All Chapters of Pendekar Gunung Tiga Maut: Chapter 11 - Chapter 20
89 Chapters
Teman Atau Kawan
“Aduh, aduh!” terdengar seseorang mengaduh. Itu adalah anak buah Hussa. Mendengar rintihan tersebut Danu langsung kembali marah. Dia teringat dengan anak buah Hussa lainnya yang membawa pergi Diana, membunuh Abimana serta istrinya. Danu berdiri, mendekati orang yang meringis memegangi lututnya, orang itu duduk lemas. Danu meraih parang yang tidak jauh dari orang itu, berbekas darah pada kedua sisinya. Danu bermaksud untuk menyudahi hidup orang itu dengan memenggal kepalanya. Parang terangkat ke atas, Danu bersiap, giginya mengeram. Tapi tiba-tiba orang itu memohon kepada Danu. “Aku mohon jangan bunuh aku!” Suara memelas. Danu tidak menurunkan parangnya yang siap menebas. “Dengan alasan apa aku tidak membunuhmu?” tanya Danu geram. “Setidaknya aku bisa menunjukkan di mana markas Hussa dan anak buahnya!” jawab orang itu. Itu adalah sebuah jawaban yang berhasil membuat Danu menurunkan parangnya. Memang saat ini Danu membutuhkan ses
Read more
Permata
 Danu terperanjat melihat parang hanya berjarak beberapa jari dari lehernya, tidak menyangka bahwa Baung yang telah diberinya hidup malah akan membunuhnya.“Mati kau!” teriak Baung sesaat sebelum parang benar-benar menebas leher Danu.Danu sudah pasrah, menghindarkan pun itu tidak akan banyak membantu. Jarak antara parang dan lehernya sekarang hanya setengah jari. Tapi Danu dan Baung sama-sama tidak menyangka bahwa ada seorang penyelamat yang datang tepat waktu.“Haaaa!” Terdengar suara bersamaan dengan sebuah tangan menepis parang yang Baung ayunkan.Parang panjang mengkilap diterpa cahaya bulan itu jatuh ke tanah. Baung benar-benar tidak menyangka bahwa akan ada seorang penyelamat yang tiba-tiba datang dan menggagalkan rencananya.Sosok yang datang tiba-tiba itu menendang keras-keras perut Baung. Baung terpental beberapa langkah ke belakang, tersungkur, meringis kesakitan.“Kamu tidak apa-apa, Dan
Read more
Jatuh Hati
Danu dan Permata telah hanyut dalam mimpi masing-masing. Tangan Danu memegang erat baju tebal yang diberikan Permata, menahan dinginnya udara malam. Sedang tidak jauh darinya, seorang gadis putih, cantik, berambut panjang, hitam, dan lurus, tengah terbaring tanpa bantal. Tangannya mendekap pada dada, menahan dingin malam dengan kain seadanya. Jika dilakukan dengan senang hati, maka akan menghadirkan sebuah rasa bahagia yang tiada tara.Dari balik keremangan, di bawah sebuah pohon, berjalanlah seorang manusia yang mengendap-endap, tangan kanannya terkulai ke bawah tidak berdaya. Baung berjalan mendekati Danu dan Permata yang tengah terlelap, sepertinya ini adalah waktu tepat untuk mengakhiri hidup mereka berdua.Tangan kiri Baung memegang erat sebuah parang panjang, bergetar. Ini adalah jalan terakhirnya untuk balas dendam kepada Danu juga Permata yang telah membuat tangannya lumpuh. Andai saja gagal, maka Baung tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi kepadanya.
Read more
Keindahan Surgawi
Pagi-pagi sebelum matahari keluar dari peraduannya Danu terbangun. Suara ayam saling bersahutan membangunkan manusia. Mata Danu mengerjap-ngerjap, memandang sekitar. Permata adalah pemandangan pertama yang membuat pandangannya bertahan beberapa saat.“Cantik!”Kata itu dengan sendirinya mengalir dari bibir Danu. Matanya masih memandang Permata untuk beberapa saat berikutnya. Bahkan sekarang Danu merangkak mendekati Permata yang mendekap dalam-dalam dadanya, menahan dinginnya pagi walaupun belum sepenuhnya dia tersadar.Danu ragu untuk membangunkan Permata. Tangannya bergerak mendekati kepala Permata, tapi tidak jadi menyentuhnya. Kini tangan Danu mendekati lengan Permata, membangunkan, tapi tidak jadi lagi. Ah, bingung sendiri bagian mana yang akan dia pegang untuk membangunkan. Sejenak Danu menatap buah dada Permata, tapi buru-buru dia mengalihkan pandangannya pada kaki Permata. Dia memberanikan diri untuk menyentuh kaki Permata, menggoyang-goyangka
Read more
Sepasang Suami Istri
Pagi kesekian datang dengan sinar matahari yang merekah, bak senyum seorang gadis berbibir merah. Petani-petani berjalan menenteng cangkul di tangan atau bahkan menyandangnya di pundak kanan, sesekali mereka mengundang tawa sesamanya ketika bertemu di kelokan jalan. Ayam-ayam berkejaran, memburu mangsa apa saja adanya. Burung-burung beterbangan membentuk sebuah pola yang mustahil manusia membuatnya.“Apakah kau sudah siap, Permata?” tanya Danu yang mendatangi rumah Permata. Pagi itu rencananya mereka akan berangkat memulai sebuah petualangan baru.Permata tersenyum manja, menyambut pagi dengan indahnya hati. “Aku sudah siap. Semua keperluan sudah aku siapkan meski tidak terlalu banyak. Bagaimana denganmu sendiri, Danu?” tanya balik Permata. Dia mempersilakan Danu untuk duduk sejenak di ruang tamu. Rumah Permata tampak sepi.“Syukurlah, aku sudah siap lahir batin,” jawab Danu sembari menatap lukisan besar di sisi dinding sebela
Read more
Satu Kamar
“Apakah kalian tidak tahu siapa kami, heh?” tanya orang kurus itu setengah membentak.Danu memandang orang itu sekilas. Jelas bahwa yang dimaksudkan oleh orang itu adalah Danu dan Permata. Danu masih bisa menahan hatinya agar tidak marah, Permata selalu memberikan ketenangan kepadanya.“Sudah, biarkan saja! Mungkin mereka adalah orang-orang yang tengah tidak punya pekerjaan!” kata Permata setengah berbisik sembari mengaduk-aduk minuman yang baru saja dihantarkan penjaga warung.“Rupanya mereka tidak sadar tengah seatap dengan siapa!” kata orang itu lagi menyindir, beberapa orang lainnya tertawa keras-keras.“Apakah kamu suka minuman ini, Permata?” tanya Danu, dia berusaha tidak mendengarkan kata-kata yang diucapkan orang-orang itu.“Aku suka, minuman ini segar sekali!” sahut Permata. “Aku jarang sekali mene..,” kata-kata Permata terhenti, orang itu tampak menggebrak meja, kasar
Read more
Tengah Malam
Tangan Danu mendekati tubuh Permata yang tergelatak begitu saja tanpa selimut, bagai mayat namun yang membedakan dia masih bernafas, perut dan dadanya kembang kembali, hidungnya keluarkan udara hangat.Danu melirik bibir merah itu, nafasnya tidak beraturan.  Baru sekali ini ia merasakan gelora cinta atau apalah itu yang luar biasa. Hati Danu tidak menentu, entah apa yang akan dia lakukan kepada Permata yang terlelap dalam tidurnya. Tangan Danu membelai pelan rambut lurus Permata, halus nian rambut itu.“Permata,” bisik Danu pada telinga kesunyian.Permata seolah menjawab dengan deru nafasnya yang beraturan. Buah dadanya naik turun, itulah yang membuat Danu hatinya bergetar, tidak tahan dengan pemandangan yang bahkan dia tidak membayangkan sebelumnya. Tangan Danu mendekati mustika keindahan dunia itu, berusaha memegangnya. Tapi syukurlah separuh otak Danu masih berfungsi dengan bagus. Dia mengurungkan niat bejat itu, ia berjalan keluar penginapan
Read more
Strategi Perampokan
“Ayo kita teruskan perjalanan, Permata!” ajak Danu setelah selesai makan dan membayarnya. Mereka berdua meneruskan perjalanan di bawah alunan sinar matahari yang semakin meninggi, semakin meninggi dan sinarnya terasa panas. Saat ini belum ada halangan yang berarti bagi mereka berdua, semua masih berjalan dengan lancar. Mereka masih berada di pusat kota, berbagai pedagang datang dari penjuru-penjuru dunia jauh. Berbagai dagangan mereka jajakan, mulai dari kain, pakaian jadi, bahan pangan, bahkan jasa pengangkutan menggunakan kuda juga manusia. “Minggir! Minggir! Minggir!” Seorang prajurit kerajaan terlihat menyibak-nyibak keramaian, memberikan jalan entah kepada siapa. Danu bertanya kepada salah satu pedagang yang ada di dekatnya. “Siapa yang akan lewat, Paman?” “Putra Mahkota!” jawab orang itu singkat, tidak lama berselang dia kembali melayani pembeli-pembeli yang datang. “Menepi! Putra Mahkota akan lewat!” Prajurit itu berteriak-teria
Read more
Tinggalkan Permata
Pertarungan jarak dekat terjadi, baku hantam antara puluhan orang melawan dua orang, satu wanita pula. Danu dan Permata masih bisa menepis bahkan membalas pukulan, bahkan beberapa orang telah dibuat pingsan oleh Danu. Permata menendang-nendang siapa saja yang ada di depannya. Dua orang telah dibuat lumpuh olehnya, orang itu meringis kesakitan. Sepertinya tidak bisa meneruskan pertarungan ketika yang dipatahkan adalah kakinya. Beberapa orang terlihat menjauh dari area pertempuran sembari meringis kesakitan.“Ah...” terdengar suara rintihan Permata. Danu berhenti sejenak dari serangannya. Permata tampak meringis memegangi pipinya.“Kamu kenapa, Permata?” tanya Danu khawatir.“Oh, aku tidak apa-apa, Danu! Aku hanya lengah sejenak!” jawab Permata.Saat itulah Danu tidak menyadari bahwa pertahanannya terbuka begitu lebar. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh lawan. Mereka langsung menyerang dengan pukulan bertubi-tubi. Lim
Read more
Gadisku
“Apakah kau sadar dengan kata-katamu, Danu?” tanya Permata. Tangannya mengelap air mata yang terus mengalir. “Sadar!” sahut Danu ringan. “Apakah kau benar-benar dan sungguh-sungguh mengatakannya?” “Iya,” sahut Danu lagi, ringan saja dia mengucapkan. Melihat dan mendengar hal itu, para perampok tertawa keras-keras, bulu tangan Permata berdiri. Takut. “Danu, kau benar-benar... akan...” suara Permata terputus-putus sebab air matanya yang terus mengalir. “Malam ini kita akan menikmati tubuh indah gadis itu!” seorang perampok berambut gondrong, gigi tengahnya ompong, berbicara demikian disambut tawa oleh teman-temannya. Permata saat itu benar-benar benci kepada mereka, benar-benar benci kepada Danu. “Cepat kau pergi dan tinggalkan gadis itu, bangsat! Pengecut!” kata salah satu perampok. “Aku akan meninggalkan gadis cantik ini untuk kalian!” sekali lagi Danu meyakinkan. Danu mengecup kening Permata. Seandainya keadaan
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status