Kairo pergi begitu saja setelah membuat kissmark dan mengucapkan kepada Dinda meminta bantuan membawa Edgar kembali, Dinda yang tadi untuk bernafas saja begitu sulit, seketika menghembuskan lega nafasnya, sungguh sekarang menyeramkan sekali sikap Kairo. Memang sudah dari dulu lelaki itu bersikap dinguin namun sekarang dinginnya lebih arogant.
Dinda bergegas keluar dari gudang lalu pergi ke toilet sebelum masuk keruangannya, rambutnya kini berantakan, tubuhnya juga berkeringat sebab gudang tadi begitu panas dan pengap. Dan lihatlah Kairo sungguh kurang ajar sekali dia memberi bekas tanda dilehernya begitu jelas yang mana mau tidak mau Dinda harus mengancing kemejanya agar tidak memperlihatkan bekas kiss mark itu.
“Kamu sakit Kairo, Arghhh!”
Dinda melihat pada arloji di tangannya, ia sudah telat beberapa menit Dinda pun segera keluar dan berlari masuk kedalam ruangannya, beberapa mata melihat ke arah Dinda yang masuk, sungguh Dinda t
Setelah hampir 2 jam lebih pertemuan pun berakhir, mereka keluar dari gedung perusahaan itu, Dinda berjalan didepan sementara Beny dan Kairo masih dibelakang membincangi kembali beberapa hasil meeting, Dinda enggan beriringan takut Kairo lagi dan lagi melakukan hal-hal anehnya.Hingga sampai diparkiran mobil Dinda masuk kedalam mobil menyapa supir kantor yang melamun disana. “Hey pak, Pak An... bengong mulu Pak!” Kejuti Dinda.“Eh mba Dinda sudah selesai ya?”“Ayo buruan balik.” Dinda berangsur masuk kedalam mobil merapikan barang-barangnya.Tidak lama Beny pun naik membuat Dinda melihat keluar, Beny kembali menggunakan mobil kantor lalu Kairo kemana? Apakah membujuk tunangannya itu setelah keributan itu.Sekelebat rasa panas menyerang dadanya, dia berla
Kairoyang merajuk berjalan lebih duluan meninggalkan Dinda dibelakang sana yang sengaja memperlambat langkahnya, lelaki itu melihat pada ponselnya Orlin sudah sangat-sangat murka saat initerus menghubunginyayang manadiayang katanya akan datang ke butik sang mama namun tidak kunjung menampakkan wajahnya.“Kamu dimana, Mas! Saya kesana sekarang?”Kairo melihat Dinda dibelakang untuk menjawab pertanyaan Orlin, “Saya sedang ada urusan nanti saya hububgi kamu lagi, Orlin.”“Urusan apa kamu di kota ini Mas? Urusan kamu hanya sama papa tidak ada yang lain.”“Teman saya datang dari Jakarta, nanti saya ceritakan dengan kamu, pulanglah jangan tunggu saya.” Kairo segera mematikan panggilannya.Dinda bisa melihat gelagat Kairo ia pasti sedang mengangkat panggilan dari Orlin, Dinda semakin memperlambat langkahnya memilih menyelesaikan urusannya dengan Satria yang minta&nbs
“Apa yang kamu fikirkan? Minuim teh-nya selagi hangat.” Tegur Kairo membawa gelas teh hangatnya mendekat pada Dinda dijendela.Dinda mengendikan bahunya,“Tidak ada… hanya memikirkan bagaimana untuk segera pulang.”“Tertarik dengan dia? Berencana untuk menerima ajakannya?”Dinda mengulas senyuman tidak ingin melihat wajah Kairo, “Sekali lagi Mas, itu bukan urusan kamu.”“Akan jadi urusan saya apapun itu, saya tidak melakukan dengan sembarang orang, tidak melakukan jika tidak sayang atau cinta, saya tahu pasti kamu juga demikian.”Dinda lantas tertawa, “Spekulasi yang bijak bolehkah sayamembalikny? Tidak akan menceraikan saya jika cinta akan memperjuangan saya jika sayang.”K
Dinda mendadak tidak jadi bangkit saat ia lihat wajah lelaki itu penuh harap, “Please, beri saya waktu...” Mohonnya lagi,”Kita perbaiki sama-sama.”Dinda pun menjatuhkan lagi dirinya ke ranjang namun sedikit memberi jarak,”Saya tidak tahu apakah waktu kita masih ada.”Tatapan Kairo memelas ia menangkup wajah Dinda, “Tergantung kamu, saya yakin kamu merasakan apa yang saya rasakan kita sama-sama butuh tapi kamu mencoba menepisnya. Kita pernah buat kesalahan sekarang jangan lakukan lagi.”“Tapi ini juga tidak benar, Mas...”Kairo menganggukan kepalanya, “Ya saya tahu, saya tahu ini tidak benar, saya hanya minta waktu kamu saja lalu kita sepakati untuk cari jalan keluar agar bisa sama-sama lagi.”“Jalan keluar?&r
“Hati-hatidi jalanmas…” Adinda bergegas akan turun.Kairo segera menarik lengannya, “Mana ponsel kamu!”Dindaberkerut dahi kemudiantertawa, “Ponsel? Mau apa?”Tidak menjawab Kairo kemudian mengambil ponselmiliknya sendiri di dashboard lalu mengulurkan pada Adinda, “Masukan kontak kamu…”“Kontsk saya, kamu sudah membuka saya dari daftar blokiran kamu?” Dinda tersenyum mengolok Kairo.Kairo sejenak ingat, “…Masih yang lama?” ucapnya kemudian.Ujung bibir Dinda menyungging tinggi, “Ada yang berharapsuatuhariakan adayang mencarinya dan membuka blokiran itu.” Dinda kemudian turun masih mengulas senyuman dan melambai pada Kairo yang terdiam atas ucapan Dinda barusan.Kairo tersentil ia juga mengharu atas perkataan Dinda, segera ia membuka kontak Dinda dari daftar blokirannya, ke
Malam semakin larut Adinda yang kesal di kerjai oleh Kairo memutuskan untuk tidur disofamenjauhi Kairo,dia merasa sudah lelah sekali seharian ini dan besok juga harus banyak lagi yang akan dia kerjakan di kantor terkait urusan Benny, Adinda menegasakan pada Kairo agar laki-laki itu tidak mengganggunya tidur, bayangkan saja saat sudah akan terpejam tiba-tiba Kairo mengabari bahwa dia sedang sakit dan butuh tukang pijat malam itu juga, bagaimana mungkin ia tidak panik membayangkan Kairo kenapa-kenapa. Kairo yang dilarang mendekati Adinda juga sudah terlelap di ranjang deluxe-nya dia pun sama lelahnya hari ini membuatnya benar patuh tidak mengusik Dinda yang tidur, hingga lelaki itu tiba-tiba terjaga di waktu menjelang pukul 3 pagi saat terasa ingin buang air dan segera bergegas ke kamar mandi. Dengkuran halus terdengar teratur dikamar itu, Kairo mengambil segeral air setelah dari
Sesampainya mereka semua di Bandara tempat tujuan lagi dan lagi Adinda menjadi yang paling sibuk, dia harus menunggu bagasi mereka semua sementara yang lain menunggu di sebuahLoungedimana rekan Beny menjemput mereka disana.Orlin, Beny dan istri menikmati waktu bersantai mereka disana sembari mensantap desert dan beberapa minuman ditempat itu. Kairo tidak ikut bergabung dia mengatakan akan ke toilet.“Mas? Masih di toilet atau sudah sedang minta bantuan porter bawainbaggagebersama Dinda?” tanya Orlin sebab tadi dia berpisah dengan Kairo disana.“Saya BAB mulu nih, tunggu saja disitu, masalah bagasi urusan Adinda kan?" ucap Kairo di telepon, padahal dia sedang bersama Adinda disebuahcafé memangku kekasihnya itu yang sedang merajuk sebab di paksa meninggalkan pekerjaanya mengurusi bar
“Orlin minta tolong Mas….” Lihat Adinda pada Kairo memberikan ponselnya. Kairo kemudian mengambil dan membacanya.“Kamu buka?”“Belumcumalihat dari pemberitahuannya saja.”“Sudah biarkan saja.”“Eh nggak boleh gitu mas, mana tau beneran lagi kesulitan coba deh lihat dulu.”Kairo membuang ponselnya ke ranjang lalu ia menjatuhkan lagi dirinya disana,” Sudah saya mau tidur buruan kerjain pekerjaan kamu saya tungguin disini.”Adinda menarik nafasnya lalu menghembuskan,“Mas kamu kesini bukan untuk temani saya tapi untuk Orlin dan keluarganya sudahlah pergi sana temui dia nanti jadi panjang lagi dia ngaduin ke mama kamu.”“Iya saya tidur sebentar&hell