Lahat ng Kabanata ng The Peacemaker: Kabanata 11 - Kabanata 20
35 Kabanata
Bab 11. Bersyukurnya Tuan Muda Baru
 "Hidup penuh rasa syukur adalah kebaikan. Maka Alloh juga akan melipatgandakan kebahagiaan kita." "Apaaa? Hah dasar pengecut kamu,  begitu saja takut.  Uang itu berkuasa,  Bro!  Tidak usah takut sama karma, balas dendam atau apapun itu. Kamu berpihak kemana sih?" seru si penguasa ke 5 kesal.  "Tentu saja ke lingkungan kita lah, toh aku juga masih disini,  hanya saja bersikap waspada kan boleh? Wajib malahan, agar apa yang kita punyai bertahan lama dan abadi.""Waspada itu bisa dan mudah sekali dilakukan kalau punya uang. Kita punya banyak itu!  UANG!  Tinggal kita sewa saja detektif  atau bodyguard.  Atau preman sekalian, beres dah.  Ada uang semua menang!  Ada uang semua beres. Uang itu segalanya. Paham kamu semua?" "Paham Bos!" sahut para umat pengekor yang pikirannya sudah terkontaminasi itu.  Sudah dimanjakan oleh uang dan
Magbasa pa
Bab 12. Penyesuaian Hidup yang Mudah
  "Segala sesuatu harus berjalan seimbang, serasi dan sesuai. Seperti halnya hidup yang diharap indah ini."   "Iyakah Pak Budi?  Alhamdulillah. Ini juga hal yang saya herankan,  Pak.  Padahal saya lupa masalah lainnya,  tapi tentang gerakan bela diri kenapa seperti familiar ya?" Arga terheran-heran sambil mengerutkan alis bagusnya.  "Saya lihat postur tubuh Pak Arga sangat bagus. Dulu sejarahnya juga sudah biasa syuting film aksi laga kan? Jadi mungkin tubuhnya sudah terkondisi untuk melakukan gerakan bela diri. Hanya lupa sesaat karena amnesia saja,"jelas Pak Budi. "Oh bisa begitu ya? Ajib." Arga tersenyum lebar.   "Bisa dong, Pak Arga.  Saya juga mempunyai murid bela diri lain yang kurang lebih memiliki kondisi seperti Bapak." Pak Budi tersenyum.   "Dia juga amnesia begitu karena kecelakaan? Trus bisa bela diri lagi dengan mudah?" Arga tetap tidak menye
Magbasa pa
Bab 13. Melihat Musuh Tertawa
 "Benci melihat orang yang kejam bersuka cita, bagai membakar rumah sendiri akan terasa kepanasan." "Kenapa Tuan Muda nggak memakai komputer saja sih,  Tuan? Selain komputer gede, ada juga laptop yang kecil itu.  Memakai buku sebesar itu sepertinya sudah terlalu jadul. Maaf banget hehe kok saya nyela bos sendiri.  Tuan Arga yang dulu  itu padahal gadget freak lho Tuan. Beliau sangat suka segala macam gadget, jadi di rumah ini semua ada. Lengkap." Pak Toni menjelaskan. "Iya ya Pak Toni? Pantesan segala macam alat ada di rumah ini,  sampai aku bingung apa sih fungsinya.  Hehe. Pas ada waktu bantuin petunjuk cara memakainya ya, please Pak Toni?" Arga memohon. "Siap Tuan Muda.  Kalau alat dapur dan bersih-bersih saya tahu,  tapi tidak ada gunanya Tuan Arga tahu kan?  Kan sudah ada ART? Tapi kalau yang dimaksud Tuan urusan komputer dan laptop,  saya eh ...  
Magbasa pa
Bab 14. Misteri yang Terungkap
  "Dendam pun perlu disusun rapi agar dapat diimplementasikan dengan elegan."   "Pastilah Tuan. Saya ada untuk membantu apa saja yang bisa dilakukan.  Pria tua ini juga siap mendengarkan sebuah misteri.  Saya sudah kepo sejak lama, tapi Tuan Muda masih saja menyimpannya. Lalu saya mencoba main tebak-tebakan, eh ternyata benar. Sebuah dendam lama yang butuh pelampiasan. Silakan cerita semuanya, Tuan Muda." Pak Toni tersenyum memahami. "Aih,  paling bisa ngomong nih, Pak Toni.  Makasih ya untuk perhatiannya.  Juga kesabarannya. Menunggu sebuah misteri terkuak. Halah kaya apa aja misteri hehe." Arga merasa geli sendiri.  "Iya kan, itu bener,  kalau suatu masalah belum terungkap  bisalah disebut sebuah misteri,  Tuan Arga hehe." Pak Toni bersikeras.  "Iya deh,  Arga mengalah sama yang senior. Masih mau denger nggak Pak Toni,  apa misterinya seorang Ar
Magbasa pa
Bab 15. Mempelajari Dahsyatnya Efek Sosmed
 "Semua hal harus diukur dengan cermat, mengetahui ukuran dan menentukan apa yang harus dilakukan." by Arga. "Hahahaha dan kamu berhasil kukelabuhi?  Maafkan aku, Ryan. Itu nggak sengaja suer!  Kamu nggak tahu, Bro.  Aku juga bingung menerima berkah ini." Arga mengusap wajahnya. "Ya ini berkah buatmu.  Tapi tahu nggak,  bisa jadi musibah buatku,  Bree.  Trus gimana nih, kamu bisa akting dan jadi foto model?  Kamu biasa lakukan itu nggak?" Wajah Ryan menunjukkan kekuatiran lebih sebagai sahabat daripada manajer. "Ya jelas tidak terbiasa,  Bro.  Arga ini kan aslinya dulu cuma cowok miskin berusia 30 tahun. Jelek, nggak modis, nggak bisa bela diri, kudet sama teknologi dan fisik payah kurus tinggi langsing. Hahaha." Arga tidak merasa malu menjelekkan dirinya sendiri.  "Seneng dong kamu lahir kembali jadi kaya, berotot bin cakep gini?" Ryan m
Magbasa pa
Bab 16. Arga dan Keluarga Barunya
  "Keluarga baru adalah keluarga asing yang kita harus terbiasa dengannya.  Dengan kekurangan dan kelebihannya."   "Iya,  beres.  Itu kerjaan sudah ada scedul matang kan.  Lagian aku sudah berencana mulai mengurangi kerjaan artis.  Sudah kauurus kan, Bro?  Oiya,  ke depan aku berencana ingin membekali orang di sekelilingku ilmu beladiri secukupnya. Hitung-hitung biar sehat sekaligus bisa membela diri sendiri. Ke depan bisa ikutan membela keluarga mereka sendiri dan juga Bumintara.  Keren nggak ideku? Aku sendiri ntar yang jadi gurunya." Arga merasa geli sendiri,  mengerahkan orang sampai di sekelilingnya juga.  "Weh,  keren.  Aku boleh ikut, Ga?" Ryan malah ikutan ingin belajar ilmu beladiri bosnya.   "Boleh.  Kamu memangnya belum bisa ilmu bela diri,  Yan? Kirain mah sudah bisa, secara asisten pribadinya seorang artis sinetron laga kan dulu?"
Magbasa pa
Bab 17. Arga Belajar dari Awal
  "Semua hal bisa dipelajari.  Termasuk hal mustahil yang tak terpikirkan.  Semua karena usaha keras, niat  dan waktu."   "Ogah,  geli!" Arga bergidik tidak bisa membayangkan ada kursi bisa memijit.  Dia sangat tidak menyukai sentuhan.  "Enggaklah,  enak tahu!  Atau aku sediain cewek saja khusus memijitmu?" Ryan terus mendesak.  "Jangan!  Dobel No!  Bisa kaku badanku ntar, bukannya sembuh malah cari penyakit itu namanya. Astaga tega ya nawarin hal terlarang begitu?" Arga menggeleng keras.  "Lah kok bisa?  Enak lagi dipegangin cewek apalagi yang seksi kan. Kayak di panti pijat plus-plus gitu hihi. Apa alasannya kau menolak? Apakah kau lelaki tidak normal, Ga?" Ryan hanya mengetes kepribadian Arga baru ini.  "Eh sembarangan,  aku normal tahu!  Justru karena normal, aku menjauhi penyakit karena mereka,  para wanita it
Magbasa pa
Bab 18. Kekayaan yang Berharga Baik
 "Kekayaan luar biasa bisa memudahkan hidup.  Tetapi sayangnya juga mampu membutakan banyak hati." Sore itu lagi-lagi di sela-sela belajar komputer dan gadget lainnya,  Arga berguman dengan mata bersinar."Keren yah,  teknologi itu mah.  Kagum aku!" teriak Arga heboh.  "Lha iya dong, Ga. Walau yang ini nggak ada apa-apanya sih.  Sorry to say ya,  kamu yang dulu itu ngomong-ngomong jiwanya katrok banget sih?  Hahaha.  Maaf ya." Ryan sudah bersiap kabur melirik Arga yang menyebikkan bibirnya. "Eh,  namanya juga jiwanya berbeda, Yan.  Kamu kok berani meledekku, bisa tak pecat sekarang lho!" Arga pura-pura marah. "Ampun,  Ga.  Jangan dong,  tadi cuma becanda. Ntar aku nggak kerja lalu siapa yang biayain anak bini aku,  Ga?" Wajah memelas Ryan mendekat ke wajah bosnya itu. Arga mendelik dan m
Magbasa pa
Bab 19. Darren Kloghs
 "Kebaikan hati tidak bersumber dari tampilan luar yang baik.  Tetapi tampilan walau seadanya yang merawat hati dengan baik, maka baiklah jadinya.""Begini saja,  cukup nggak, Ga?" Ryan bertanya pada konsep kata-kata iklan atau promo melalui medsos yang akan dipesankannya pembuatan profesionalnya ke ahlinya nanti. "Hmm sebentar ... bagus sih. Lumayan. Sudah cukup ini,  Yan.  Kirim aja konsepnya ke pembuat iklan sekarang,  lebih cepat lebih baik. Jadi tidak banyak buang-buang waktu." Arga hanya takut rencananya belum lagi terealisasikan tapi dia keburu minggat dari tubuh ini,  bisa berantakan semua nanti.  Dia harus bergerak cepat. "Baiklah,  Bos." Ryan memaklumi kemauan kuat bosnya. Bagi Ryan apa yang diinginkan Arga sangat benar,  membalas kejahatan dengan yang setimpal adalah kebenaran hakiki. ***Arga saat ini, sambil menunggu datangny
Magbasa pa
Bab 20. Alan McAllistairre
  "Teman lama,  visi sama, tujuan tak berbeda,  bagai sebongkah emas terpendam yang berharga seumur hidup."   "Ow yeah! Aku ingat dia!  Dia kan temenku di perguruan bela diri waktu SMA! Pantesan kaya akrab gitu sih!  Arga namanya ya! Ya ... ya ... ya." Alan mengangguk lega setelah sekian lama baru mengingat dimana dia pernah bertemu Arga.   "Arga sekarang jadi artis muda dan foto model yang top.  Wah keren juga punya teman artis sesekali hehehe."  Alan terus mencari tahu  semua tentang Arga di sosial media sampai dia tertarik di salah satu grup tertutupnya.   Alan tersenyum dan mencoba masuk ke grup Arga tersebut.  Taglinenya menarik : Mata dibalas mata 5 tahun yang lalu!  Kelompoknya disebut pembela kebenaran hakiki.  Dan Alan berhasil masuk grup,  setelah melewati beberapa pertanyaan dan tes verifikasi yang cukup rumit.   Alan
Magbasa pa
PREV
1234
DMCA.com Protection Status