All Chapters of Pendekar Gunung Tiga Maut: Chapter 21 - Chapter 30
89 Chapters
Konspirasi
Bayangan di kejauhan yang seperti kerikil, yang kian lama kian mendekat, berubah membesar dan menampakkan diri itu terus berjalan. Semakin mendekat dan semakin mendekat, ternyata itu adalah empat orang yang menunggang kuda, mengenakan pakaian prajurit. Empat kuda itu berlarian menuju tempat Danu dan Permata istirahat. Tanda tanya memenuhi kepala Danu juga Permata. Namun orang yang menggembala kambing itu tenang-tenang saja, tidak ada tanda bahwa dia mempunyai kekhawatiran, sebab dia masih tidur dan berjalan dalam dunia mimpi. “Apakah tujuan mereka?” tanya Danu entah pada siapa, matanya memandang jauh kepada empat prajurit itu. “Apakah mereka mencari kita?” tanya Permata setengah kebingungan. Mereka semakin mendekat, melewati beberapa kambing dengan gagahnya, kambing itu berlarian memberikan jalan kepada kuda prajurit. Kini hanya tinggal beberapa puluh meter jarak Danu dan Permata dengan para prajurit berkuda. “Apakah kalian yang merusak desa K
Read more
Pemimpin Bejat
“Kalian tahu berapa kerugian yang aku tanggung?” tanya orang itu sekali lagi. “Memangnya apa yang kami lakukan sehingga kau bertanya begitu kepada kami?” Danu yang sudah tahan sejak tadi akhirnya membuka mulut. “Masih juga belum paham dengan hal bodoh yang kalian lakukan?” sahut orang itu dengan nada sinis. “Apa?” tanya Danu singkat, matanya memandang tajam kepada laki-laki bermahkota. “Kalian telah menghancurkan ladang bisnisku yang tidak ternilai harganya! Eh, perkenalkan terlebih dahulu namaku Anjasari, pembesar kerajaan Kalimas!”  Dia mengenalkan diri dengan nama Anjasari. Danu tidak memedulikan nama itu, dia masih heran dengan ladang bisnis yang Anjasari katakan. Bagaimana bisa seorang pembesar kerajaan mempunyai bisnis yang bekerja sama dengan para perampok? Memang, lokasi desa itu sangat strategis, hampir semua pedagang yang dari barat melewatinya, dan tentunya membawa barang dagangan juga harta. Maka, jika berhasil sekali saja dal
Read more
Kebusukan Yang Terbongkar
Serapi apa pun manusia menyimpan bangkai, pada suatu saat kemungkinan besar akan tercium, setidaknya akan diketahui oleh manusia lain jejak-jejak yang ia lahirkan dalam kebusukan tersebut. Itulah misi yang Danu lakukan bersama tiga orang lainnya. Sudah semestinya perjuangan untuk mengangkat kebenaran akan selalu berat. “Bagaimana caranya, Soga?” tanya Kumbra. Kakek penggembala yang tidak lain adalah Soga menjawab, “Aku sudah mempunyai rencana yang sangat matang, semoga saja dengan kerja sama yang baik rencana itu akan berhasil!” “Apa kau bisa menceritakannya kepada kami?” Danu ikut bicara. “Tidak perlu!” sahut Soga cepat. “Nanti kalian juga akan mengetahuinya sendiri!” “Aku percaya denganmu, Soga!” Kumbra berkata. Malam telah memenuhi bumi dengan cahaya gelapnya. Bukan karena mereka melihat matahari yang hilang sehingga mengetahui bahwa ini malam hari, hanya lebih mengarah pada perkiraan mata yang mengantuk. Tapi, mereka malam ini tida
Read more
Bukti-Bukti Terkuak
Utusan dari kerajaan datang untuk menyelidiki berita yang dibawa oleh seorang prajurit yang seharusnya bekerja untuk tuannya. Namun dengan adanya penekanan dari Danu semua terlihat berbeda, dia tidak berani melawan.“Di mana Anjasari?” tanya orang bermahkota itu. Dia adalah utusan dari kerajaan.“Beliau tengah menjalankan tugas, Tuan!” jawab seorang prajurit.“Di mana tiga tahanan baru itu?” tanya orang bermahkota itu lagi.“Di penjara bawah tanah, Tuan!”“Antarkan aku sekarang!”Seorang yang mengenakan mahkota itu berjalan diiringi oleh dua prajurit bertombak dan membawa tameng di tangannya. Suara kaki tegap itu terdengar melangkah dengan mantap, obor-obor yang menempel pada tembok terombang-ambing terkena desiran angin tiga orang itu. Udara pengap mulai terasa, mereka telah memasuki ruangan penjara bawah tanah.“Di mana?” tanya orang bermahkota tidak sabaran.
Read more
Penangkapan Dan Pemenggalan
“Bolehkah aku mencium keningmu, Permata?” tanya Danu sekali lagi. Wajah Permata memerah, malu, senang, semua perasaan berebut masuk ke dalam hati Permata menjadi satu. “Apa yang kamu katakan, Danu? Apakah aku tidak salah dengar?” tanya Permata, matanya menyelidik. “Tidak, Permata, kamu tidak salah dengar. Aku ingin mencium keningmu!” sahut Danu, mendekatkan bibir pada telinga Permata. Udara hangat menjalar pada telinga Permata, suara nafas Danu terdengar begitu menegangkan bagi Permata. “Boleh,” kata Permata malu-malu, matanya memandang jauh ke atas. “Dalam mimpi aku ingin mengecup keningmu, Permata!” kata Danu lagi. Permata tidak menyangka bahwa yang dimaksudkan Danu adalah demikian. Dia tidak mengira bahwa Danu ingin mengecupnya dalam dunia nyata. Permata menahan malu, tapi rasa bahagia lebih dominan datang kepadanya. “Selamat tidur!” kata Permata. “Selamat tidur juga, Permata,” sahut Danu. Akhirnya mereka mengakhiri
Read more
Kembali Meneruskan Perjalanan
Darah mengucur deras dari leher yang terpotong dengan kepalanya. Darah segar mengalir deras seperti aliran sungai. Semua mata memandangnya ngeri, kecuali Danu di sana yang tetap melihat dengan mata mendelik. Bahkan Danu pernah berada di posisi manusia yang memenggal kepala seperti itu, tidak hanya menyaksikan. “Apakah nanti siang kita akan melanjutkan perjalanan, Danu?” tanya Permata sembari menahan ngilu. “Semoga saja kita nanti siang bisa melanjutkan perjalanan!” sahut Danu. Kerumunan satu per satu mulai meninggalkan balai pertemuan. Anak kecil berlarian mengejar orang tuanya, begitu pula orang-orang tua mencari anaknya. Darah telah hilang, beberapa prajurit telah mengurusnya, bahkan mengurus pemakaman mayat yang berpisah dengan kepalanya. Meskipun Anjasari selama hidupnya banyak kesalahan, tetapi dia akan dikuburkan selayaknya manusia, sebab orang mati itu telah melewati masa peleburan dosa, telah dihukum di dalam dunia. “Kalian ikut denganku!” Tiba-tiba Kumbra mu
Read more
Pemilik Kendi Kendali
Sebenarnya waktu masih siang, namun keadaan terlihat gelap. Pohon-pohon menjulang tinggi menjadi penghalang masuknya sinar matahari, daunnya begitu rindang. Daun-daun kering memenuhi setiap jengkal tanah, semua tertutup rapi oleh dedaunan, bahkan juga ranting-ranting yang mengering dan terhempas angin, terjatuh. “Jangan jauh-jauh dariku, Permata!” kata Danu memperingatkan, mereka tengah berada di pusat jantung hutan. Suara hewan-hewan terdengar menggema. Ada hewan yang Danu mengenalinya, dan selebihnya adalah hewan-hewan yang bahkan ia tidak pernah mendengar suaranya. “Iya, aku juga takut, Danu!” sahut Permata lirih, langkah kuda mereka yang menginjak dedaunan begitu terdengar. Monyet-monyet tampak berlompatan di atas dahan, satu dua membawa pisang matang yang entah mereka dapatkan dari mana. Tidak ada pohon pisang terlihat tumbuh, mungkin mereka membawa dari jauh lalu masuk ke dalam hutan. Sesekali rusa bertanduk panjang lewat, lalu berlarian ketika melihat dua kuda put
Read more
Satu Kepala Dua Adalah Oprus
“Hem, rupanya mereka berdua bisa sedikit bangga karena bisa mengelak jurus pertama kita, Satu!” kata kepala sebelah kanan.Kepala sebelah kiri menjawab, “Iya, aku kira juga begitu, Dua. Mereka mengira akan bisa melawan kita. Mari kita lanjutkan dan jangan buang-buang waktu, Dua!”Danu dan Permata bingung sendiri mendengar cakap-cakap dua kepala itu. Satu kepala menamakan diri dengan sebutan Satu, sedang kepala satunya lagi menamakan diri dengan Dua.“Hai, apakah kalian juga mempunyai nama sendiri-sendiri?” tanya Danu, ia berusaha tertawa mengingat sepertinya Permata masih sedikit takut.“Kau menertawakan kami?” tanya Satu sinis.“Oh, tidak, tidak! Aku tidak menertawakan kalian. Hanya saja aku tidak kuat menahan kelucuan ini. Ada satu manusia, eh, entahlah, kalian manusia atau bukan, mempunyai dua kepala dan dua nama. Itu sangat lucu bagiku!” Danu mengangkat tangan. Permata di sampingnya be
Read more
Kaum Oprus Yang Baik Hati
Perkataan Danu benar-benar membuat sebuah pandangan baru untuk Satu dan Dua. Dia telah salah jika mengira semua manusia adalah hati kejahatan. Mereka tersadarkan bahwa manusia juga ada yang baik. Air mata bening meleleh dari empat mata itu, bersinar, tersiram cahaya yang menerobos dedaunan hutan.Dua Oprus itu telah menjadi makhluk yang berbentuk lebih baik. Lihatlah! Mereka sekarang menjadi makhluk yang mirip dengan manusia. Matanya bening, bersinar-sinar. Rambutnya lurus, berwarna kuning menyala, lebih tinggi dari Danu. Satu dan Dua telah menjadi dua Oprus yang rupawan, telinganya lebih indah dari telinga manusia. Kakinya menjadi kaki yang normal, menjadi dua kaki manusia. Pakaian mereka seperti pakaian pangeran-pangeran kerajaan.“Siapa namamu, Manusia?” tanya Satu sembari menghapus air matanya bersalahnya.“Namaku Danu, dan ini Permata!” jawab Danu. Permata tersenyum tipis kepada mereka.Darah segar tampak masih mengalir dari s
Read more
Lokalisasi
Danu dan Permata memasuki sebuah halaman rumah yang begitu luas. Banyak kuda terparkir di sana. Plang besar terpampang, mengatakan bahwa itu adalah sebuah rumah atau bangunan yang digunakan untuk penginapan.Dua orang bertugas sebagai penjaga di bawah tangga, terselip sebuah pedang di pinggangnya, mereka berpakaian hitam-hitam.“Selamat datang, apa yang bisa kami bantu?” tanya salah seorang dari mereka ketika Danu dan Permata akan melintas.Mereka berhenti, lalu Danu menjawab, “Apakah ada ruangan yang masih kosong?”Orang itu tertawa, “Penginapan ini selalu menyediakan yang terbaik untuk semua tamu-tamunya. Masih banyak sekali kamar yang kosong, silakan datangi orang itu!” Dia menunjuk sebuah meja, di baliknya ada seorang wanita muda yang memegangi alat tulis. Sepertinya dia adalah petugas bagian administrasi.“Baik. Terima kasih!” kata Danu. Dua penjaga itu memberi jalan, Danu dan Permata meneruskan
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status