All Chapters of Salah Sebut Nama Panggilan: Chapter 21 - Chapter 30
68 Chapters
Sedikit Puas
Bu, Bu Ratih."   Terdengar suara memanggil nama Mama Ratih terburu-buru. Mama Ratih dan Nirmala menghampiri ibu itu.    "Ada apa Bu Mirna?" tanya Mama Ratih.   "Itu bu, di depan gerbang perumahan ada perempuan tertabrak tadi Mas Heru yang bawa katanya istrinya, tapi ini Mba Nirmala baik-baik saja. Terus tadi..."   Bu Mirna tak meneruskan ucapannya, sontak seketika Mama Rita dan Nirmala terkejut mendengar berita itu. Mereka saling berpandangan dan terpaku seketika.    "Sekarang dimana bu?" tanya Mama Ratih   "Sudah dibawa ke rumah sakit bu, kalau begitu saya permisi."    Bu Mirna pamit dan berlalu, Mama Ratih dan Nirmala tak percaya dengan apa yang mereka dengar, semua terjadi begitu cepat ya Tuh
Read more
Perjanjian Heru
Perlahan Sarah membuka matanya hingga ia bisa melihat setiap sudut ruangan itu. Tubuhnya masih terbaring lemas. Ia mencoba memginga-ingat peristiwa yang menimpanya. "Sus, siapa yang membawa saya?" tanya Sarah. "Suami ibu, tapi dia sekarang sudah pergi dan menitipkan ini." jawab perawat itu. Mata Sarah berbinar namun seketika kembali meredup. Perawat itu menyodorkan lipatan kertas, Sarah meraihnya dengan lemas. Perlahan ia buka kertas itu dan membacanya. "Sayang, maafkan aku. Aku harus pergi, aku sudah tak bisa bersama kamu lagi. Sekarang kamu sudah tak punya apa-apa, hidupku juga sudah susah gara-gara kamu jadi aku pergi. Jangan cari aku, mulai hari ini kita berpisah." Mata Sarah memanas membaca isi pesan yang tertulis dalam kertas itu, dadanya terasa sesak, bulir bening dari matanya jebol tak tertahan. Marah, kesal, kecewa ya itulah yang
Read more
Kehilangan
"Bagaimana dengan Kania kak?" tanya Nirmala. Akhirnya mereka paham apa yang membuat Nirmala menangis, ya Kania tentu saja selain memikirkan nasibnya yang ada dibenaknya tentu anak mungil itu. Apa yang harus diceritakan padanya jika bertanya soal papanya.  Nilam pun terdiam mendengar pertanyaan adiknya itu, ia terlalu cepat bertindak, ia lupa pada keponakannya itu, bagaimana cara menyampaikannya pada anak sekecil itu yang belum mengerti apapun. Papa dan Mama Heru pun terpaku, semua nampak dilema dengan semua yang terjadi, bagaimana lagi kini Heru sudah pergi entah kemana? Semua merasa perlu mencari cara agar Kania tak mengingat papa kesayangannya lagi.  "Kamu tenang ya, nanti kita pikirkan jalan keluarnya bersama-sama."  Kak Nilam mencoba menenangkan adiknya, ia merangkul bahu Nirmala, menguatkannya dengan semua cobaan ini.  
Read more
Telepon Misterius
"Kak, Sarah sekarang mengkhawatirkan. Lihat deh." Nirmala menunjukan gambar Sarah yang tadi dia ambil, Kak Nilam hanya tersenyum. Perempuan yang ikut serta menghancurkan kehidupan Sarah merasa senang, kini adiknya tidak selalu bersedih akan kehadirannya. "Itu karma buat dia dek."  "Tapi kadang aku kasian juga kak, dia sebatang kara percis kata Mas Heru kalau dia tak punya siapa-siapa jika Mas Heru meninggalkannya maka hancurlah hidupnya dan benar saja kak, aku jadi merasa bersalah."  "Mulai deh sok berhati malaikat. Hahaha" gelak Kak Nilam. "Dek, terkadang kita perlu bersikap jahat dengan niat untuk membuat orang itu sadar. Kita sekarang hanya tinggal berdoa semoga Sarah sadar atas apa yang dia lakukan selama ini."  "Aku kepikiran Mas Heru kak, dimana dia sekarang? Kania terus nanyain kadang dia
Read more
Membujuk
Nirmala melewati setiap hari dengan perlahan namun pasti dengan penuh kegembiraan, waktu terus berlalu dan tak terasa Heru telah pergi satu bulan lamanya, Kania menjadi terbiasa tanpa kehadiran papanya meski bertanya tentang papanya namun berhasil dijelaskan dengan singkat, kekhawatiran Nirmala pun seakan sirna. Dukungan yang penuh dari ibu, kakak dan mertuanya membuat Nirmala kuat hingga hari ini. "Sudah satu bulan Mas Heru pergi bu, Kania sudah mulai terbiasa tanpa papanya. Mungkin sebaiknya Nirmala menggugat cerai Mas Heru." "Nirmala jangan gegabah, pikirkan segalanya dengan baik-baik jangan emosi. Jangan hanya Kania sudah melupakan papanya kamu seenaknya. Allah itu membenci perceraian sayang."  "Tapi bu, ini sudah mau satu bulan. Tak adakah kerinduan di hati Mas Heru kepada anaknya hingga ia memutuskan untuk pulang atau berusaha memperbaiki semuanya. Aku awalnya akan bertahan demi Kania
Read more
Heru Kembali
Dengan semangat Heru mempersiapkan diri untuk menemui Nirmala, Heru tak lupa pada Kania ia membeli beberapa boneka kesukaannya.  Tujuan Heru adalah mencari Sarah, pikirannya tak bisa lepas dari wanita itu. Rasa kemanusiaan Heru yang membuatnya memikirkan Sarah terus, ia merasa berdosa sudah meninggalkannya begitu saja dalam kondisi tak sadarkan diri. Langkah kaki Heru terhenti melihat penghuni rumah itu bukan lagi Nirmala. Segera ia melakukan panggilan pada Nirmala untuk memastikam keberadaan dirinya.  [Aku di rumah ibu]  Tanpa membalas pesan dari Nirmala, Heru segera menuju rumah ibu di tengah perjalanan ia melihat seseorang yang ia kenal. "Sarah" lirih Heru. "Mas Heru." tutur Sarah. Heru tersenyum bahagia pada Sarah tapi tidak dengan Sarah, ia justru segera masuk k
Read more
Permintaan Heru
Aku kira kamu datang karena rindu padaku atau Kania nyatanya bukan aku yang kamu rindukan. Aku sudah muak dengan kamu mas, tadinya aku berpikir untuk menerima kamu kembali tapi ternyata untuk apa aku memungut sampah yang sudah terbuang tanpa sengaja. Pergi dari rumah dan jangan berharap bisa bertemu Kania lagi." tegas Nirmala berlalu dari hadapan Heru yang masih terpaku dengan kemarahan Nirmala.  Nirmala tak terlihat lagi dari pandangan Heru, tak lama Ibu Nirmala datang menghampiri Heru yang masih terdiam. "Nak Heru." Heru terkesiap mendengar ibu mertuanya datang, ia membetulkan duduknya, bangkit dan menyalami ibu mertuanya, lalu duduk kembali setelah ibu mertuanya duduk. "Apa kabar nak Heru?"  "Baik bu." "Syukurlah, bagaimana rasanya hidup sendiri? Jauh dari anak dan istri? Terutama jauh dari istri
Read more
Keputusan
Keesokan harinya Heru didampingi kedua orang tuanya mendatangi rumah ibu Nirmala, mereka hendak mengajak Nirmala berdiskusi agar keputusannya untuk bercerai bisa dihapuskan dan memberikan kesempatan kedua bagi anaknya. Suasana masih hening, Nirmala duduk diapit ibu dan Kak Nilam, seberang ada Heru dengan kedua orang tuanya.  "Nirmala bisa kah kamu pikirkan kembali keputusanmu dan memberikan kesempatan pada Heru." pintu Mama Ratih. Nirmala menghela nafasnya, ia berusaha untuk tegar menghadapi ini semua.  "Bu Ratih, Nirmala sudah berusaha memberikan kesempatan itu pada Nak Heru namun sayang hal itu tak digunakan dengan baik oleh nak Heru. Coba ibu bayangkan jika ibu sedang mengharapkan Pak Sudibyo pulang dan ketika pulang pak Sudibyo malah menyebut nama perempuan lain, apa yang ibu rasakan?"  Mama Ratih terdiam, ia tak bisa b
Read more
Sakit Hati Kembali
Keputusan Nirmala sudah tak bisa ditawar lagi, kali ini dia benar-benar telah mantap berpisah dari Heru, lelaki itu memang sudah tak bisa dipegang omongannya dan selalu merasa  benar tanpa sedikit pun merasa menyesal dengan apa yang sudah ia lakukan dan apa yang sudah ia terima. Kedatangan Heru kembali membawa harapan untuk Nirmala akan memperbaiki ikatan pernikahannya namun kadas kembali karena nyatanya Heru masih saja mengingat perempuan itu, ia sama sekali belum berubah maka hilang sudah keinginan untuk memperbaiki semuamya karena Nirmala merasa percuma. Heru dan keluarganya pamit dengan membawa rasa kecewa atas penolakan berdamainya dari Nirmala. Mama Ratih adalah orang yang paling bersedih, selama ini dia  berusaha untuk tidak membuat mereka berpisah nyatanya gagal, kecewa ternyata pada akhirnya usahanya akan sia-sia.  "Lagian mama gak habis pikir ngapain sih kamu masih mikir
Read more
Penyesalan Tak Berarti
Mama Ratih berhasil menemukan Nirmala, segera ia menghampiri Nirmala yang terduduk lemas di taman rumah sakit. "Nirmala, kamu di sini." Mama Ratih datang dengan tergopoh-gopoh, nafas nya tak beraturan, Nirmala sama sekali tak ingin tersenyum kali ini entahlah Nirmala merasa kecewa dengan mertuanya itu.  "Nirmala, maaf kan mama."  Nirmala masih tak bergeming, pandangannya nanar ke depan, tatapan matanya kosong, ia tak memperdulikan kehadiran mertuanya. Hatinya sudah semakin terluka, pertama kalinya Nirmala mengacuhkan mertuanya itu. "Nirmala maaf mama, nak. Mama mengerti jika kamu marah sama mama, tapi mama pun sungguh sangat kecewa dan marah terhadap sikap Heru tadi." Suara parau Mama Ratih, membuat Nirmala menghela nafas. Nirmala tahu, Mama Ratih pun pasti kecewa tapi rasa kecewanya tak sebanding de
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status