Semua Bab KINGMAKER (Indonesia): Bab 21 - Bab 30
94 Bab
21. Pertunjukan untuk Peter
Wajah memuakkan Alfons kini sangat dekat pada hidungnya. Sheira bisa mencium bau parfum mewah beradu dengan bau tanaman obat. Ia mengeluarkan lidahnya dan mulai menjilati bibir merah muda Sheira. 'Tidak! Hentikan! Kau monster! Bejat!' kata-kata itu hanya bisa ia teriakkan dalam hati. Tubuhnya masih tersenyum sambil menatap kosong. "Pa-pangeran ...," lirih Peter takut-takut. Alfons berhenti. Ia tersenyum licik pada Peter. "Kunci pintunya rapat-rapat," perintahnya. Dengan tergagap, Peter mengunci pintu kayu mewah pohon ek itu. Ia lalu menoleh ke arah mereka berdua lagi.
Baca selengkapnya
22. Tunangan Raja
Paviliun rumah kaca hari itu cukup tenang. Raja Ditrian dan tunangannya, Lady Evelina masih berpakaian rapi. Bekas menyambut Putra Mahkota Kekaisaran Revendel, Pangeran Alfons tadi pagi.Mereka duduk berhadapan di meja bundar di gazebo putih paviliun rumah kaca. Teh hangat dan camilan ada di sana."Bagaimana Ditrian?" tanya Evelina. Ditrian tersentak."Ah. Oh. Ya ... itu bagus," gumam Ditrian asal. Dia bahkan tidak tahu apa yang gadis itu bicarakan. Evelina murung. Wajahnya cemberut."Kau tidak menyimak, apa kau memikirkan hal lain?" tanya Evelina setengah merajuk.Ya. Sebenarnya pikiran Ditrian sedang melayang. Menerka-nerka apa yang terjadi dengan Sheira. Ramuan apa itu tadi? Dan .
Baca selengkapnya
23. Ramuan Cinta
"Peter, ambilkan kotak ramuanku," perintah Alfons. Ajudannya yang pendek itu mengangguk, lalu pergi meninggalkan mereka.Alfons tersenyum menatap Evelina yang terlihat ragu dan takut. Dia juga mau bagaimana pun, tidak melihat kotak ramuan putra mahkota sebagai hal yang menyenangkan. Tentu dia melihat sendiri bagaimana Putri Sheira mendadak bertingkah aneh. Tapi mungkin itu hanya perasaannya saja."Aku ingin berbincang berdua dengan Lady Evelina," ucap Alfons kemudian. Kedua pengawal kekaisaran berbalik hingga mereka keluar dari gazebo. Sementara pelayan Evelina menatap ragu pada majikannya. Evelina mengangguk, seolah berkata tak apa jika ia hanya berdua. Lalu pelayan itu pun pergi."Ada apa Yang Mulia?" tanya Evelina pelan."Aku ingin
Baca selengkapnya
24. Lima Prajurit
Peter mulai berkeringat. Apa mungkin ... akan terjadi seperti waktu itu lagi?Alfons bangkit dari sofanya. Ia berjalan ke arah Sheira yang tersenyum aneh dengan tatapan kosong.  Sesingkat itu, Alfons langsung melumat bibir merah muda Sheira. Matanya terpejam dan mulut mereka beradu ciuman. Dengan penuh nafsu ia menggerayangi punggung Sheira. Keduanya mulai bermain lidah. Entah berapa lama mereka berciuman dengan ganas, hingga Alfons terengah kehabisan nafas.Peter terlihat takut. Ia buru-buru mengunci pintu kamar dan berdiri tegap berjaga di depannya.Alfons lalu menatap mata perak Sheira dalam-dalam. Jemari kurusnya membelai pipi putih Sheira lembut."Putri ... apakah kau akan merindukanku?" tanyanya pelan.
Baca selengkapnya
25. Belati
Petang itu dia sudah kembali dengan rapi dan bersih. Peter melakukan pekerjaan yang sangat baik dengan tanpa meninggalkan jejak sedikit pun atas pemerkosaan barusan. Tetapi, Sheira tidak lupa dengan yang terjadi. Ia terduduk di kamar mandi dengan memeluk lututnya. Wajahnya terbenam dan menangis hebat. Sendirian.Tubuhnya sakit, dan ia masih mengingat wajah orang-orang bejat itu. Dan semua yang mereka lakukan padanya. Ia marah, sangat marah. Merasa jijik pada dirinya sendiri. Kotor dan hina! Ia mengutuk. Terutama pada si brengsek Alfons. Mulutnya tak bisa berkata apapun soal ramuan oblivate atau bagaimana dia diperkosa beramai-ramai.Sheira sangat muak. Rasanya ingin mati saja. Belum pernah dia merasa semalu dan sehina ini seumur hidupnya.Bagaimana pun caranya, dia akan membalas dendam
Baca selengkapnya
26. Tulip Naga
"Brengsek ...," lirih Sheira. Perlahan wajahnya mendongak. Meski matanya basah, kedua bola mata peraknya menyorot tajam penuh kebencian pada Alfons yang duduk di puncak sana. "Bajingan!" pekiknya kemudian."Diam!"Prajurit yang ada di belakangnya seketika menendang tengkuk Sheira  keras dengan kaki kanannya."Ukh!"Hingga wanita itu jatuh terjerembab tengkurap dengan tangan terikat di belakang. Pasti sangat sakit hingga ia pingsan.Terdengar suara lengkingan pedang yang ditarik dari sarung."Aaaakh!" seru prajurit itu. Ia terjatuh.Entah bagaimana, itu semua terjadi secepat ki
Baca selengkapnya
27. Sumpah
"Dewa Hereus Yang Maha Bijaksana, Dewa Soloden Yang Maha Agung, Dewi Artenes Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Hari ini dua jiwa ingin bersatu. Kekalkanlah mereka ... berkatilah selama-lamanya," ucap Pontifex pada air terjun kecil dengan kolam jernih di bawahnya.Itu adalah air ajaib yang konon katanya diberikan oleh para dewa. Tidak pernah keruh atau berlumut.Pontifex berbalik menghadap ke dua insan itu. Yang di sebelah kirinya adalah Yang Mulia Raja Ditrian. Memakai baju mewah dan jubah termahal dari bulu musang biru yang langka. Gagah sekali.Tetapi mempelainya hari itu, meskipun sudah dipakaikan gaun pengantin satin sutera berkelas, dengan sulaman emas daun di sana-sini, tetap buruk. Bahkan meski sudah ditutupi tudung pengantin, tetap bisa kelihatan kalau dia ini jelek sekal
Baca selengkapnya
28. Bunga Aster
Mencintai Sheira?Itu terngiang-ngiang dalam kepalanya. Selama menunggang kuda dari pelataran kuil hingga sampai ke komplek istana. Ucapan Pontifex tadi benar-benar melekat di otak. Setidak diinginkannya pernikahan itu oleh orang-orang. Ya bangsawan, Pontifex, bahkan Sheira sendiri. Hanya titah kaisar saja. Yang katanya itu dari dewa. Dia menebak, kaisar juga pasti masa bodoh Ditrian mau menikah dengan siapa. Atau bisa jadi memang betul, Kaisar Julius menikahkannya dengan Sheira hanya untuk menghinanya.Sebenarnya, apa yang sedang direncanakan oleh para dewa?Sesampainya di istana utama, salah satu pegawai istana mengatakan bahwa beberapa bangsawan tengah menunggunya. Ditrian menolak menemui mereka, karena sudah pasti orang-orang itu ingin mencecarnya.
Baca selengkapnya
29. Sup Labu
Tepat waktu! Ditrian meraih tubuh mungil Sheira dan memeluknya, menarik ke belakang hingga mereka berdua terjatuh bersama di lantai balkon.Mungkin agak lama Ditrian mendekapnya. Erat sekali. Matanya memejam kuat dengan perasaan takut memenuhi kalbu. Dia terengah, tubuhnya nyaris gemetar."Apa yang kau lakukan?!" serunya cemas dengan suara parau.Tidak ada jawaban dari Sheira.Saat Ditrian membuka matanya, ia memperhatikan lekat-lekat. Wajah cantik wanita itu menatap kosong. Melamun. Seperti mayat hidup.Sementara itu angin kencang masih menghantam balkon. Dingin. Kulit Sheira juga nyaris beku."Sheira?" tanyanya. Wanita itu hanya d
Baca selengkapnya
30. Balkon
"Berhutang?" tanya Everon. "Kau yakin?"Ditrian tidak menggeleng, tidak mengangguk juga."Berapa banyak?""Sampai semua orang bisa makan."Everon menghela nafas berat. "Mungkin partai bangsawan akan paham. Tapi kalau rakyat bagaimana? Kau harus meminta pajak dua kali lipat nantinya. Mereka itu bangga sekali padamu, pada kerajaan. Dewan Rakyat bisa menentang ini.""Aku akan buat mereka mengerti. Ini juga adalah usulanku. Toh ... ini cuma sementara. Saat ini yang paling mendesak adalah mengisi perut rakyat. Aku tidak mau membiarkan mereka kelaparan."Everon terlihat berpikir."Jika k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status