Semua Bab HATI ADINDA: Bab 31 - Bab 40
63 Bab
Banyak yang terjadi.
Kairo mendengkus,...“Bagaimana kamu dan dia?” Percakapan mereka berlajut, Kairo bersikap biasa saja melihat pada Dinda.“Dia?” Dinda kembali melihat pada Kairo. Sosok yang sungguh ia rindukkan namun mendadak semenyebalkan ini.“Ya... dia— pria yang dijodohkan Mama kamu, semuanya baik-baik saja ‘kan?”Dinda mengendikkan bahunya acuh, dia tahu Redy sekarang bahkan sudah menikah dan sudah akan mempunyai anak, tapi buat apa juga membahas ini, Kairo pasti hanya ingin tahu saja lalu ingin mengejeknya mungkin jika perjodohan itu gagal.“Kenapa? Haruskah saya menjelaskan?”Kairo terlihat menunggu jawaban itu masih bersikap angkuh, “Ya tidak, bukan urusan saya juga....” ia mencebikkan bibirnya seperti mencibir Dinda.Adinda pun tertawa, sejujurnya sakit hati dengan ucapan Kairo tapi buat apa dia sakit hati harusnya biasa saja mereka memang bukan siapa-siapa lagi.“Ya
Baca selengkapnya
Turuti mau saya
Beberapa menit Dinda membiarkan lama tubuh mereka saling mendekap, bahkan Kairo menempelkan wajahnya miring pada dada Dinda merasakan nyaman seperti ini, Dinda pun memberi usapan lembut pada punggung lalaki itu lalu pada rambutnya mencoba memberikan ketenangan.Hingga Dinda pelan sekali berusaha memulai bertanya lagi, “Apa yang terjadi sama kamu, Mas, tidak bisakah saya mengetahuinya.”Kairo tidak meresepon, helaan nafasnya terdengar berat lelaki itu malah memejam tampak sangat merasa nyaman didada Dinda. Dinda menatap wajah itu lamat-lamat hidung yang tinggi, bulu mata lentik, rahang yang penuh rambut-rambut halus, sejenak Dinda diam hingga ia tidak bisa menolak dorongan dari dirinya mengecup pada puncak kepala lelaki itu.Dinda merasakan sesuatu yang berat tengah terjadi pada Kairo, “Kamu jangan seperti ini Mas, kamu bukan seperti kamu, ceritakan apa yang terjadi Mas...mungkin saya bisa bantu kamu.”Kairo menarik nafasnya lagi se
Baca selengkapnya
Bukan urusan kamu
Berkali-kali rekan Dinda dikantor menghubungi sebab Dinda mendadak hilang dan Beny mencarinya, ponselnya sudah puluhan kali bergetar namun Dinda tidak mendengarnya hingga akhirnya benda pipih itu jatuh ke lantai membuat suara jatuh yang kuat dan membangunkan keduanya. Dinda terjaga dengan terkesiap, tubuhnya yang polos tanpa sehelai benangpun masih memeluk nyaman Kairo yang sama polos dengan dia. “Oh Tuhan! Sudah pukul berapa? Kenapa ketiduran sih! Aduh Adinda.”  Dinda segera turun dari ranjang memunguti semua pakaiannya yang tergeletak begitu sangat panik segera berlari masuk kedalam kamar mandi. Kairo pun demikian dia segera bangkit sang papa mungkin tengah mencarinya saat ini. Dan benar saja saat dia membuka ponselnya sudah banyak sekali sang papa menghubunginya, Kairo segera ikut bergegas ke kamar mandi ia mengetuk pintu. “Sebentaaaar! saya mandi!” Teriak Dinda. Kairo tidak ingin menunggu ia liat kunci kamar mandi tergantung a
Baca selengkapnya
Bantu Saya.
“Mas— lepasin saya kamu jangan seperti ini, ini bahaya buat saya!.” Tatap Dinda sebal Kairo yang masih terus bersikeras menahan tangannya. “Kamu penentang bahaya, jangan pura-pura lupa.” Kairo semakin mempererat tangn Adinda. “Orlin…mba Orlin…” Lihat Dinda ke pintu masuk seolah panik. Kairo pun tertawa, “Tidak adakah yang lebih basi dari itu?” Sungguh Dinda pun mengumpat kesal, Kairo memang seperti ini sedari dulu dia susah untuk dikelabui sebab dialah ahlinya gombal dan mengelabui, sejurus kemudian Dinda yang sudah kehabisan akal pun menghitung detik waktu dan… ia pun menggigit. “ADINDA!” Pekik Kairo, segera Dinda berlari melepaskan diri, ia mengendikkan bahunya acuh melihat lagi kebelakang membiarkan Kairo mengaduh kesakitan. “Kamu sakit jiwa Mas…” Tidak lama Dinda kembali, Kairo yang digigit Dinda pun kembali nyatanya dia tidak melakukan apapun pada pakaiannya yang ternoda, Kairo hanya mengusap-usapnya membuatnya semakin mel
Baca selengkapnya
Kamu Special
Kairo pergi begitu saja setelah membuat kissmark dan mengucapkan kepada Dinda meminta bantuan membawa Edgar kembali, Dinda yang tadi untuk bernafas saja begitu sulit, seketika menghembuskan lega nafasnya, sungguh sekarang menyeramkan sekali sikap Kairo. Memang sudah dari dulu lelaki itu bersikap dinguin namun sekarang dinginnya lebih arogant.Dinda bergegas keluar dari gudang lalu pergi ke toilet sebelum masuk keruangannya, rambutnya kini berantakan, tubuhnya juga berkeringat sebab gudang tadi begitu panas dan pengap. Dan lihatlah Kairo sungguh kurang ajar sekali dia memberi bekas tanda dilehernya begitu jelas yang mana mau tidak mau Dinda harus mengancing kemejanya agar tidak memperlihatkan bekas kiss mark itu.“Kamu sakit Kairo, Arghhh!”Dinda melihat pada arloji di tangannya, ia sudah telat beberapa menit Dinda pun segera keluar dan berlari masuk kedalam ruangannya, beberapa mata melihat ke arah Dinda yang masuk, sungguh Dinda t
Baca selengkapnya
Kemana?
Setelah hampir 2 jam lebih pertemuan pun berakhir, mereka keluar dari gedung perusahaan itu, Dinda berjalan didepan sementara Beny dan Kairo masih dibelakang membincangi kembali beberapa hasil meeting, Dinda enggan beriringan takut Kairo lagi dan lagi melakukan hal-hal anehnya. Hingga sampai diparkiran mobil Dinda masuk kedalam mobil menyapa supir kantor yang melamun disana. “Hey pak, Pak An... bengong mulu Pak!” Kejuti Dinda.“Eh mba Dinda sudah selesai ya?”“Ayo buruan balik.” Dinda berangsur masuk kedalam mobil merapikan barang-barangnya.Tidak lama Beny pun naik membuat Dinda melihat keluar, Beny kembali menggunakan mobil kantor lalu Kairo kemana? Apakah membujuk tunangannya itu setelah keributan itu.Sekelebat rasa panas menyerang dadanya, dia berla
Baca selengkapnya
Tampar saja.
Kairo yang merajuk berjalan lebih duluan meninggalkan Dinda dibelakang sana yang sengaja memperlambat langkahnya, lelaki itu melihat pada ponselnya Orlin sudah sangat-sangat murka saat ini terus menghubunginya yang mana dia yang katanya akan datang ke butik sang mama namun tidak kunjung menampakkan wajahnya. “Kamu dimana, Mas! Saya kesana sekarang?”Kairo melihat Dinda dibelakang untuk menjawab pertanyaan Orlin, “Saya sedang ada urusan nanti saya hububgi kamu lagi, Orlin.”“Urusan apa kamu di kota ini Mas? Urusan kamu hanya sama papa tidak ada yang lain.”“Teman saya datang dari Jakarta, nanti saya ceritakan dengan kamu, pulanglah jangan tunggu saya.” Kairo segera mematikan panggilannya.Dinda bisa melihat gelagat Kairo ia pasti sedang mengangkat panggilan dari Orlin, Dinda semakin memperlambat langkahnya memilih menyelesaikan urusannya dengan Satria yang minta&nbs
Baca selengkapnya
Beri saya waktu.
“Apa yang kamu fikirkan? Minuim teh-nya selagi hangat.” Tegur Kairo membawa gelas teh hangatnya mendekat pada Dinda dijendela.Dinda mengendikan bahunya,“Tidak ada… hanya memikirkan bagaimana untuk segera pulang.”“Tertarik dengan dia? Berencana untuk menerima ajakannya?”Dinda mengulas senyuman tidak ingin melihat wajah Kairo, “Sekali lagi Mas, itu bukan urusan kamu.”“Akan jadi urusan saya apapun itu, saya tidak melakukan dengan sembarang orang, tidak melakukan jika tidak sayang atau cinta, saya tahu pasti kamu juga demikian.”Dinda lantas tertawa, “Spekulasi yang bijak bolehkah saya membalikny? Tidak akan menceraikan saya jika cinta akan memperjuangan saya jika sayang.”K
Baca selengkapnya
Saya Bahagia.
Dinda mendadak tidak jadi bangkit saat ia lihat wajah lelaki itu penuh harap, “Please, beri saya waktu...” Mohonnya lagi,”Kita perbaiki sama-sama.”Dinda pun menjatuhkan lagi dirinya ke ranjang namun sedikit memberi jarak,”Saya tidak tahu apakah waktu kita masih ada.”Tatapan Kairo memelas ia menangkup wajah Dinda, “Tergantung kamu, saya yakin kamu merasakan apa yang saya rasakan kita sama-sama butuh tapi kamu mencoba menepisnya. Kita pernah buat kesalahan sekarang jangan lakukan lagi.”“Tapi ini juga tidak benar, Mas...”Kairo menganggukan kepalanya, “Ya saya tahu, saya tahu ini tidak benar, saya hanya minta waktu kamu saja lalu kita sepakati untuk cari jalan keluar agar bisa sama-sama lagi.”“Jalan keluar?&r
Baca selengkapnya
Do you?
“Hati-hati di jalan mas…” Adinda bergegas akan turun.Kairo segera menarik lengannya, “Mana ponsel kamu!”Dinda berkerut dahi kemudian tertawa, “Ponsel? Mau apa?”Tidak menjawab Kairo  kemudian mengambil ponsel miliknya sendiri di dashboard lalu mengulurkan pada Adinda, “Masukan kontak kamu…”“Kontsk saya, kamu sudah membuka saya dari daftar blokiran kamu?” Dinda tersenyum mengolok Kairo.Kairo sejenak ingat, “…Masih yang lama?” ucapnya kemudian.Ujung bibir Dinda menyungging tinggi, “Ada yang berharap suatu hari akan ada yang mencarinya dan membuka blokiran itu.” Dinda kemudian turun masih mengulas senyuman dan melambai pada Kairo yang terdiam atas ucapan Dinda barusan.Kairo tersentil ia juga mengharu atas perkataan Dinda, segera ia membuka kontak Dinda dari daftar blokirannya, ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status