Semua Bab KINGMAKER (Indonesia): Bab 31 - Bab 40
94 Bab
31. Lelang
"T-Tuan Putri ... apa Anda benar-benar tidak mau menemui Yang Mulia?""Suruh dia pergi," ketusnya. Mata perak Sheira masih menancap tajam pada buku di depannya."Baik ...," Lady Emma mengangguk pasrah.Sudah hampir dua minggu. Akhirnya Putri Sheira mau makan dengan teratur dan baik. Dia juga sudah mau bicara sedikit demi sedikit. Meskipun dia tidak mau lagi menemui atau melihat sehelai rambut Raja Ditrian.Pria itu juga beberapa kali ingin menemuinya di siang bolong. Namun selalu ditolak oleh Sheira.Sebenci itu?Tentu saja dia sudah sebenci itu pada Ditrian! Sampai ke tulang-tulang! Sebelum mereka bertemu, sebelum mereka menikah, S
Baca selengkapnya
32. Ramalan
"Aku sangat merindukanmu," ucap Evelina dengan wajah cantik yang memelas. Gadis itu dan Raja Ditrian sedang berada di gazebo gading paviliun rumah kaca. "Aku khawatir padamu, sayang."Entah sejak kapan Evelina mulai berani memanggilnya dengan sebutan itu. Mereka sudah berhari-hari tidak bertemu. Ditrian sangat sibuk akhir-akhir ini."Aku tidak apa-apa, Lady," jawab Ditrian tenang. Sebuah senyum simpul tercipta di bibir merah alaminya."Tapi ... aku benar-benar khawatir," suara Evelina agak bergetar, seperti mau menangis. Jari-jarinya yang lentik menyeka ujung matanya yang tidak basah sama sekali. "Aku tahu kau pasti sangat lelah."Evelina menggenggam tangan kanan Ditrian dengan kedua tangannya.
Baca selengkapnya
33. Reghar von Stallon
"Apa maksudmu? Aku tidak pernah menuruti keinginan bocah tengik itu!"Sheira menghela nafas sejenak. "Bukan begitu. Kau tahu kan, Kerajaan Galdea dan Kekaisaran Revendel telah menjadi musuh bebuyutan selama berabad-abad?""Ya .... Lalu?""Kau pikir, kenapa tiba-tiba sekarang kalian bisa memenangkan perang?"Ditrian menggaruk kepalanya, tepat di belakang salah satu telinga anjing hitamnya."Mereka bilang karena aku yang mengambil alih pasukan kekaisaran ...," ucapnya tidak enak. Dia tidak bisa narsis.Sheira mengangguk-angguk. "Yah, karena itu juga sih. Tetapi, alasan yang lebih kuat adalah ... karena terjadi perebutan kekuasaan di kerajaan kami.""Perebutan kekuasaan?""Saat ayahku, mendiang raja terdahulu wafat, kakakku Reghar naik tahta. Partai bangsawan mendukungnya. Tetapi, paman kami, adik ayah tidak setuju. Dia menginginkan tahta kerajaan. Para bangsawan tidak menyukai paman, karena dia dinilai tidak mampu menjalankan pem
Baca selengkapnya
34. Dongeng
Seikat mawar merah, di atas tempat tidur selirnya. Seikat mawar merah yang katanya dari Grand Duke Everon. Bagaimana benda itu bisa ada di atas ranjang selirnya? Bagaimana bisa sampai ke sana?Semalaman Ditrian memikirkan itu, saat kembali ke kamarnya. Hingga pagi ini.Wajah Grand Duke Everon yang segar dan serius tengah menjelaskan dokumen-dokumen soal benih dan jumlah hutang yang kemungkinan akan mereka ajukan."Lumayan banyak, Yang Mulia. Kita akan bisa melunasi hutang itu dengan menaikkan pajak dua kali lipat dalam waktu lima tahun."Dan ... entah bagaimana, Grand Duke Everon menjadi gugup. Sedari tadi Raja Ditrian menatapnya tidak suka. Tidak biasanya. Kesalahan apa yang sudah dia perbuat?"Dua kali lipat pajak? Kau mau Direwolf di seluruh kerajaan kelaparan?!" tukas Raja Ditrian dengan nada jengkel. Beberapa bangsawan yang bersama Grand Duke Everon saling bertatap."T-tapi ... bagaimana kita akan membayar hutang jika kita tidak menaikk
Baca selengkapnya
35. Selir dan Tunangan
Selama ini, Ditrian baru sadar. Helaian itu memang terlihat seperti benang-benang emas yang berkilau. Lembut dan halus bagaikan langit senja yang mengalir seperti sungai."Maksudmu ....""Aku adalah keturunan dari Rapunzel di cerita dongeng itu."Ditrian lengang. Dia masih sangsi."Kau ingat menara di hutan Galdea Timur yang diceritakan oleh Sir George?" pria itu mengangguk. "Kuyakin ... itu adalah menara Rapunzel.""Lalu? Jika kau memang keturunan Rapunzel, bagaimana kau akan membuka wilayah itu?""Aku harus melihat menara itu. Legenda bilang, ada teka-teki di dalam menara yang akan mengangkat kutukan di tanah itu.""Jadi ... kau ingin ke Galdea Timur? Ke menara itu?"Sheira mengangguk penuh keyakinan. Matanya berbinar. Cahaya siang itu memantul ke mata peraknya seperti manik-manik.Segenap angan-angan memenuhi kepala Ditrian. Cerita Sir George kembali terpanggil dalam memorinya. Hantu-hantu kepala dan lipan raksasa ber
Baca selengkapnya
36. Ramuan Terhebat
Evelina mengangkat tangannya singkat. Memberi instruksi pada kedua pelayannya untuk menyingkir dari troli itu.Dengan hati-hati, ia membuka sebuah toples mewah dari keramik, berisi daun teh kering yang mahal dan diimpor jauh oleh Duke Gidean, ayahnya.Ia menyendok sebanyak tiga kali daun teh itu ke cangkir cantik berwarna putih dengan hiasan sulur daun emas. Khusus ia siapkan untuk tunangannya di hari ini. Lalu Evelina mengangkat teko mewah senada dengan cangkir, menuangkan air panas yang ada di dalamnya.Perlahan dedaunan yang hitam pekat itu mencemari air panas bening dengan warna merah terang. Evelina menunggu beberapa saat hingga teh itu merah pekat sempurna. Lezat seperti terakhir kali ia mencicipinya.Kemudian ia menyendoki ampas-ampas teh yang ada di dasar cangkir dengan hati-hati dan cermat.Ia meletakkan cangkir itu di atas lepek putih keramik. Satu set dengan teko dan cangkir. Siap untuk disajikan. Tapi ... Evelina, putri Duke Gidean yang
Baca selengkapnya
37. Penawar
"Ini ... ramuan cinta," ucap Master Viserian. Dokter Stuart sudah meninggalkan kamar raja dari tadi. Dia bilang, tidak ada yang salah dengan kesehatan raja, mungkin raja hanya sedang naik libidonya. Tetapi Master Viserian adalah seorang alkimia. Dia yang waktu itu pernah memeriksa keadaan Sheira. Namun karena sudah tidak ada lagi ramuan sihir di tubuhnya, maka ia tak berbuat banyak. "Siapa yang sudah memberi ramuan ini pada raja?" tanya Sheira. Lady Emma masih ada di sana. Hanya ada mereka berempat. Tentu saja Ditrian masih memeluki dan menciumi pipi Sheira. Sesekali mengendus-endus lehernya. Membuat Sheira geli sekaligus risih bukan main. Apalagi masih ada Lady Emma. "Saya tidak tahu siapa yang memberinya, Tuan Putri. Tapi ... cara kerja ramuan sihir adalah, dia akan berefek pada siapapun yang pertama kali ia lihat setelah meminum ramuan itu," jawab Master Viserian. Mungkinkah ... seperti saat ia meminum ramuan oblivate dari Alfons? O
Baca selengkapnya
38. Ksatria Terakhir
Hampir tiga bulan semenjak ia tiba di istana ini, akhirnya untuk pertama kali, dia akan bisa keluar melihat dunia lagi. Sheira tidak bisa tidur semalam. Dia terlalu bersemangat. Sekarang masih subuh, bahkan langitnya masih biru gelap. Tapi mereka harus berangkat pagi-pagi sekali untuk menghindari keributan.Sir George, Sir Evan dan beberapa pengawal lain sudah mengenakan baju zirah seperlunya dan berpakaian layaknya warga biasa. Masing-masing dari mereka membawa pedang dan perbekalan.Totalnya kira-kira sepuluh orang. Belum lagi tujuh pengawal bayangan yang tidak akan menampakkan dirinya.Mereka semua sudah duduk di atas kuda masing-masing."Apa sudah semua Sir George?" tanya Sheira dari balik tudung jubahnya. Hanya mata peraknya saja yang terlihat."Mohon menunggu sebentar lagi, Tuan Putri," pinta Sir George.Entah bagaimana Raja Ditrian berhasil meyakinkan Sir George. Padahal kemarin pagi Sir George menolak mentah-mentah perjalanan ini. Di
Baca selengkapnya
39. Ksatria Yang Baru
"Apa hukuman yang pantas untukmu, Argus si Pandai besi?"Argus masih tertunduk menatap lantai."Y-Yang Mulia ... mo-mohon ampuni Argus," Sir George terbata."Berani sekali kau menggoda istriku," Ditrian mengeluarkan sebilah belati dari sarungnya. Gesekan logam itu bisa didengar oleh Argus, membuatnya bergidik."Ampuni hamba Yang Mulia!" pekik Argus. Suaranya bergetar."Hentikan!" cegah Sheira. Ia memegangi lengan Ditrian yang memegangi belati. "Sudahlah!"Jantung Ditrian berdebar-debar. Seketika wajahnya merona. Efek ramuan itu muncul lagi. Dalam dirinya, ia berusaha menahan hal-hal bodoh yang bisa saja ia
Baca selengkapnya
40. Bercerai?
"Sir George!" seru Sheira. "Bisakah ... bisakah kita berhenti sebentar? Bolehkan kita beristirahat?" pinta Sheira.Sir George mengangkat tangannya, seketika rombongan itu berhenti? Ia pun berbalik ke belakang beserta kudanya, lalu melangkah dekat pada selir raja itu."Apa Anda ingin berhenti sekarang, Tuan Putri? Kita hampir tiba di kota berikutnya," Sir George menoleh, menunjuk pada pemandangan sebuah kota di ujung lembah. Cukup jauh, tapi sudah terlihat."Aku tahu ... tapi tulang ekorku membunuhku. Kumohon, bisakah kita beristirahat sebentar saja?"Sir George agak ragu. Ia lalu melihat ke arah Raja Ditrian paling belakang. Pria itu mengangguk, lalu turun dari kudanya."Baik, Tuan Putri. Saya hanya tidak ingin Tuan Putri tidak beristirahat di tempat yang nyaman. Saya harap kita bisa sampai ke kota sebelum petang."Sheira pun turun, nyaris oleng dan ia terlihat merintih kesakitan. Sisa rombongan yang lain pun ikut turun dari kuda.Dit
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status