All Chapters of Pendekar Gunung Tiga Maut: Chapter 51 - Chapter 60
89 Chapters
Tidak Ada Jalan Lari
Hutan telah di depan mata, Danu menambah kecepatan kudanya. Langit tampak gelap, matahari samar-samar sembunyi di balik awan hitam, mungkin sebentar lagi hujan akan datang.Sambutan hangat diberikan oleh hutan. Hewan-hewan liar menyambut mereka. Ayam hutan terbang terbirit-birit ketika dua kuda putih menginjakkan kaki dengan gagahnya. Rusa bertanduk panjang berlarian menjauh. Hewan-hewan itu hidup rukun dalam hutan yang sama, meski ada juga beberapa hewan yang saling memangsa. Begitulah seharusnya kehidupan manusia, dengan bekal otak dan hati seharusnya manusia menjadi lebih baik dari hewan, hidup rukun, tidak saling melukai. Begitulah seharusnya manusia, saling menghormati dan saling menghargai hak-hak orang lain.“Kamu yakin akan masuk hutan ini, Danu?” tanya Permata memastikan, mereka telah masuk wilayah hutan tapi belum begitu jauh.“Aku yakin sekali, Permata! Aku sudah mempunyai rencana yang matang untuk menghadapi orang-orang sialan itu!&
Read more
Asap Kabut Putih Oprus
Di balik suara pedang itu terdengar pula suara rintih air hujan yang mulai berjatuhan. Terdengar suara air hujan menjatuhi dedaunan, beberapa saat kemudian air benar-benar jatuh ke bumi. Hawa menjadi dingin, sayup-sayup angin bertiup membasuh kulit, dingin terasa.Ting,.. tang...Saling adu sasaran pedang, Danu awas memandang pada setiap arah yang datang. Pertarungan ini hampir mirip dengan pertarungan yang terjadi di halaman rumah Kosala, hanya saja saat ini masih sore sedang pertarungan itu terjadi di malam hari. Sepuluh orang mengepung Danu juga Permata.“Kamu tidak apa-apa, Permata?” tanya Danu memastikan.Permata menjawab, “Aku baik-baik saja!”Slep...Pedang Danu mengenai salah satu tangan prajurit. “Aa...” teriakan kesakitan terdengar memilukan.Darah mengucur bercampur darah, orang itu berteriak kesakitan. Tanpa ampun Danu mendekatinya, mengayunkan pedang, sekejap kepala terpenggal dari tubu
Read more
Menjadi Buronan Kerajaan
Danu terduduk lemas di bawah sebuah pohon yang hening dari keramaian, tempat itu jauh dari kehidupan manusia. Permata mencoba mengobati Danu dengan sebisanya, dia sedikit mempunyai pengalaman tentang pengobatan sebab banyak belajar di desa. Ia mencari dedaunan yang bisa mengeringkan luka juga sejenisnya. Danu kehilangan banyak sekali darah, maka Permata mencari dan membuat sebuah ramuan dari dedaunan untuk mengembalikan darah. Permata sedikit gugup, ini adalah masalah yang sangat pelik baginya.“Bertahanlah, Danu!” ujar Permata ketika membubuhi bagian perut Danu yang terkena pedang.Darah sudah berhenti, sekarang yang diperlukan hanya mengeringkan luka dan memulihkan tenaga. Dua kuda mereka ditambatkan pada sebuah pohon yang tidak terlalu jauh, mereka tampak aman-aman saja dan tenang.Beberapa saat lalu Danu dan Permata berhasil lolos dari kepungan para prajurit dengan menggunakan kekuatan yang terkandung di dalam kendi pemberian dua Oprus. Asap teba
Read more
Poster Wajah dan Kenikmatan
“Di mana kamu, Danu?” teriak Permata, ia telah kembali dan membawa dua bungkus makanan di tangannya.“Danu, apakah kamu akan memberikan kejutan kepadaku?” Permata menebak-nebak. Sebetulnya itu adalah sebuah kata yang ia gunakan untuk menutupi kekhawatirannya. Bagaimana jika ada apa-apa dengan Danu? Pikir Permata.Permata mendengar langkah kaki yang tidak terlalu jauh dari lokasinya sekarang berada. Apakah itu adalah suara langkah kaki Danu? Suara langkah kaki itu terdengar samar, menginjak-injak daun yang kering.“Aku baik-baik saja dan tidak akan memberikan kejutan padamu, Permata!” ujar Danu dari kejauhan, dia berjalan dengan bantuan tongkat kayu kering.Hati Permata tenang seketika, tidak ada yang perlu dikhawatirkan walaupun ia membawa kabar yang tidak mengenakkan dari pemukiman warga.“Aku membawa makanan untuk sarapan, Danu! Aku harap kau akan suka!” kata Permata menyambut kedatangan Danu, ia me
Read more
Menemukan Tempat Sembunyi
Tengah hari mereka beristirahat di samping sebuah batu besar, Danu kelelahan dan membutuhkan istirahat. Matahari bersinar terik, untunglah ada sebuah pohon kecil namun bisa mereka gunakan untuk berteduh. Permata membuka bungkusan yang ia bawa sejak tadi, sebuah bungkusan yang berisi makanan yang ia beli tadi pagi. Permata juga membeli makanan kering yang bisa untuk bertahan hidup sampai beberapa hari ke depan. Danu sangat bersyukur mendapatkan teman perjalanan seperti Permata, pengertian bagaikan sosok ibu kepada anaknya.“Aku berterima kasih sekali kepadamu, Permata. Entah aku sudah menjadi apa aku ini jika tidak ada Kau!” ujar Danu tulus mengucapkan terima kasih.“Tidak usah berlebihan dalam berterima kasih. Bukankah ini adalah tugas seorang teman dalam sebuah perjalanan?” Tangan Permata cekatan membuka bungkusan, memberikannya satu buah kepada Danu. Itu adalah roti kering namun terasa empuk ketika di makan, dan mengenyangkan. Itu adalah makan
Read more
Rencana Besar
Tengah malam Danu terbangun setelah mendengar suara manusia berbisik-bisik. Lilin mati, mungkin sudah  habis. Dari kegelapan tersebut dengan pandangan mata telanjang Danu bisa melihat ada dua manusia yang tengah berbincang-bincang, mungkin tidak mengetahui bahwa ada manusia lain selain mereka.“Kita harus segera kembali dan menyusun strategi untuk menghadapi mereka!” kata salah seorang di antara mereka,Satunya menjawab, “Tapi kita belum sepenuhnya mengetahui strategi penyerangan seperti apa yang akan mereka gunakan!”Beberapa saat diam. Mereka adalah dua pemuda yang bertubuh kecil, tinggi, rambutnya panjang tidak beraturan. Danu belum mengerti apa yang mereka bicarakan, tapi perbincangan mereka terlihat menarik perhatian.“Aku mengerti itu, Karim. Tapi untuk apa kita tahu strategi mereka jika pasukan kita tidak ada persiapan apa pun?”Pemuda yang bernama Karim angkat bicara lagi, “Tapi aku rasa kita m
Read more
Kembalikan Busur Panahku
Tiada penunjuk waktu kecuali sinar matahari yang samar-samar masuk pintu gua. Kendati demikian keadaan dalam gua tetap gelap, hanya beberapa gelintir sinar yang bisa menerobosnya, membangunkan empat sosok manusia yang terlelap dalam bungkusan selimut kedinginan, berbantalkan dingin yang menyengat.“Bangun, Danu! Sudah pagi!” Permata membangunkan Danu.Mata Danu mengerjap-erjap. Tangannya membersihkan sisa-sisa kotoran yang menyelimuti matanya, dia masih mengantuk.“Ke mana mereka?” tanya Danu, yang dia maksud adalah Karim dan Rosan.“Aku juga tidak tahu!” sahut Permata.Dengan segera Danu memeriksa busur panahnya, masih ada. Kendi pemberian Oprus, masih ada. Pusaka Naga? Masih ada. Dalam hati dia bersyukur tidak ada barang-barang berharganya yang hilang dari tempatnya.“Semua baik-baik saja!” ujar Danu.Beberapa saat kemudian ternyata Karim dan Rosan berjalan dari pintu gua membawa kayu-
Read more
Sapa Hangat
Terima kasih untuk semua teman-teman yang masih setia membaca dan menunggu lanjutkan ceritaku. Satu komen dan satu vote dari kalian sangatlah berarti untukku, maka jangan sungkan-sungkan untuk berkomentar, iya.  Eh, selain novel Pendekar Gunung Tiga Maut ini aku juga punya novel lain, judulnya Terjebak Mantra. Novel tersebut menceritakan tentang manusia bumi yang menemukan buku ajaib dan menjelajah planet lain. Nah, dia telah sampai di planet Kulstar. Apakah kalian pernah mendengar nama planet tersebut? Bahkan, NASA belum pernah dan tidak akan bisa menemukannya. Heheheh... Nah, jangan lupa baca karya aku itu, yah.. hihii Terima kasih..  Salam hangat dari penulis,  Azka Taslimi, Author Hoak
Read more
Ku Bunuh Kau, Danu!
Tangan kanan Danu mengirimkan pukulan namun dengan mudah Karim menepisnya. Hampir dua belas kali Danu mengirimkan pukulan, dua belas kali tendangan dengan tenaga penuh, sebanyak itu pula Karim menangkisnya. Permata tidak kalah cekatan, dia telah mengirimkan belasan tendangan dan pukulan kuatnya, nihil, tidak ada yang mengenai sasaran.Karim memasang busur panah itu di pundaknya, tanpa merasa bersalah ia tertawa keras-keras, “Hahaha! Kalian bukan lawanku!”Danu bertambah geram, ini bukanlah soal harga diri, tepi lebih dari itu. Ini adalah tentang amanah yang Danu emban dari Rangkasa, menjaga tempat Serat Agung sekarang tengah berada.Tangan mengepal, rahang mengatup kuat, Danu konsentrasi penuh. Permata tidak pernah melihat Danu seperti itu, matanya terpejam dengan sendirinya menyaksikan kengerian itu. “Hati-hati, Danu!” ujar Permata, Danu bergeming.“Haa....” Pukulan Danu mengarah pada wajah Karim.Bug...
Read more
Anak Panah Beracun
“Baiklah, selamat jalan dan sekali lagi maafkan kami!” kata Rosan sebagai penghantar perpisahan dengan Danu juga Permata.Kali ini Karim dengan hati yang tulus meminta maaf, “Danu, Permata, maafkan aku yang telah membuat kalian marah!”Danu tersenyum, Permata mengangguk beberapa kali. Danu berkata, “Tidak ada yang salah, itu hanya ketidaksengajaan kecil yang terlalu kau besar-besarkan!”“Terima kasih. Kalian berdua adalah ksatria terbaik yang pernah aku kenal dalam perjalananku!” Karim memuji.“Begitu pula dengan kalian!” Permata melihat Karim dan Rosan bergantian. “Kalian adalah dua putra raja yang akan mempersatukan dunia!”Rosan menyambutnya dengan tawa, Karim tersenyum malu dikatakan sebagai putra raja terbaik.“Tidak banyak putra raja yang bersedia untuk melakukan tugas berat seperti kalian!” ujar Danu, kagum dan takjub dengan kepribadian mereka.
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status