Tidak ada orang bodoh, yang mau mengorbankan hubungan yang sudah tiga tahun dijalani demi hubungan enam bulan yang tidak jelas statusnya apa.
Ya. Sebenarnya status mereka itu apa?
Apakah Glenn pernah mengutarakan secara eksplisit perasaannya pada Lala? Atau secara gamblang mengakui jika dirinya sudah jatuh hati padanya? Nyatanya Glenn sendiri juga tidak paham dengan segala kemauannya.
Yang dia tahu. Dirinya tidak rela Lala dimiliki laki-laki lain, tetapi bagaimana menjelaskannya pada Lala tentang perasaannya itu?
Arghhhh .... Glenn mengerang melampiaskan rasa resah yang kian membuncah. Glenn sudah berada di kamarnya. Selama beberapa jam pria itu mengurung diri. Tidak banyak yang dia lakukan selain mendesah frustasi, berjalan mondar-mandir kesana-kemari sudah seperti seekor anak yang akan ditinggal induknya pergi.
Bagaimana dirinya tidak gundah, sepulang dari Singapura Lala begitu irit bicara. Tampaknya, Glenn harus berbuat sesuatu sebelum terlambat
Lala mencengkeram erat tubuh Glenn, dan menghabiskan tangisnya di sana ‘Ini untuk terakhir kalinya’ batinnya tidak ingin membuang kesempatan. Menumpahkan beribu pilu dalam kokohnya tubuh itu. Lala terus membenamkan kepalanya.“Maafkan aku,” ucap Glenn sekali lagi.Lala muak karena hanya kata maaf yang selalu di ucapkan Glenn. Gadis itu melepaskan diri dari rengkuhan laki-laki lagi dengan kecewa. Bukan kata maaf yang terus ingin ia dengar, melainkan sebuah pengakuan yang dia harapkan. Tetapi laki-laki ini hanyalah laki-laki lemah yang tidak berani memperjuangkan sebuah cinta bahkan untuk sekedar mengakuinya.Cinta tapi sakit itu istilah yang menggambarkan mereka berdua. Cinta datang dengan tidak sopannya di waktu yang sangat tidak tepat. Ketika Glenn memperjuangkan cinta sejatinya justru dirinya bertemu dengan cinta yang lain.Tubuh Glenn merosot hingga duduk dan menyandarkannya tubuhnya dinding. Bibirnya sudah kelu sekedar berucap
Sendiri itu tidak menyedihkan. Kenapa tidak? Masih banyak hal yang lebih menarik yang dapat ia lakukan. Meskipun hatinya berkali lipat merasa lebih sakit. Masih mending diputus Alan, setidaknya laki-laki itu pernah begitu mencintainya.Tapi ini.Bahkan Glenn belum pernah mengatakan sayang apalagi menyatakan cinta. Jadi bagaimana Lala bisa menyebut peristiwa ini putus cinta? Sungguh miris bukan?Lala sudah siap hendak ke kampus. Tentu saja harus semangat.“Lala ..., Apakah di lantai atas ada anak kos bernama Lala?” teriak seorang gadis dari bawah. Mungkin dia anak baru jadi tidak mengenal Lala. Atau karena Lala sejak enam bulan terakhir tidak tinggal di situ sehingga mereka tidak mengenal Lala. Maklum saja di kost itu terdapat banyak kamar dan mahasiswa dari fakultas yang berbeda-beda.Merasa di panggil Lala pun menyahut dan menuruni tangga demi bertenu dengan gadis itu,“Iya, ada apa kak?”“Oh ... Anak baru ya ka
Meskipun terlahir dari latar belakang orang kaya, Lala sejak kecil terdidik mandiri dan peduli sesama. Orang tuanya tidak pernah mengajarkan kasta apalagi memandang orang sebelah mata. Bekal itulah yang membuatnya kini bisa bertahan hidup mandiri meskipun harta tidak melakat lagi. Ya ... Banyaknya harta hanya soal jumlah sedangkan kebaikan hati tak terhingga sampai di bawa mati. Gadis dengan flatshoes warna gold itu tampak berjalan lebih riang dan sejenak melupakan beban di hati. Sore ini Lala berada di taman kota! Dengan siapa? Tentu saja Lala pergi sendiri dengan menggunakan jasa purple ojeg. Berjalan sendiri, maksud hati mencari inspirasi agar terlepas dari luka yang menggantung di hati. Lala duduk di atas Ayunan. Mengamati anak kecil berlarian. Mengingatkan masa kecilnya tiap sore bersama bermain sekedar menikmati senja bersama. Lala memutuskan menonaktifkan ponselnya demi ketenangan dan kemenangan batinnya. Tampaknya Lala sangat ba
Suasana malam untuk anak kos apa lagi kalau tidak ngrumpi. Tampaknya teman-teman Lala sedang asyik menonton tv bersama di ruang tengah.“Hai kak Lala. Sini deh,” panggil Mira.Lala tersenyum bagaimana pun dirinya perlu sosialisasi. Rasa-rasanya hidupnya terlalu statis kampus- kantin-nulis -makan-glenn-alan begitu saja hidupnya. Statis amat ya?“Oke, sebentar!” Lala mengambil piring dan memindahkan cimol yang di belinya tadi kemudian membawanya. “Ayo di makan, enak kok murah meriah ini tadi,” ucap Lala setelah duduk bersama mereka.“Wah kak Lala, sibuk terus nih. Cowoknya ganteng-ganteng lagi! Boleh kenalin salah satu dong!” ucap Mira di sambut gelak tawa teman-temannya.Lala tertawa, “Kalian itu bagaimana, aku belum punya pacar, lho!”“Yang mobil hitam siapa kak, ganteng banget. Mau dong kenalin!” sahut Lili.“Jangan! kalian ngaco, Dia sudah punya pacar dan
Setelah mengantarkan Sabila pulang. Glenn memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi dan berharap segera sampai di kos Lala. Pikirannya sudah kacau dan emosi. Ingin segera memarahi gadis itu karena berani mengabaikan pesannya“Aku harus buat perhitungan!” ucapnya geram.“Lala ... Lala ...!!” teriaknya dari luar pagar besi sambil terus memukul-mukul pagar yang telah di gembok itu sehingga menimbulkan suara yang sangat gaduh.Penghuni kos menjadi panik berhamburan keluar, dan mencoba memanggil Lala karena ada yang mencarinya.“Kak Lala!! Cepetan temui ada yang ngamuk di luar!!” ucap Mira panik.‘Astaga, Apa yang terjadi’ Lala baru saja membersihkan wajahnya dan bersiap akan tidur. Kemudian dengan langkah tergesa dirinya segera turun.“Kunci gerbang depan di mana, Mir?!” tanyanya panik.Mira secepat kilat membantu mencarinya, dan menyerahkan kunci itu. Para penghuni kos ikutan turu
Lala sebenarnya sudah bangun hanya saja malas bangkit, badan rasanya sakit semua dan bibirnya begitu perih. Dirinya masih bermalas-malasan tidur padahal hari ini adalah ujian semesteran.“Astaga!!” Mengingat itu Lala langsung bangkit. Dan mengambil ponselnya untuk melihat jadwal ujiannya, Lala bersyukur karena masih nanti jam 10.00. Meskipun begitu Lala berpikir akan kembali ke kost untuk mempersiapkan diri.“La, kamu sudah bangun?” tanya Glenn. Laki-laki itu masuk ke kamar Lala, seperti biasa tanpa permisi apalagi ketuk pintu terlebih dahulu. Dirinya mendapati gadis itu duduk dengan murung, tampak sedih dan banyak pikiran.Lala hanya terdiam tanpa memedulikan kehadiran Glenn apalagi menjawab pertanyaan. Percuma saja bicara dengannya. Karena orang semacam itu sebenarnya hanya peduli sama dirinya sendiri tanpa pernah bisa mengerti bisa orang lain.“Bibirmu sakit?” tanya Glenn lagi dengan nada khawatir.Lala meliri
“Astaga apakah Glenn memukulmu!” Tampak ekspresi Alan kaget karena baru saja menemukan luka di bibir Lala. “Maafkan aku terlambat menolongmu. Aku baru dikabari Dewi tadi pagi,” ucap Alan menyesal. Lala terdiam sejenak untung saja Alan mengira luka di bibirnya akibat pukulan bukan akibat digigit Glenn. “Nggak apa-apa Lan, terimakasih sudah menolongku!” ucap Lala tulus. Alan memegang dagu Lala dan memperhatikan lebih cermat, selain luka di bibirnya. Juga pipinya tampak membiru. “Astaga!! Aku akan buat perhitungan La!” Lala menahan tangan Alan, menarik lengannya untuk tidak pergi ke mana-mana, “Sudahlah, tidak perlu kita membalasnya. Jika kejahatan dibalas dengan kejahatan, artinya kita sama saja dengan mereka,” ucap Lala menenangkan EHEMMM Suara deheman yang sedikit kencang itu membuat Lala melepaskan lengan Alan. Kemudian gadis itu menoleh untuk mengetahui siapa yang mengeluarkan suara itu dan dirinya melihat Dewi tampak mendekat. “La .
Sementara itu di tempat lain Sintia begitu marah. Kini mereka hanya berdua, Herlambang sedang keluar menemui rekan bisnisnya. Mereka pulang memang untuk acara pertunangan Glenn akan tetapi juga di manfaatkan untuk mengurus bisnisnya yang rencananya akan buka cabang di kota Violens. Sambil menyelam minum air begitu lah gambarannya. Sintia juga berhasil membujuk suaminya, untuk berbaikan dengan masa lalu. Lagi pula Glenn sekarang sudah dewasa tidak adil jika selalu menjadi korban yang dipersalahkan atas masa lalu. “Sebetulnya apa maumu Glenn? Jawab Mama,” tanya Sintia sangat penasaran, apa lagi melihat raut muka putranya yang tampak kacau dan resah itu. “Tidak ada,” jawab Glenn pendek. Laki-laki itu menyandarkan kepalanya di badan sofa, posisi mendongak ke atas dengan mata terpejam. Sintia menggeleng, “Mama tidak percaya apa benar yang dikatakan Alan tadi?” tanya Sintia kemudian. “Tidak benar,” jawab Glenn masih tetap pada posisinya.