All Chapters of Pengantin Raja Direwolf: Chapter 11 - Chapter 20

Komplek istana Kerajaan Canideus sangat luas. Di sebelah timur adalah istana raja, sedangkan di sebelah barat adalah istana ratu. Di tengah-tengahnya adalah istana utama yang paling luas. Dimana perpustakaan, ruang pesta, ruang kerja para pejabat istana berada. Bangsal, dapur utama, lapangan berkuda, tempat latihan memanah dan tempat latihan para ksatria dan lain-lain. Termasuk paviliun rumah kaca.Paviliun khusus dengan atap, dinding, dan pintu dari kaca. Di sokong dengan rangka-rangka baja kuat tahan karat yang ditempa oleh para Dwarf. Ditanami banyak herba obat berkhasiat. Selain itu juga penuh dengan bunga dan pohon yang mungkin tidak setiap hari bisa dijumpai di Kerajaan Canideus. Bagian tanaman herba agak dekat dengan bangsal istana. Biasanya penuh dengan cendekiawan dan ahli obat. Sedangkan taman bunga dan tanaman langka ada di bagian yang lain. Ada air mancur, sungai buatan, jalan setapak, juga dibuat gazebo di tengah-tengahnya.Raja Ditrian dan Grand Duke Everon telah berada d

Rumor tentang selir raja tersebar dengan cepat seperti air terjun dari tebing. Kalau bukan karena Duke Gidean, siapa lagi? Beberapa undangan minum teh untuk selir raja juga berdatangan. Hanya penasaran dengan rumor itu. Namun hari-hari Ditrian berjalan seperti biasa. Tenggelam dengan pekerjaan-pekerjaan seorang raja. Setelah hari itu dia belum pernah lagi bertemu dengan selirnya.Terkadang, dia teringat malam itu. Sekelibat wajah Sheira saat bersamanya terngiang ditengah dokumen-dokumen kerajaan. Itu membuat Ditrian hilang fokus."Yang Mulia .... Yang Mulia?""Y-Ya?" Seperti kali ini. Lamunannya terpecah. "Sampai di mana tadi?""Persiapan musim dingin lebih buruk dari yang kita kira. Jika kita tidak melakukan sesuatu, kerajaan akan benar-benar kelaparan. Pembelian benih juga ditolak oleh kerajaan tetangga. Keadaan mereka juga sama seperti kita."Wajah Ditrian berubah serius. Sebuah perasaan cemas mulai tumbuh di dalam benaknya."Apa tim ekspedisi kita sudah tiba? Wilayah Galdea Timur l

Tiga hari setelah upacara pemakaman, masih dalam hari berkabung. Raja Ditrian memanggil Sir George. Salah satu penyintas ekspedisi itu. Dia tidak sampai hati untuk meminta Sir Kedrick melapor. Pria itu pasti masih terpukul.Mereka bertiga duduk di sofa tamu ruang kerja raja. Raja Ditrian, Sir George, dan selir raja, Putri Sheira. Itu membuat Sir George agak bingung. Sheira bersikeras pada Ditrian untuk tahu soal ekspedisi Galdea Timur."Apa yang terjadi Sir George?"Sir George terlihat gemetar. Matanya menatap Ditrian dan Sheira dengan takut. Pertanyaan itu memaksanya menggali ke ingatan mengerikan di sudut kepala."Mohon ampun Yang Mulia. Sebaiknya ... kita tidak mengusik tempat itu lagi. Atau membicarakannya. Tempat itu berbahaya. Lebih baik ... Yang Mulia memenggal kepalaku daripada harus pergi ke tempat itu lagi."Wajah Sir George memucat. Ditrian bisa melihat ujung-ujung jari pria itu bergetar. Sheira dan Ditrian saling menatap. Harus bagaimana ini. Pertama kalinya juga, Ditrian m

"Hantu ya ... Hm. Selama aku hidup, aku tidak pernah melihatnya. Mereka bilang, roh-roh orang yang sudah mati akan bersama para dewa.""Lalu ... bagaimana kau akan menjelaskan cerita Sir George?"Sheira meliriknya. Ia bisa melihat wajah Ditrian yang agak cemas di kegelapan. Wanita itu terkekeh."Kau takut ya pada cerita Sir George? Hihihi," goda Sheira."A-aku tidak takut .... Hanya saja ... aku belum bisa menemukan hal logis pada ucapan Sir George."Sheira kembali menatap langit-langit."Kuyakin ini bukan pertama kalinya kau mendengar cerita hantu, bukan?" Ditrian menggeleng. "Lalu kenapa kau takut pada yang satu ini?""Itu karena ... Sir George melihatnya sendiri. Dan dia bukan orang yang akan berbohong padaku."Seluruh tubuh Sheira kini berbalik ke arahnya. Ia menatap Ditrian dengan gemas sambil tersenyum kecil. Untung saja gelap. Jika tidak, wanita itu bisa melihatnya merona malu."Mungkin ... aku punya jawaban dari cerita Sir George."Ditrian meliriknya. "Apa itu?""Yang pertama .

Sama saja? Bagaimana Sheira bisa berkata dia sama saja dengan si brengsek itu? Ditrian tak bisa berkata apa-apa lagi setelahnya. Dia hanya pergi dan bilang, "Terserah kau saja!"Sungguh ini perdebatan paling kekanakan yang pernah ia alami selama menjadi raja. Keesokan harinya, Ditrian langsung menyurati Lady Evelina agar bisa mendampinginya menemui Putra Mahkota Kekaisaran Revendel. Tentu saja ini membuat Lady Evelina berjingkrak di mansionnya yang mewah. Ia bahkan berlari-lari dengan mengibar-kibarkan surat itu.Tidak tahu bagaimana hiruk pikuknya para pelayan di kediaman Monrad. Yang jelas, hari ini gadis itu sudah cantik dan mewah membahana di samping Ditrian. Mengenakan baju biru pastel yang mahal. Ada hiasan batu permata di bagian dada dan roknya. Ditrian juga tak kalah rapi dan elegan. Baju resmi raja berwarna biru tua dengan lencana-lencananya. Tak lupa jubah hitam legam menggantung di belakang punggungnya.Seluruh penampilannya sangat cocok dengan tatanan rambut dan wajah pria