tunggu sebentar!” liriknya pada orang-orang yang baru saja menikahkan mereka masih berbicara tidak mungkin meninggalkan begitu saja.“Saya sudah telat ke kampus.” Sergah Dinda menekankan kalimatnya masih dengan suara berbisik.“Kamu fikir saya tidak?” Balas Kairo lagi, masih sama dengan bisikan, Dinda pun diam, sungguh dia mendadak ilfeel dengan semuanya pun tentang lelaki ini.Dinda hanya enggan berlama-lama, jika tidak segera pergi keluarga Kairo terutama Mama dan tantenya berulah lagi. Dinda terus diam tampak disana Kairo menerima kertas-kertas berkas entah apa dia tidak peduli itu sepertinya bukti pernikahan semacamnya.Dinda tidak mau tahu, Kairo sudah berjanji tidak akan ada apapu
Baca selengkapnya
Kamu kasar Dinda!
Dinda enggan merespon ucapan perkataan Kairo, walau tidak munafik selalu saja ucapan lelaki itu sering sekali membuat dia terbawa perasaan, tersenyum atau salah tingkah.Namun sungguh rasa kekaguman itu mendadak hilang entah kemana berganti dengan elfeel dan membencinya, sebab sudah membuat dia jatuh dalam sebuah masalah, terperanjat dalam sebuah kejadian yang tidak mengeenakan, memalukan, rumit dan serius itu.“Saya akan keluar, terimaksih sudah membantu saya, padahal saya tidak meminta, kamu yang memaksa,” Dinda bangkit menarik tas kecilonya melewati Kairo.Sebuah senyuman terbit di bibir Kairo, “Jangan lupa obatnya di ambil, olesi salapnya sampai lukanya benar-benar kering.”Dinda yang akan keluar pun menoleh dan melampirkan senyuman yang terpaksa, &ldq
Baca selengkapnya
Kaki tersandung, hati yang sakit.
Dinda menyudahi bersih-bersihnya untuk lanjut beristirahat sebab besok mungkin akan menjadi hari yang panjang dia akan mengurusi Aldrick adik ipar sang kakak yang lahir di saat usia ibu mertunya sudah berusia setengah abad.Dinda menjatuhkan dirinya di ranjang ia kembali mengingat kejadian tadi dimana begitu kesalnya Kairo atas dia yang tidak sengaja mendorong pintu mobil, entahlah senagaja atau tidak namun Dinda benar-benar kesal pada Kairo yang mengikutinya.Kamu kasar Adinda…Ucapan itu terus saja terngiang-ngiang dan berputar dikepala Adinda nyaris membuatnya tidak bisa tidur, Dinda pun melirik ponselnya haruskah dia mengirimkan pesan permintaan maaf atau menghubungi Kairo?Ia pun akirnya mengambil ponselnya menghubungi Kairo, mungkin saat ini Kairo sudah sampai dirumah, beberapa kali der
Baca selengkapnya
Urusan Mendadak
Dinda dan Kairo pun berpisah saat seorang asistennya datang mengatakan persiapan pengoperasian sudah siap, Kairo bergegas keluar dan Dinda kembali keruangan yang ia datangi itu.Lagi dan lagi seperti takdir yang terencana, Dinda berpapasan dengan wanita yang bersama Kairo tadi lagi, kali ini wanita itu tampak mendorong pasiennya keluar dari ruangannya bersama beberapa orang perawat.Dinda memelankan langkahnya, ia mendengarkan pembicaraan wanita itu juga seorang pasien, dia memanggil dokter itu dengan nama dokter Mona, entahlah Dinda sudah terlanjur tidak suka padahal ia terlihat baik walau sedikit banyak bicara.Dinda pun segera pergi dari sana saat dia dan dokter itu hampir berpapasan, ia enggan beramah-tamah, “Dasar ganjen!” umpatnya, “Hemm tidak hanya dia tapi juga Kairo!”***
Baca selengkapnya
Tidak tahu malu! Baby sitter.
Setengah jam berlalu, saat Dinda masih dikamar bersama Edgar pesanan makanan mereka pun datang, Kairo yang menyambut makanan tersebut dan segera membayarnya, ia membawa masuk dan meletakkanya dimeja makan.“Edgar!” Panggil Kairo, membuat Dinda meminta Edgar cepat datang keluar dan menyudahi obrolan mereka diranjang.“Iya, Paaa!” Edgar segera berlari keluar berdiri dihadapan sang papa, Kairo tampak memindahi makanan yang mereka pesan ke tempat-tempatnya.“Ayo makan dulu.”“Kak Dinda, Pa?”“Ajak sekalian.”“Kak Dinda nanti sakit lagi, Edgar kan kecil gimana mau bawa kak Dinda?”Kairo meletakkan makanan ke meja, segera berjalan ke kamar Edgar diikuti Edgar kemudi
Baca selengkapnya
Saya turuti kamu
Kairo mengemudi kencang keluar dari garasi mobilnya dengan nafas yang memburu, mata yang mengedar keseluruh penjuru jalanan mencari-cari Dinda yang pergi tanpa berpamitan di tengah derasnya hujan.Kekhawatiran Kairo membuncah yang mana Dinda tadi muntah-muntah mungkin dia sedang mengalami permasalahan pada pencernaanya.Hujan turun masih sangat lebatnya jalanan pun gelap, tidak ada aktivitas apapun di jalanan komplek perumahan  disepanjang perjalanan.‘Saya hanya melakukan apa yang kamu minta, apakah kamu marah sebab saya acuhkan atau mungkin marah sebab Mona?’Entah kamana Dinda saat ini hingga sampai hampir ujung jalan sama sekali dia tidak terlihat. ‘‘Maafkan saya….Dinda,” Kairo mengusap wajahnya gusar, rasa bersalah menye
Baca selengkapnya
My little mommy
Sekujur tubuh Dinda rasanya bergidik ngeri, tidak pernah ia sedekat ini dan tanpa jarak dengan pria, pernah menjalin hubungan dengan beberapa pria seusia namun hanya sekedar begandengan tangan saja, dia sangat membatasi diri pergaulannya juga tidak yang terlalu bebas hanya dengan beberapa orang saja dan ituitu saja.Sesaat kemudian bibir Kairo yang tadinya menempel menjadi bergerak menyusup, memainkan dengan lembut bibir tipis Dinda, sukses Dinda menegang, menjadi kali pertamanya melakukan yang namanya berciuman, ia diam tidak bereming tidak tahu harus bagaimana.“Mas—“ Dinda seketika mendorong Kairo yang baru saja mulai menikmati dengan memiringkan kepala, laki-laki itu terlonjak menatap Dinda.“Kenapa?”Dinda menggelengkan kepalanya, “Jangan lakuin!” Dind
Baca selengkapnya
Untuk apa?
“Jadi beneran nginap, saya takut nanti buat kamu sebel, Melana saja kalau saya PMS nggak mau dekat-dekat.” Kairo berangsur duduk pada sebuah kursi didepan meja belajar Dinda, “Saya suami kamu Dinda, jadi artinya setiap bulan jika kamu PMS saya dan kamu pisah gitu?” “Ya bukan seperti itu, lagian kan— nggak ada perjanjian kita harus selalu bersama-sama, satu kamar, satu rumah, Mas kan bilang mau ikuti gimana enaknya buat saya.” Kairo diam, memang benar apa yang Dinda katakan tidak ada perjanjian apapun tentang itu, ia menghembuskan nafasnya lalu berjalan ke meja belajar Dinda dan duduk disana. “Ya benar saya tidak akan minta apapun, apa lagi hal-hal yang memberatkan kamu tapi satu hal saya minta,satu hal ini saja selebihnya terserah.” Dinda yang berdiri masih dengan handuk yang menutup kapalanya pun menatap Kairo serius, “Tidak apapun? Kenapa masih ada kata tapinya?” “Hanya 1 hal pun saya tidak boleh meminta?” “B-bukan seperti it
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status